TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hoaks Sains Terkenal Sepanjang Sejarah Ilmiah Modern, Mengesalkan!

Bikin geleng-geleng kepala aja...

sciencenewsforstudents.org

Seiring berjalannya waktu, dunia mengenal banyak ilmuwan yang berkontribusi melalui penemuannya untuk perkembangan hidup manusia. Pastinya, saat pertama kali ditemukan, para ilmuwan tersebut bukan hanya mendapat apresiasi dan penghargaan, melainkan kekayaan yang berlimpah juga.

Tergiur oleh harta, beberapa ilmuwan pada zaman dulu kemudian mencoba merencanakan sebuah "penemuan" yang mencengangkan asal bisa mendapatkan ketenaran dan harta. Walaupun terencana, ternyata masyarakat sempat tertipu olehnya!

Berikut ini adalah 5 hoaks ilmiah terkenal sepanjang sejarah ilmiah dan arkeologi modern. Scroll down the list!

1. Tengkorak "Manusia Piltdown"

businessinsider.sg

Apakah kamu mahasiswa departemen arkeologi? Bagi para arkeolog, fosil lebih berharga daripada emas. Mengapa? Penemuan fosil itu, jika telah terbukti secara ilmiah, akan mendatangkan penghargaan dan kekayaan bagi penemunya. Sampai selamanya, nama penemu fosil tersebut akan tercantum sebagai apresiasi.

Hal itu terbesit dalam pikiran Charles Dawson, seorang pengacara dan pemburu fosil amatiran. Pada 1912, Dawson mengumumkan bahwa ia telah menemukan fosil manusia purba beserta berbagai peralatan zaman batu di Piltdown, Sussex Timur, Inggris.

Penemuan tersebut mencengangkan dunia karena fosil tengkorak tersebut memiliki bagian atas manusia, namun rahang kera yang memiliki dua gigi geraham layaknya manusia. Dunia kemudian mengaitkan penemuan tersebut dengan teori evolusi Charles Darwin sebagai "mata rantai evolusi yang hilang antara kera dan manusia".

Untuk menghargai Charles Dawson, fosil manusia purba tersebut diberi nama "Eoanthropus dawsoni", dan dipajang di Natural History Museum, London, selama 40 tahun. Charles Dawson kemudian wafat pada 1916 berusia 52 tahun.

washingtonpost.com

Setelah dipajang selama 40 tahun, pada 1953, para ilmuwan kembali meneliti Manusia Piltdown dengan teknologi yang lebih mutakhir di zaman tersebut. Hasil penelitiannya jauh lebih mengejutkan!

Selidik demi selidik, ternyata bagian atas tengkorak Piltdown memang berasal dari manusia purba yang berusia 500 ribu tahun. Penipuannya terletak pada bagian rahang bawahnya yang berasal dari orangutan yang hanya berusia puluhan tahun saja.

Bukannya harum, nama Dawson malah tercemar oleh penemuannya sendiri. Mengapa? Pada 2016, sebuah penelitian DNA gabungan oleh para ilmuwan Inggris dari berbagai institusi arkeologi menyatakan bahwa pemalsuan fosil ini dilakukan oleh satu orang.

Siapakah gerangan? Seluruh telunjuk menuju kepada makam Dawson.

2. Penemuan fosil Shinichi Fujimura

businessinsider.sg

Yang satu ini juga datang dari bidang arkeologi di benua Asia. Pada 1981, seorang arkeolog amatiran asal Jepang, Shinichi Fujimura, ketiban rezeki nomplok saat menemukan peralatan masak batu yang berusia 40.000 tahun atau dari zaman Paleolitikum.

Sekitar 19 tahun kemudian, Fujimura pun kembali menemukan fosil yang jauh lebih tua usianya, 600.000 tahun! Bukan hanya fosil tersebut, Fujimura mengklaim ia juga menemukan gua-gua yang menjadi tempat tinggal para manusia purba.

Penemuan Fujimura diapresiasi oleh Negeri Sakura. Mengapa? Penemuan tersebut, pada saat itu, dianggap sebagai fosil tertua di Jepang dan dianggap sebagai bukti kehidupan zaman purba di Jepang.

twitter.com/mulboyne

Semuanya berjalan lancar untuk Fujimura, hingga tiba-tiba beredar foto-foto yang menunjukkan bahwa hasil penemuan Fujiwara yang diklaim sebagai fosil tertua di Jepang hanyalah bohong belaka. Fujiwara-lah yang menggali dan mengubur fosil-fosil tersebut.

Lalu, gua-gua yang diklaim sebagai tempat tinggal para orang purba itu juga termasuk tipuan murah yang digali sendiri oleh Fujiwara. Pilihan berada di pundak Fujiwara: mau mempertahankan penemuannya tapi malu kemudian atau malu sekarang dan bertobat?

Fujiwara kemudian memilih yang kedua. Ia meminta maaf dengan sangat atas penipuan yang telah ia lakukan sejak 1981 dan merasa "dirasuki oleh rasa tamak".

Baca Juga: 8 Alasan Ilmiah Kenapa Banyak Orang Indonesia Mudah Percaya Hoaks

3. Skandal produktivitas Jan Hendrik Schön

sfgate.com

Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk mengerjakan skripsi atau menyelesaikan penelitian? Jika lebih dari satu bulan saja, maka kamu sudah kalah dengan Jan Hendrik Schön.

Menerima gelar PhD pada 1997 dari University of Konstanz, fisikawan asal Jerman ini kemudian bekerja sebagai di Bell Labs, New Jersey, Amerika Serikat. Bayangkan saja, dalam waktu 2 tahun, ia menerbitkan 7 jurnal di jurnal Nature dan 9 jurnal di jurnal Science!

Pada 2001, Schön mengklaim bahwa ia menerbitkan jurnal paling tidak satu dalam seminggu! Benar-benar seseorang yang jenius. Apalagi, di tahun itu, ia mengemukakan penemuannya yaitu transistor berskala molekul.

Oleh penemuannya, Schön dianugerahi Otto-Klung-Weberbank Prize dalam bidang Fisika dan Braunschweig Prize pada 2001, dan Outstanding Young Investigator Award oleh Materials Research Society, Warrendale, Pennsylvania, pada 2002. Benar-benar lima tahun yang menyenangkan bagi Schön.

badische-zeitung.de

"Nothing lasts forever."

Apalagi penipuan. Bagaimana pun juga kamu menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga nantinya. Hal tersebut juga berlaku untuk Schön.

Beberapa ilmuwan mulai mempertanyakan validitas data dan penelitian Schön. Seberapa keras pun mereka mencoba, mereka tidak berhasil mereplikasi teknik atau teori yang dikemukakan oleh Schön. Kenyataan tersebut memancing banyak pertanyaan dari forum ilmiah.

Walaupun beberapa koreksi kecil dilakukan oleh Schön agar dapat tetap mempertahankan validitas datanya, teorinya tetap gagal direplikasi. Akhirnya, pada 2002, Bell Labs turun tangan dengan membentuk sebuah komite investigasi untuk memeriksa penelitian Schön.

Komite tersebut menemukan kejanggalan dalam 24 karya ilmiah Schön, namun hanya 16 yang berhasil terbukti. Kejanggalan tersebut adalah:

  • Data serupa yang digunakan oleh Schön ternyata digunakan juga dalam 16 penelitian yang berbeda, dan
  • Statistik yang dikemukakan dalam penelitian tersebut bukanlah hasil eksperimen, melainkan hasil perhitungan matematika.

Bukan hanya dikeluarkan dari Bell Labs, University of Konstanz pun juga mencabut gelar PhD dari Schön. Tidak tahu malu, Schön kemudian mengajukan banding. Setelah berbagai drama, akhirnya, gelar Schön tetap dicabut pada 2014.

"Penipuan fisika terbesar dan paling memalukan dalam 50 tahun terakhir."

4. Ununoctium dan Livermorium

chemistryworld.com

Pembohongan ilmiah terbesar ke-4 datang juga dari bidang ilmiah, lebih tepatnya kimia.

Pada 1999, sebuah kelompok peneliti dari Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL) yang dipimpin oleh fisikawan asal Bulgaria, Victor Ninov, mengklaim bahwa mereka berhasil menemukan elemen baru yang siap diletakkan pada tabel periodik, yaitu livermorium (elemen 116) dan ununoctium (elemen 118).

Mengutip kata Menteri Energi Amerika Serikat saat itu, Bill Richardson, penemuan Ninov berkontribusi besar terhadap perkembangan dunia kimiawi dalam skala ion dan atom.

Lalu, bagaimana Ninov dkk menemukan kedua elemen tersebut? Caranya adalah mereka terus membombardir timah dengan partikel kripton.

"Simpel bukan?"

chemistryworld.com

Saking simpelnya cara tersebut, para peneliti dibuat bingung olehnya.

Sama seperti kasus Schön, mereka tidak dapat mereplikasi ununoctium dan livermorium setelah melalui banyak percobaan. Hal ini membuat dunia curiga terhadap penemuan kedua elemen baru tersebut.

Gusar karena terus gagal, para peneliti menyatakan bahwa mereka ingin ununoctium dan livermorium dicabut statusnya. Selain itu, Ninov juga dipecat dari LBNL dengan tuduhan memanipulasi data dan penipuan.

Hingga saat ini, Ninov menjauh dari dunia sains. Ia bersikukuh bahwa ia tidak bersalah atas penemuannya itu walaupun gagal. Walaupun reputasinya ternoda oleh skandal itu, ilmuwan berusia 60 tahun tersebut ikut berkontribusi terhadap penemuan Darmstadtium (elemen 110), Roentgenium (elemen 111), dan Copernicium (elemen 112).

Livermorium kemudian benar-benar tercipta pada 2000 melalui penelitian gabungan Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL) di Amerika Serikat dan Joint Institute for Nuclear Research (JINR) di Rusia. Caranya adalah dengan menembakkan Kurium dengan ion kalsium-48.

Dua tahun kemudian, elemen Ogannesson (elemen 118) pun ditemukan oleh fisikawan nuklir asal Rusia, Yuri Ogannessian, yang mengambil tempat ununoctium pada 2002. Caranya adalah dengan menabrakkan atom Kalifornium dengan ion Kalsium-48.

Petaka bagi Ninov, berkah bagi generasi selanjutnya.

5. Fosil archaeoraptor

history.com

Pernahkah terpikir olehmu jika ayam atau unggas yang kita lihat dan konsumsi saat ini adalah bentuk evolusi dari dinosaurus bersayap!? Tidak pernah? Tidak apa-apa. Mungkin hanya arkeolog dan paleontolog tahun 1999-an saja yang percaya.

Namun, tahukah hoaks ini menipu siapa? National Geographic!

Ya, pada 1999, majalah National Geographic memuat isu mengenai penemuan fosil dinosaurus bersayap yang diberi nama "Archaeoraptor liaoningensis". Sesuai pelajaran Sejarah dasar, tinggal melihat nama belakang, dan kamu akan mengetahui asalnya.

Betul! Fosil tersebut ditemukan di kota Liaoning, Tiongkok timur laut, oleh Xu Xing, profesor paleontologis dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology of Beijing.

Pada edisi 15 November 1999, National Geographic menyatakan bahwa fosil yang disebutkan memiliki sayap burung dan tubuh velociraptor itu adalah "mata rantai yang hilang" dari evolusi dinosaurus menjadi unggas.

washingtonpost.com

Tidak perlu waktu lama, sebuah investigasi ternyata membuktikan bahwa fosil tersebut adalah hasil rakitan!

Xu Xing membeli fosil dromaeosaurus yang ditemukan pada 1997 dan memodifikasinya dengan mengelem fosil burung purba. Voila! Jadilah fosil Archaeoraptor liaoningensis.

Kemudian, Xu Xing menjual fosil palsu tersebut kepada seorang pedagang yang kemudian menjual fosil tersebut ke The Dinosaur Museum di Blanding, Utah, Amerika Serikat, pada 1999. Nah, pada saat itulah National Geographic mendapatkan beritanya.

Setelah National Geographic kecolongan akan berita tersebut, mereka mengakui kesalahannya. Sejak saat itu, fosil Archaeoraptor liaoningensis disebut sebagai Burung Piltdown, mengacu pada hoaks di poin pertama.

6. Raksasa Cardiff

troytaylorbooks.com

Hoaks satu ini adalah salah satu tipuan arkeologi terbesar di sejarah sains Amerika Serikat. Oh ya, Cardiff ini bukan terletak di Inggris, melainkan di New York.

Pada 16 Oktober 1869, sekelompok pekerja tengah menggali sumur di halaman belakang seorang peternak bernama William C. Newell. Bukannya menemukan air, ternyata mereka menemukan sebuah "fosil" manusia setinggi tiga meter yang membatu!

Newell kemudian mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menarik 25 sen bagi mereka yang ingin melihatnya. Saat melihat antusiasme warga, Newell tidak tega menaikkan harganya menjadi 50 sen!

messengernews.net

Hull kemudian menjual "raksasa Cardiff" tersebut kepada seseorang bernama David Hanum seharga $23.000. Kemudian, Hanum memindahkan "raksasa" tersebut ke Syracuse, New York, untuk dipamerkan.

Saking tenarnya, P. T. Barnum (bagi kalian yang menyaksikan "The Greatest Showman" pasti tahu sosok ini) ingin meminjam "fosil raksasa" tersebut selama tiga bulan. Tidak main-main, Barnum menawarkan $50.000! Hanum menolak tawaran tersebut.

Akhirnya, Barnum pun membuat "fosil raksasa" versinya sendiri dan mengklaim bahwa versinya yang asli. Barnum kemudian mengatakan kalau "raksasa" Hanumlah yang palsu. Tidak terima dengan tuduhan tersebut, pembuat "raksasa" aslinya, George Hull, kemudian langsung menuntut Barnum!

"Yah, ketahuan deh!"

Hakim pengadilan kemudian menyatakan bahwa Hull tidak dapat membuktikan keaslian "raksasa"nya, maka Barnum tidak melakukan kesalahan apapun. Kehabisan akal, pada 10 Desember 1869, Hull mengaku bahwa raksasanya adalah tipuan belaka, sebuah patung yang terbuat dari gipsum. Begini kronologi aslinya:

  • George Hull, seorang pedagang tembakau, terinspirasi oleh perdebatan jemaat Metodis bahwa dahulu raksasa pernah mendiami Bumi.
  • Hull kemudian membeli gipsum setinggi 3,2 meter dari Iowa. Ia berkilah bahwa gipsum itu untuk membuat monumen Abraham Lincoln di New York. Ia kemudian mengirimkan blok gipsum tersebut kepada seorang ahli pahat batu agar dapat dibentuk layaknya seorang manusia raksasa.
  • Ternyata, Hull kemudian mengirimkan patung raksasa tersebut kepada... Ya, William C. Newell, yang adalah ternyata adalah sepupunya. Ia mengirimkannya kepada Newell pada 1868, setahun sebelum kejadian.
  • Newell kemudian menyuruh beberapa orang menggali sumur, dengan tujuan agar mereka menemukan "fosil" tersebut di halaman belakangnya.

Tahukah kamu, untuk tipuan ini, Hull sudah menghabiskan dana hingga $2.600! Makanya, saat patungnya dibilang palsu, Hull langsung naik pitam.

Kalau kata Miles Edgeworth,

imgur.com

Baca Juga: 7 Hewan Mitos Terpopuler di Dunia, Hoaks Zaman Kuno yang Menjadi Abadi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya