TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kerajaan Adidaya di Masa Sebelum Masehi, Pernah Dengar Semua?

Karena yang zaman modern sudah biasa

ancientfacts.net

Pelajaran Sejarah modern seringkali mengajarkan Kekaisaran Romawi, Kesultanan Utsmaniyah, atau Kerajaan Britania Raya sebagai beberapa kekuasaan zaman dulu yang pernah mendominasi dunia. Indonesia pun mengenal Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan yang cukup bepengaruh pada zamannya.

Tetapi, apakah kamu tahu 6 kerajaan berikut ini pernah mendominasi dunia di masa Sebelum Masehi (SM)? Kalau belum tahu, tidak masalah. Yuk, simak pelajaran singkat berikut ini!

1. Kekaisaran Maurya (322- 185 SM)

ancient.eu

Kerajaan adidaya pertama pada zaman purba adalah Kekaisaran Maurya. Didirikan oleh Chandragupta Maurya dan Chanakya. Chandragupta Maurya naik takhta kekuasaan dan memulai kekaisarannya ketika ia menaklukkan Kekaisaran Nanda pada usia 20 tahun!

Pada saat itu, Kekaisaran Maurya membentang di bagian utara India. Pada 305 SM. Chandragupta Maurya memperluas perbatasan Maurya ke bagian barat setelah kemenangannya atas Seleukos I Nikator dan menaklukkan Kekaisaran Seleukia.

Dalam perluasan wilayah terakhir di bawah pemerintahannya, Chandragupta Maurya menarik perbatasan kekaisarannya lebih jauh ke arah selatan untuk mencakup hampir seluruh India modern hingga 300 SM.

Pada masa keemasannya, Kekaisaran Maurya memerintah 60 juta rakyat sehingga menjadikannya salah satu pemerintahan paling dominan di muka bumi saat itu.

Selain itu, berkat perluasan wilayah, Kekaisaran Maurya terbentang 5,2 juta kilometer persegi! Kekaisaran Maurya membentang dari India hingga Pakistan dan Afganistan serta dari Pegunungan Himalaya hingga Assam, sehingga bisa dibilang, Kekaisaran Maurya adalah salah satu yang terbesar juga.

"Itu luas pakai banget!"

Chanakya, salah satu pendiri dari Kekaisaran Maurya, menuliskan kitab Arthasastra yang berisi pedoman untuk tata negara hingga strategi militer. Oleh karena itu, Kekaisaran Maurya cukup teratur di bawah pemerintahan Chandragupta Maurya.

wikipedia.org

Kekaisaran Maurya dibagi menjadi empat provinsi, masing-masing dipimpin oleh seorang pangeran kerajaan yang akan memerintah sebagai wakil Kaisar.

Terdapat sebuah infrastruktur yang luas dengan layanan sipil untuk mengendalikan segala aspek masyarakat, mulai dari hubungan internasional dan perdagangan dengan kekaisaran lain hingga kebersihan penduduk setempat.

Kekaisaran Maurya juga mempertahankan salah satu pasukan terbesar pada masanya dengan lebih dari 600.000 infantri, 9.000 gajah perang, dan 30.000 kavaleri. Selain itu, Kekaisaran Maurya memiliki sebuah sistem pengintaian untuk mengumpulkan informasi mengenai musuh, dari dalam kekaisaran maupun luar kekaisaran.

Dengan menjaga stabilitas, Kekaisaran Maurya menikmati pertumbuhan ekonomi dan menciptakan sistem perpajakan yang adil. Chandragupta Maurya menciptakan mata uang tunggal di seluruh kekaisaran yang memudahkan para petani untuk menjual hasil panen mereka dengan harga yang manusiawi.

Kekaisaran Maurya juga mengembangkan sistem perdagangan internasional yang menguntungkan dengan kerajaan-kerajaan Helenistik. Ekonomi dikelola dengan sangat baik sehingga nantinya akan dibandingkan dengan Kekaisaran Romawi.

wikipedia.org

Akan tetapi, Kekaisaran Maurya harus melihat kejatuhannya yang tragis pada akhirnya.

Sejak Chandragupta Maurya tiada, takhta Maurya diturunkan kepada para penerusnya dari Bindusara ke Brihadratha. Akan tetapi, kejatuhan Kekaisaran Maurya terjadi sejak pemerintahan Dasharatha, di mana kekaisaran tersebut kehilangan banyak wilayah.

Selain itu, pembunuhan Brihadratha oleh salah satu jenderalnya, Pushyamitra Shunga, dan bentrok antara agama Hindu dan Buddhis membuat kekaisaran tersebut jatuh. Pada 185 SM, Shunga mengkudeta Kekaisaran Maurya dan mendirikan dinastinya sendiri, Kekaisaran Shunga.

2. Kerajaan Baru Mesir (1550 – 1077 SM)

panafricanalliance.com

Peradaban Mesir memang dianggap sebagai salah satu peradaban tertua di dunia. Namun, pada era Kerajaan Baru Mesir-lah, negara Mesir dapat melihat kejayaannya, terutama dalam hal penguasaan wilayah, terutama pada zaman kerajaan ke-18, ke-19 dan ke-20. Pada masa-masa ini juga, pemerintah-pemerintah terkemuka Mesir muncul.

Kerajaan Baru Mesir berupaya meningkatkan perbatasannya untuk menaklukkan negeri Syam dan mempertahankan kendali terhadap serangan negeri Kush.

Thutmose III memperluas pasukan sehingga memperkuat Kerajaan Mesir selama masa pemerintahannya di dinasti ke-18. Langkahnya diikuti oleh para Firaun terkenal lainnya seperti Amenhotep III dan Tutankhamun.

tripsavvy.com

Masa Kerajaan Baru Mesir ditandai oleh beberapa bangunan paling mengesankan di dunia kuno, hasil dari perubahan seni dan makam Mesir. Para Firaun tidak lagi bermain dengan piramida dan memilih makam yang diukir ke dalam batu sebagai gantinya.

Kamu tahu Lembah Para Raja (وادي الملوك)? Nah, salah satu situs bersejarah warisan kebudayaan dunia UNESCO di Mesir tersebut dibangun pada zaman ini! Salah satu malam paling terkenalnya adalah kompleks pemakaman yang dibangun oleh Ramses II untuk putra-putranya, yang terbesar dari semua makam di Lembah Para Raja.

wikipedia.org

Pada puncak kerajaannya, Kerajaan Baru Mesir terbentang lebih dari 984.200 kilometer persegi dan memerintah sekitar 5 juta orang. Hingga masa kini, masa Kerajaan Baru Mesir dikenang bukan karena ukuran atau populasinya, melainkan untuk seni, makam, dan jejak sejarah yang ditinggalkannya.

Kerajaan Baru Mesir adalah salah satu kerajaan zaman dulu yang paling banyak diteliti, diakui, dan dipahami pada zaman lampau. Sebagian besar karena seberapa banyak tubuh para penguasanya yang awet karena daya tahan dan perlindungan makamnya.

Akan tetapi, dikarenakan kerusuhan, kekeringan panjang, kelaparan, banjir dari Sungai Nil, dan korupsi yang merajalela, masa kerajaan ke-19 dan 20 adalah yang paling suram sekaligus menandakan akhir dari masa Kerajaan Baru Mesir.

Dinasti ke-19 dan ke-20 mencakup para Firaun Ramses yang melakukan kampanye militer jangka panjang dan merebut kemenangan. Akan tetapi, kampanye militer tersebut sebagian besar melemahkan Kerajaan Mesir pada zaman Ramses XI, Firaun ke-10 sekaligus yang terakhir pada zaman itu.

Pada saat itu, kerajaan Mesir hampir tidak memiliki kuasa, sampai-sampai Imam Agung Dewa Amun menjadi pemerintah de facto di Mesir Hulu dan Smendes mengendalikan Mesir Hilir. Akhirnya, Smendes mendirikan kerajaan Mesir ke-21 di daerah Tanis, bahkan sebelum Ramses XI wafat pada 1077 SM.

Baca Juga: Bantai Jutaan Orang, Ini 8 Kerajaan Paling Sadis dalam Sejarah Dunia

3. Kekaisaran Makedonia (336 – 323 SM)

commons.wikipedia.org

Meskipun termasuk dalam daftar kerajaan zaman dulu paling adidaya, Kekaisaran Makedonia juga dibilang paling cepat jatuh. Hanya bertahan sekitar 13 tahun saja!

Sebelum menjadi kerajaan terbesar di dunia, Kekaisaran Makedonia sempat tunduk pada Kekaisaran Akhemeniyah.

Kejayaan Kekaisaran Makedonia dimulai saat raja Filipus II (359 - 336 SM) memperkuatnya menjadi salah satu kekuatan terbesar di benua Eropa pada masanya. Hal tersebut diraih dengan cara menaklukkan negara tetangganya, termasuk Yunani.

Kekaisaran Makedonia juga terkenal akan pemimpinnya yang legendaris sekaligus putra dari Filipus II, Aleksander III (Alexander Agung), menjadikan kekaisaran tersebut salah satu yang terkokoh di dunia.

Setelah Filipus II dibunuh pada 336 SM oleh salah satu pengawalnya, Pausanias, Aleksander Agung naik takhta menggantikan sang ayah.

wikipedia.org

Alexander Agung mendapatkan reputasinya dengan membangun pasukan terkuat di dunia dan menaklukkan tentara di tiga benua. Pasukan Aleksander Agung mampu menaklukkan Mesir dan kerajaan Akhemeniyah (yang dulu sempat menundukkan Makedonia).

Di masa keemasannya, Kekaisaran Makedonia meliputi bagian Eropa, Asia, hingga Afrika Utara. Aleksander Agung menggunakan pasukannya dan pengaruhnya yang besar untuk menyebarkan budaya dan bahasa Helenistik ke seluruh wilayahnya.

Untuk waktu yang cukup lama, sosok Aleksander Agung dipandang oleh banyak orang sebagai "Dewa" karena kemampuannya untuk menaklukkan pasukan yang jauh melebihi jumlah kerajaannya sendiri, kepribadiannya yang mengayomi, dan memerintah pasukan yang jauh lebih besar para pendahulunya.

Di Mesir, ia dianggap sebagai seorang Firaun dan "Anak Dewa Amun", sedangkan rakyatnya memandang Aleksander sebagai "Anak Dewa Zeus".

Masa kekuasaan Aleksander mungkin singkat, hanya 13 tahun. Akan tetapi, ia memberikan warisan abadi pada daerah-daerah yang ditaklukkan karena penyebaran pengaruh Yunani.

wikipedia.org

Aleksander Agung wafat pada usia yang cukup muda, 32 tahun, di Babilonia. Setelah kematiannya, ternyata Aleksander tidak memiliki pewaris takhta yang layak, sehingga jenderal-jenderalnya memecah Kekaisaran Makedonia menjadi provinsi-provinsi untuk dikuasai masing-masing.

Peperangan terus berkecamuk, hingga mengalami perang saudara. Beberapa mengakui saudara tiri Aleksander, Filipus III sebagai raja; yang lain, mengakui Aleksander IV (anak dari Aleksander Agung dan Roxana) yang masih bayi sebagai pemimpin sah.

Pada puncaknya, Kekaisaran Makedonia di bawah Aleksander Agung membentang lebih dari 5,2 juta kilometer persegi dan memerintah atas populasi yang sangat beragam.

Sebagai salah satu pemimpin kerajaan paling sukses dalam sejarah, hanya Aleksander Agung yang mampu memperkuat Kekaisaran Makedonia tanpa menghancurkan orang-orang dan budaya yang ia taklukkan. Malah, ia juga memperkenalkan kebudayaan Makedonia pada mereka.

4. Dinasti Han (206 SM - 220 M)

ancient-origins.net

Kamu tahu "Romance of the Three Kingdoms" (Kisah Tiga Negara) atau pernah bermain game "Dynasty Warriors"? Nah, masa Tiga Negara tersebut terjadi di tengah masa dinasti yang akan kita bahas selanjutnya, yaitu Dinasti Han. Hingga masa kini, rakyat Tiongkok amat susah move on dari masa Dinasti Han.

Hal tersebut dikarenakan Dinasti Han adalah masa keemasan Tiongkok. Malah hingga saat ini, etnis mayoritas di Tiongkok menyebut diri mereka "Suku Han" (Hanzu). Tulisan Mandarin? Disebut "Tulisan Han" (Hanzi). Terlihat jelas peninggalan Dinasti Han yang akan membekas hingga ke generasi selanjutnya.

Dinasti Han Barat berdiri pada 206 SM hingga 9 M oleh Liu Bang yang menyatukan seluruh Tiongkok dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Gaozu. Dinasti Han sendiri dibagi menjadi 13 wilayah: sepertiga wilayah dinasti di bagian barat dan 10 kerajaan di dua pertiga wilayah lainnya.

Agar tidak terjadi perang saudara, Liu Bang mencoba menenangkan beberapa jenderalnya dengan menjadikan mereka penguasa di wilayah-wilayah tersebut. Sepanjang sejarah Dinasti Han, mereka terus berseteru dengan Xiongnu, suku nomaden di utara.

Wilayah Dinasti Han meluas ke sebagian besar wilayah Xiongnu di utara dan ke selatan hingga Vietnam dan Korea modern.

pinterest.at

Untuk membiayai kampanye militer, Dinasti Han di bawah pemerintahan Kaisar Wu menciptakan beberapa monopoli pemerintah untuk menarik uang dari rakyat. Arak, garam, koin, hingga besi, semuanya merupakan monopoli di bawah pemerintah. Jalur Sutra juga diciptakan pada masa Dinasti Han dan mengubah masa depan Tiongkok.

Pendidikan dan kepercayaan Konfusianisme amat penting bagi Han dan banyak karya filosofis penting keluar dari periode ini. Kamus, biografi, dan sejarah ditulis untuk mendefinisikan bagaimana sejarah Tiongkok akan ditulis untuk masa-masa setelah Dinasti Han.

Selain itu, dari segi hukum, sebuah sistem hukum dan tata ketertiban bahkan memungkinkan kaum perempuan untuk menuntut ganti rugi atas laki-laki atas kejahatan. Tetap mengatasnamakan kemanusiaan, Dinasti Han memilih bentuk hukuman yang tidak brutal.

Akan tetapi, mulai dari Pemberontakan Serban Kuning hingga pada 220 M, Cao Pi, raja Wei, merebut takhta Dinasti Han dari Kaisar Xian dan menjadikan dirinya Kaisar Cao Wei maka Dinasti Han jatuh sepenuhnya.

Berkat sensus tertua yang pernah ada dalam sejarah, diketahui bahwa populasi dinasti Han adalah sebanyak 57.641.400 pada puncak kekuasaannya. Dinasti Han terbentang hingga 6,5 juta kilometer persegi atau lebih dari 4 persen dari total luas daratan di dunia!

Oleh karena itu, tidak heran jika hingga saat ini kebudayaan Tiongkok tidak bisa lepas dari pengaruh Dinasti Han.

5. Kekaisaran Akhemeniyah/Persia Pertama (550 - 330 SM)

nationalgeographic.com

Sejak pemerintahan Raja Koresh Agung, Kekaisaran Akhemeniyah menjadi salah satu kekuatan terbesar Persia di Asia Selatan dan Barat Daya.

Pada 550 SM, Raja Koresh menaklukkan Media untuk menciptakan Kekaisaran Persia Pertama. Raja Koresh sendiri adalah sosok yang lihai dalam hal taktik dan politik dan hal tersebut memungkinkannya untuk menggabungkan daerah Lydia dan Kekaisaran Neo-Babilonia ke dalam Kekaisaran Akhemeniyah.

Kemudian, Kekaisaran Akhemeniyah memperluas wilayahnya ke Mesir dengan mengalahkan kerajaan Mesir ke-26.

Selain taktik dan politik, Raja Koresh sangat bijaksana dalam hal tata negara. Ia memilih untuk tidak memaksa rakyatnya mematuhi satu budaya. Malah, ia mengizinkan rakyatnya untuk memiliki hak dan tanggung jawab yang sama tidak peduli etnis atau budaya mereka, selama mereka mematuhi hukum dan membayar upeti.

Meskipun ini mungkin berhasil selama beberapa periode dan menjamin kesetiaan rakyat Babilonia, kebijakan tersebut tidak banyak membantu dalam memadamkan pemberontakan atau menjaga ketertiban.

Bisa dibilang, pasukan Akhemeniyah menghabiskan lebih banyak waktu untuk menjaga tata tertib di dalam wilayah kekaisaran daripada melindungi perbatasan kekaisaran.

warhistoryonline.com

Pada masanya, Kekaisaran Persia Pertama melihat banyak kemajuan. Salah satunya adalah mendirikan kota Persepolis yang berfungsi sebagai ibukota kekaisaran dan akan menjadi rumah bagi raja-raja Persia berikutnya.

Kekaisaran Akhemeniyah dipenuhi dengan kota-kota besar, kuil, makam, dan istana yang menampilkan inspirasi dari berbagai budaya, cerminan dari kekaisaran itu sendiri.

Sayangnya, Kekaisaran Akhemeniyah berakhir pada 330 SM, sebagian besar dikarenakan upeti yang dikenakan pada bangsa dan warga negara jajahannya. Bayangkan saja, setiap negeri diharapkan menyediakan barang, jasa, dan upeti hingga Rp2,7 triliun per tahun!

Upeti tersebut begitu besar sehingga menyebabkan seluruh Kekaisaran Akhemeniyah mengalami krisis ekonomi.

Selain itu, pemerintah Kekaisaran Makedonia, Aleksander Agung, mengalahkan Akhemeniyah di tiga peperangan utama: Granicus, Issus, dan Gaugamela. Pada 330 SM, Persia membuat pertahanan terakhirnya melawan Aleksander di Gerbang Persia.

Ketika Aleksander Agung tiba, ia dan pasukannya dengan mudah menaklukkan tentara Akhemeniyah di Susa dan membagikan harta Persia di Persepolis untuk negeri-negeri miskin agar dapat membangun kembali kota-kotanya.

Dikarenakan Aleksander mempertahankan sebagian besar struktur pemerintahan Persia Pertama, ia dianggap oleh sebagian orang sebagai pemimpin Achaemenid yang terakhir.

Baca Juga: Ini 10 Keluarga yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Dunia, Simak Yuk

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya