Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Situs Kuno Misterius
Ilustrasi situs kuno yang kerap dikaitkan dengan hujan meteor draconids (flickr.com/Frank Gough)

Intinya sih...

  • Newgrange di Irlandia adalah makam megalitik berusia lebih dari 5.000 tahun yang digunakan sebagai kalender bintang.

  • Carnac Stones di Perancis memiliki orientasi yang mengarah pada titik terbit dan tenggelamnya bintang Draco, membuka kemungkinan pengamatan hujan meteor Draconids.

  • Callanish Stones di Skotlandia memiliki orientasi ke arah bintang utara, termasuk Draco, dan disebut sebagai 'Stonehenge-nya Skotlandia'.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena langit selalu memikat manusia sejak ribuan tahun lalu. Salah satunya adalah hujan meteor Draconids, yang setiap Oktober tampak memancar dari rasi Draco si Naga. Walau baru diidentifikasi secara ilmiah di era modern, ternyata banyak situs kuno di dunia yang diduga sudah mengaitkan diri dengan bintang-bintang Draco.

Sejumlah bangunan megalitik, artefak, hingga ukiran batu dari berbagai benua memperlihatkan orientasi ke utara—arah di mana rasi Draco pernah menjadi pusat langit. Hal ini membuat para arkeoastronom berhipotesis: mungkin saja nenek moyang kita sudah menatap langit dan mencatat jejak Draconids jauh sebelum teleskop ditemukan.

1. Newgrange di Irlandia

Ilustrasi situs grange di Irlandia (flickr.com/Gary Webb)

Newgrange adalah makam megalitik berusia lebih dari 5.000 tahun yang lorongnya selaras dengan terbitnya matahari di titik balik musim dingin. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa orientasi struktur ini tidak hanya mengikuti matahari, melainkan juga mengarah ke langit utara, tepat di mana rasi Draco pernah menempati posisi penting sekitar 3.000 SM.

Menurut buku yang bertajuk Astronomy in Prehistoric Britain and Ireland, masyarakat kuno Irlandia kemungkinan menggunakan Newgrange sebagai kalender bintang, bukan sekadar tempat pemakaman. Draco, yang kala itu memiliki bintang Thuban sebagai bintang utara, menjadi acuan utama. Artinya, hujan meteor Draconids yang memancar dari Draco bisa saja sudah diamati dari situs ini.

Dengan kondisi langit Irlandia yang gelap gulita di zaman Neolitikum, Draconids mungkin tampak lebih spektakuler. Tak heran jika Newgrange dianggap lebih dari sekadar monumen kematian, melainkan juga gerbang menuju kosmos.

2. Carnac Stones di Perancis

Ilustrasi carnac stones di Perancis (flickr.com/Nicolas Raymond)

Di Brittany, Perancis, terdapat lebih dari 3.000 batu tegak yang membentuk barisan panjang misterius. Ialah Carnac Stones, situs yang diperkirakan berdiri sejak 3.300 SM. Susunan batu-batu tersebut telah lama memicu perdebatan; apakah hanya ritual atau turut menjadi observatorium bintang?

Kajian arkeoastronomi oleh Alexander Thom yang diterbitkan ke dalam buku Megalithic Sites in Britain, telah menunjukkan adanya pola orientasi Carnac yang mengarah pada titik terbit dan tenggelamnya bintang Draco. Ini membuka kemungkinan bahwa Draconids, hujan meteor yang tampak dari arah Draco, pernah menjadi bagian dari pengamatan langit masyarakat megalitik Eropa.

Bisa jadi, barisan batu di Carnac adalah ‘kompas kosmik’ yang membantu manusia purba membaca langit malam. Draco sang naga, dengan meteor yang muncul darinya, mungkin menjadi simbol kekuatan atau perlindungan.

3. Callanish Stones di Skotlandia

Ilustrasi callanish stones di Scotland (flickr.com/Martyn Fordham)

Di Pulau Lewis, Skotlandia, berdiri Callanish Stones—susunan batu berbentuk salib yang diperkirakan dibangun sekitar 2.900 SM. Meski lebih kecil dibanding Stonehenge, situs ini dianggap sebagai observatorium astronomi yang penting bagi masyarakat Keltik purba.

Clive Ruggles & Gordon Barcla dalam Jurnal Antiquity pun turut menegaskan, bahwa Callanish memiliki orientasi ke arah bintang utara, termasuk Draco. Dengan posisinya di garis lintang tinggi, langit malam Callanish menampilkan Draco secara jelas di masa lalu.

Bayangkan suku Keltik berkumpul di sekitar batu ini, menatap naga kosmik di langit, dan menyaksikan percikan meteor Draconids. Tak heran, Callanish disebut sebagai ‘Stonehenge-nya Skotlandia’.

4. Valley of Fire Petroglyphs di Nevada

Ilustrasi valley of fire di Nevada (flickr.com/Thomas Dwyer)

Di gurun Nevada, Amerika Serikat, terdapat petroglyphs atau ukiran batu kuno di Valley of Fire. Banyak di antaranya menggambarkan pola ular atau naga, yang menurut sebagian arkeolog bisa dikaitkan dengan rasi Draco.

Anthony Aveni dalam Archaeoastronomy in the Americas menyebut bahwa masyarakat asli Amerika kerap merekam fenomena langit lewat simbol binatang. Jika benar naga atau ular langit diukir di bebatuan ini, bisa jadi itu adalah jejak pengamatan meteor dari Draco.

Hujan meteor Draconids yang tiba-tiba melesat di langit gurun mungkin begitu mengejutkan, sehingga dicatat dalam bentuk seni cadas. Seperti naga kosmik yang memuntahkan api di langit malam.

5. Medicine Wheels di Amerika Utara

Ilustrasi medicine wheels di Amerika Utara (commons.wikimedia.org/U.S. Forest Service Photo)

Di wilayah Montana, Wyoming, dan Alberta terdapat Medicine Wheels—lingkaran batu besar peninggalan suku asli Amerika. Struktur ini diyakini berfungsi sebagai tempat ritual sekaligus observatorium bintang.

John Eddy dalam penelitian yang dipublikasikannya di Science, turut mengemukakan bahwa Bighorn Medicine Wheel di Wyoming memiliki orientasi yang sesuai dengan beberapa bintang utara, termasuk di sekitar Draco. Hal ini mengindikasikan peran kosmologis Draco dalam kepercayaan suku Plains.

Dengan poros lingkaran yang menunjuk langit utara, Draconids bisa saja diamati dari sini. Meteor yang berjatuhan dari ‘ular langit’ tentu memberi makna spiritual mendalam bagi masyarakat kuno.

6. Ales Stenar di Swedia

Ilustrasi ale stenar di Swedia (flickr.com/Susanne Nilsson)

Di Skåne, Swedia, terdapat susunan 59 batu besar berbentuk kapal sepanjang 67 meter, dikenal sebagai Ales Stenar. Situs ini diperkirakan berusia 1.400 tahun, meski beberapa arkeolog percaya usianya jauh lebih tua.

Kajian oleh Jonathan Lindström dalam Current Swedish Archaeology menunjukkan bahwa Ales Stenar bisa berfungsi sebagai kalender astronomi, dengan orientasi ke titik terbit dan tenggelam bintang tertentu. Draco, yang selalu terlihat di langit utara Skandinavia, kemungkinan menjadi salah satu acuannya.

Hujan meteor Draconids, yang sering terlihat jelas di lintang tinggi, menjadikan Ales Stenar lokasi ideal untuk pengamatan kosmik. Tak heran jika monumen ini disebut sebagai ‘kapal yang berlayar di lautan bintang’.

7. Nebra Sky Disk di Jerman

Ilustrasi nebra sky disk di Jerman (commons.wikimedia.org/PantheraLeo1359531)

Bukan berupa situs batu, tetapi artefak kuno, yaitu Nebra Sky Disk dari Jerman. Piringan perunggu berusia 3.600 tahun ini menggambarkan langit malam dengan matahari, bulan, dan bintang-bintang.

Menurut Archaeoastronomy and Ethnoastronomy, disk ini termasuk representasi astronomi tertua di Eropa. Ada kelompok bintang yang diperkirakan menggambarkan rasi Draco, yang kala itu penting sebagai pusat langit. Jika benar, maka Draconids sudah ‘terekam’ dalam karya seni logam sejak Zaman Perunggu.

Piringan ini menjadi bukti bahwa manusia kuno tak hanya menatap langit, tetapi juga berusaha merekamnya secara permanen. Draco dan meteor-meteornya mungkin memberi inspirasi bagi simbolisme kosmik pada disk ini.

Hujan meteor Draconids memang baru dinamai di abad ke-20, tetapi kisahnya bisa ditelusuri jauh ke masa lampau. Situs-situs kuno seperti Newgrange, Carnac Stones, hingga Nebra Sky Disk menunjukkan bahwa manusia selalu punya hubungan erat dengan langit utara dan rasi Draco.

Setiap kali Draconids kembali menghiasi Oktober, seolah kita sedang menyambung pandangan dengan para leluhur—menatap naga kosmik yang sama, di bawah langit yang tak pernah berhenti bercerita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team