TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Suara yang Tertangkap dari Luar Angkasa, Mengagumkan!

Tertangkap di angkasa raya, malah mengerikan?

ilustrasi luar angkasa (pixabay.com/David Monje)

Selain tidak dapat bertahan hidup, konsep umum adalah kita tak bisa mendengar suara di luar angkasa karena hampa udara. Namun menurut NASA, luar angkasa dipenuhi oleh partikel bermuatan yang dikontrol oleh medan magnet dan listrik sehingga sebenarnya bisa menghantarkan suara!

Saat manusia mengirimkan berbagai wahana dan satelit ke luar angkasa, mereka melengkapinya dengan teknologi untuk menangkap gelombang yang beredar di luar angkasa. Melalui teknologi dan ilmu pengetahuan terkini, gelombang-gelombang luar angkasa ini pun "diterjemahkan" ke dalam suara yang bisa didengar telinga manusia.

Bukan main-main dan tidak mudah, mengubah gelombang luar angkasa menjadi suara audibel adalah bukti dari perkembangan teknologi dan ilmu astronomi manusia untuk tetap update dengan alam semesta. Sepanjang sejarah, inilah 7 suara dari luar angkasa mengagumkan yang berhasil tertangkap oleh manusia!

1. Raungan Jupiter

Pada 24 Juni 2016, wahana yang diluncurkan NASA 5 tahun sebelumnya ke Jupiter, Juno, mencapai tempat tujuannya. Melewati medan magnet Jupiter, Juno sempat menangkap beberapa perubahan dari lingkungan padat angin matahari ke medan magnet planet terbesar di tata surya ini.

Fenomena ini disebut bow shock, yaitu saat angin matahari berinteraksi dengan medan magnet suatu objek langit; dalam kasus ini, medan magnet Jupiter. Untungnya, Juno sempat merekam fenomena bow shock ini dan diterjemahkan ke dalam suara yang menurut NASA, setara dengan dentuman sonik (sonic boom) sebuah pesawat jet.

2. Berinteraksi dengan komet Tempel 1

Pada Hari Valentine 2011, wahana luar angkasa milik NASA, Stardust, terbang melintasi awan debu komet Tempel 1. Membawa berbagai partikel debu dan bebatuan kecil, benda-benda tersebut menghujani pelindung Stardust.

Suara yang terdengar ini adalah gelombang suara dan listrik yang diukur oleh Dust Flux Monitor. Partikel yang menabrak Stardust ini diduga terbuat dari es dan debu. Video berdurasi 26 detik tersebut adalah sebagian kecil dari 5.000 dentuman di Stardust yang sebenarnya terjadi sekitar 11 menit.

Baca Juga: 7 Destinasi di Planet Mars yang Patut Dikunjungi Nanti

3. Gempa di Mars

Terekam pada 2019, wahana milik NASA di Mars, InSight, merekam untuk pertama kalinya terjadinya sebuah gempa. Gempa di Planet Merah ini terekam pada 6 April oleh alat Seismic Experiment for Interior Structure (SEIS). Terkonfirmasi gempa, ilmuwan mengatakan getaran tersebut datang dari dalam Mars, bukan dari luar.

Karena permukaan Mars sunyi, SEIS di InSight bisa mendeteksi getaran terkecil sekali pun. Menurut NASA, bunyi semacam ini mungkin tak akan terdengar jika terjadi di Bumi. Meski begitu, fenomena ini masih belum cukup untuk mengisi data mengenai interior Mars yang mana bisa membongkar asal usul Bumi dan Bulan.

Berbeda dengan kejadian gempa Bumi, gempa di Mars tidak terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik. Gempa ini disebabkan oleh proses pendinginan dan kontraksi yang menyebabkan tekanan. Tekanan yang terus menumpuk ini jadi cukup kuat untuk memecahkan lapisan di Mars, sehingga menyebabkan gempa.

4. Keluarnya Voyager 1 dari tata surya

Diluncurkan pada 1977 silam, Voyager 1 memiliki misi untuk meneliti luar angkasa di luar tata surya dan masih beroperasi hingga saat ini. Saat ini, Voyager 1 adalah objek buatan manusia yang paling jauh terbang di luar angkasa. Mengapa? Pada 2012, diketahui Voyager 1 telah mencapai ruang antar bintang.

Pada 2012–2013, pendeteksi gelombang plasma Voyager 1 mendeteksi getaran plasma antar bintang yang kuat. Video tersebut menunjukkan gelombang plasma yang terdengar oleh Voyager 1. Dari peningkatan kepadatan gelombang, para ilmuwan menyimpulkan bahwa Voyager 1 telah memasuki ruang antar bintang sejak Agustus 2012.

5. Suara dari Bumi

Diluncurkan pada 2012, Van Allen Probe (VAP) bertujuan untuk mengerti dinamika gelombang plasma untuk meningkatkan prediksi cuaca luar angkasa sehingga bisa mencegah kerusakan di satelit dan sinyal telekomunikasi. Dari 2012 hingga 2017, VAP sempat menangkap berbagai gelombang plasma yang mengitari Bumi.

VAP menggunakan alat Electric and Magnetic Field Instrument Suite and Integrated Science (EMFISIS) untuk mengukur gelombang listrik dan magnet sekeliling Bumi. Sensor EMFISIS merekam perubahan frekuensi di medan-medan tersebut, dan para peneliti mengubah frekuensinya agar bisa terdengar telinga manusia.

Suara ini sebenarnya terbagi menjadi 3 bagian:

  • Chorus: elektron terdorong ke bagian Bumi yang mengalami malam hari, terdengar seperti kicauan banyak burung.
  • Whistler-mode: terbentuk saat petir menyambar Bumi.
  • Hiss: gelombang whistler-mode yang beredar di bawah magnetosfer dan terdengar seperti gelombang radio statis. Bisa disebabkan oleh petir atau suara chorus yang "bocor".

6. Tabrakan dua lubang hitam

Pada 2015, Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di Hanford dan Livingston, Amerika Serikat, mengamati gelombang gravitasi yang berasal dari tubrukan antara dua lubang hitam. Masing-masing lubang hitam memiliki massa 30 kali lebih berat dari Matahari.

Tubrukan ini memancarkan energi 50 kali lebih besar dari seluruh bintang, dan hanya berlangsung sepersekian detik. Saat kedua lubang hitam mendekat, frekuensi gelombang gravitasi meningkat, membuat suara bak kicauan burung.

Di video tersebut, LIGO membagi suara menjadi dua bagian dan dimainkan dua kali. Bagian pertama adalah frekuensi gelombang suara yang mengikuti gelombang gravitasi. Hampir tak terdengar, kan? Bagian kedua adalah frekuensi gelombang suara yang ditingkatkan agar bisa terdengar telinga manusia.

Baca Juga: Mengenal Teori Multiverse, Versi Lain dari Alam Semesta

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya