TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suka Ngoceh? Ketahui Dulu 10 Fakta Sains soal Berbicara Ini

Kebanyakan ngomong kamu, ya?

IDN Times/Shukma Sakti

Pernah gak sih kamu menemukan seseorang yang cerewet, gak bisa diam, dan bisa ngomong berjam-jam tanpa berhenti? Atau jangan-jangan itu kamu sendiri?

Faktanya, ada banyak hal yang bisa dilihat dari pembicaraan kita sehari-hari dan lucunya sering tidak kita sadari. Mau tahu apa saja itu? Ini dia beberapa fakta ilmiahnya.

1. Kebanyakan orang berbicara terlalu banyak

annmurraybrown.com

Sebuah eksperimen komunikasi pernah dilakukan dengan membuat orang saling berbicara satu sama lain. Ketika ditanyai beberapa hal, 70 persen partisipan mengakui merasa pasangan bicaranya tersebut berbicara terlalu banyak.

2. Berbicara dengan diri sendiri itu sehat

today.com

Studi di 2017 oleh Michigan State Univerity pernah mencoba melihat aktivitas otak 89 partisipannya. Mereka mendapati orang-orang yang suka berbicara sendiri punya otak yang lebih tahan akan tekanan emosi, sehingga lebih baik dalam menangani situasi sulit. Alasannya berbicara sendiri dapat memberikan jarak antara kamu dengan masalah.

3. Basa-basi bisa berguna maupun tidak berguna

preply.com

Membuka pembicaraan dengan bertanya akan cuaca kepada seorang asing bisa membuatmu berkenalan dengan sosok baru. Namun basa-basi juga tidak membuatmu menguak informasi lebih dalam.

Dalam sudut pandang untuk bertahan hidup, baik di zaman kuno maupun sekarang, basa-basi itu penting untuk membangun ikatan dengan yang lain. Selain itu, ia juga menghindarkanmu dari musuh baru atau situasi buruk.

Baca Juga: Tak Kalah Stylish, Ini 5 Mode Busana ala Perempuan Peradaban Kuno

4. Penguping tidak suka dengan apa yang dia lakukan

thetimes.co.uk

Menguping pembicaraan orang bisa mengganggu bagi mereka yang didengarkan diam-diam. Tetapi ternyata hal ini juga berlaku sebaliknya.

Peneliti lewat ujicoba di 2013 menemukan para partisipan yang tidak sengaja menguping pembicaraan orang-orang di dekatnya menemui kondisi tersebut sangat mengganggu. Itu dikarenakan mendengar pembicaraan satu sisi saja membuat frustrasi otak, akibat otak ingin bekerja keras menerjemahkan hasil obrolan itu agar masuk akal.

5. Orang tua lebih sedikit berbagi memori

istockphoto.com

Orang yang tua identik suka bernostalgia, namun beberapa mengatakan malah malas membicarakan masa lalunya. Saat membagi memori pun, orang yang lebih tua membagi lebih sedikit detail ketimbang mereka yang muda. Ada indikasi ini berhubungan dengan kemampuan otak akibat umur, tetapi sayangnya tidak ada bukti ilmiah lebih lanjut yang bisa mendukung pernyataan ini.

6. Bahasa mempengaruhi pengalaman dengan warna

craftandtravel.com

Yang namanya warna pasti harus dilihat dan itu berarti berhubungan dengan mata. Akan tetapi bahasa yang kamu gunakan juga mempengaruhi bagaimana kamu melihatnya.

Suku Warlpiri di Australia tidak punya kata-kata untuk mendeskripsikan warna-warna yang mereka lihat. Malahan mereka mendeskripsikan warna-warna itu dengan penjelasan tekstur, tujuan, hingga sensasi fisik.

7. Mengigau kebanyakan berupa hal negatif

youbeauty.com

Orang mengigau tidak akan tahu apa yang dia igaukan mengingat kondisinya sedang tertidur. Pada 2018, fenomena itu coba diungkap oleh para peneliti.

Dari hasil pengamatan kepada partisipan, peneliti mendapati igauan kebanyakan tidak masuk akal. Ada yang tertawa, ada yang berbicara tidak jelas, tapi ada pula yang berbicara dengan tata bahasa yang benar.

Hanya saja igauan yang jelas ini dinilai banyak sisi negatifnya. Kata “tidak” lebih sering terucap dan beberapa malah menjadi agresif, hingga mengatakan ucapan kasar. Dipercaya igauan berhubungan dengan mimpi dan mimpi sendiri merupakan simulasi alami seseorang untuk menghadapi konfrontasi di dunia nyata.

8. Bahasa bisa memprediksi putusnya hubungan

mikeandsusandawson.com

Entah bagaimana ceritanya, peneliti bisa menemukan fakta bahasa yang kamu gunakan bisa meramal hubunganmu. Salah satu di antaranya adalah perubahan penggunaan kata-kata di tiga bulan sebelum putus. Mereka yang berpasangan dan umumnya menggunakan kata-kata “kami” atau “kita”, berubah menjadi “aku”. 

Baca Juga: 7 Minuman Beralkohol Unik dari Peradaban Kuno, Bagian Sejarah Dunia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya