TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ampun, 6 Perang Ini Ternyata Penyebabnya Gak Masuk Akal

Padahal, gak perlu-perlu banget

ilustrasi perang (gfycat.com)

Apa sih yang biasa menyebabkan perang? Perebutan wilayah? Spionase? Pembunuhan orang tertinggi di pemerintahan?

"Sudah biasa"

Namun, apa yang terjadi bila hal remeh-temeh seperti berikut ini menyebabkan perang?

1. Perang Babi (Amerika Serikat vs. Britania Raya)

ilustrasi perang babi (youtube.com/Shorts and Facts)

Seperti namanya, perang ini memang disebabkan oleh pembunuhan. Tetapi bukan orang, melainkan BABI!

Kejadian bermula pada 15 Juni 1859 di Pulau San Juan yang terletak di antara Amerika Serikat (AS) dan Pulau Virginia. Saat itu, San Juan menjadi rumah penduduk Amerika dan orang Inggris yang bekerja untuk Hudson Bay's Company.

Saat itu, AS juga sudah merdeka dari jajahan Britania Raya sejak 4 July 1776.

Seorang peternak Amerika bernama Lyman Cutter menembak babi hutan milik para pekerja Inggris yang merusak kebun kentangnya. Percekcokan antara Cutter dan para pekerja Inggris memuncak hingga mereka mengancam akan menangkap Cutter.

Para orang Amerika tidak terima dan melapor ke Angkatan Bersenjata AS yang kemudian mengirim Jend. George Pickett (yang nantinya akan menjadi Jenderal Negara Konfederasi Amerika pada Perang Saudara [1861 - 1865]) untuk mengakuisisi seluruh San Juan menjadi milik negara.

Tidak mau kalah, Inggris pun mengirim armada kapal bersenjata lengkap ke pesisir pantai San Juan. Bagian lucunya adalah... Selama dua minggu, mereka hanya saling pandang-pandangan saja. Tidak ada pertempuran atau tembakan meriam sama sekali!

Pada akhirnya, militer AS dan Britania Raya berjabat tangan sambil menandatangani kesepakatan bersama pada Oktober 1859.

"Oink! Oink!"

2. Pemberontakan Nika (Perang Saudara Turki)

ilustrasi pemberontakan Nika (britannica.com)

Sportifitas dan persaingan antara pendukung olahraga sudah ada ternyata sejak zaman dulu. Perilaku anarkistis para supporter? Jangan ditanya. Karena, hal itulah yang menyebabkan perang satu ini.

Konflik pada Pemberontakan Nika di Turki terjadi hanya karena balap kereta kuda!

Pada saat itu, balap kereta kuda di hipodrom memang sedang gencar-gencarnya di awal abad ke-6 di Turki, saat negara tersebut tengah diduduki oleh Kekaisaran Romawi.

Apalagi, di Konstantinopel (sekarang Istanbul), para pendukung memisahkan diri mereka menjadi empat fraksi. Namun, hanya dua fraksi yang paling dominan: "Fraksi Biru" dan "Fraksi Hijau".

Percayalah, mereka itu barbarnya bukan main! Pendukung sepak bola sekarang? Lewat.

Konflik terjadi pada Januari tahun 532, di bawah pemerintahan Kaisar Yustinianus I. Saat itu, dua anggota Fraksi Biru dan Fraksi Hijau dijatuhi hukuman mati oleh sang Kaisar.

Hal ini lebih efektif dari pertandingan antar negara. Kedua fraksi itu pun akhirnya bersatu dan menjarah jalan-jalan Konstantinopel dimulai dari hipodrom di komplek istana Kaisar Yustinianus I.

Lagipula, kedua fraksi juga tidak senang dengan pemerintahan sang Kaisar yang korup. Nama pemberontakan tersebut diambil dari teriakan kedua fraksi, Nίκα, yang artinya "menang".

"UNITED WE STAND"

Dalam beberapa hari saja, kedua fraksi tersebut sudah membakar markas besar para pejabat Romawi. Lebih parah lagi, mereka siap menunggalbalikkan Kaisar Yustinianus dan mengangkat Kaisar yang baru, Flavius Hypatius.

Liciknya, Kaisar Yustinianus I, seorang penggemar Fraksi Biru, kemudian menyogok Fraksi Biru untuk menikam Fraksi Hijau dari belakang. Ia juga mengingatkan bahwa Hypatius adalah pendukung Fraksi Hijau! Kotornya bukan main.

Hasilnya? Saat Kaisar Justinian menundukkan pemberontakan tersebut, Fraksi Biru ikut membantu. Sekitar 30 ribu jiwa bergelimpangan di Konstantinopel.

"DIVIDED WE FALL"

Baca Juga: 7 Senjata Super Peninggalan Perang Dunia II, Pasti Kamu Gak Menyangka!

3. Perang Anjing Kampung (Yunani vs. Bulgaria)

ilustrasi perang anjing kampung (warhistoryonline.com)

Bukan rahasia kalau pada awal abad 20, Yunani dan Bulgaria memang tidak akur. Buktinya? Perang Balkan Kedua pada 1913 antara Bulgaria melawan Serbia dan Yunani. Konflik satu ini merupakan "puncak" dari Yunani kontra Bulgaria.

Jika konflik pertama disebabkan oleh babi, konflik kedua disebabkan oleh anjing... yang menyebabkan tertembaknya tentara Yunani oleh tentara Bulgaria. Tentara Bulgaria menembak tentara Yunani yang melewati perbatasan demi mengejar anjingnya.

Kabar mengenai penembakan tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh telinga orang Yunani. Pemerintah Yunani pada masa itu, Theodoros Pangalos, kemudian memberikan ultimatum berbatas waktu 48 jam kepada Bulgaria dengan tuntutan:

  • Hukuman pada yang bertanggung jawab,
  • Permintaan maaf resmi, dan
  • Dua juta franc sebagai kompensasi.

Selain ultimatum, Yunani juga menduduki beberapa desa di Bulgaria. Bahkan, negara yang terkenal karena mitologi Olympus tersebut siap untuk membombardir kota Petrich, kota barat daya Bulgaria yang menjadi perbatasan antara Yunani dan Makedonia Utara.

Tidak tahan, Bulgaria memohon Liga Bangsa-Bangsa (sekarang PBB) untuk turun tangan. Akhirnya, Liga Bangsa-Bangsa turun tangan dan memberikan opsi berikut untuk kedua negara:

  • Genjatan senjata,
  • Yunani harus menarik pasukannya dari wilayah Bulgaria, dan
  • Yunani harus membayar 45 ribu pound sterling kepada Bulgaria.

Yunani diberikan waktu dua bulan untuk membayar kompensasinya. Beberapa kesalahpahaman terjadi sehingga sekitar 50 jiwa direnggut karena penyerangan tersebut, kebanyakan berasal dari Bulgaria.

Semua ini karena apa? KARENA ANJING LEPAS! Jadi, jaga anjing kalian baik-baik, ya.

4. Perang Telinga Jenkins (Inggris vs. Spanyol)

ilustrasi perang telinga Jenkins (historic-uk.com)

Pada tahun 1730an, seorang pelaut Inggris bernama Robert Jenkins tengah kembali ke Hindia Barat di Karibia setelah berdagang. Akan tetapi, beberapa pelaut Spanyol di Florida menduduki kapal Jenkins karena menganggap kapal Jenkins menyelundupkan komoditas.

Hal tersebut sesuai dengan Perjanjian Seville 1729, yang memperbolehkan pelaut Spanyol untuk menaiki kapal Britania Raya yang berdagang di Amerika. Entah apa yang merasukinya, komandan dari pelaut Spanyol, Juan de León Fandiño, tanpa pikir panjang memotong telinga Jenkins dan mengancam raja George II.

Sekitar tujuh tahun kemudian (yap, 7 tahun kemudian), barulah Jenkins melaporkan kejadian tersebut kepada anggota parlemen Britania Raya, dibarengi dengan tuduhan penyelundupan tidak berdasar pelaut Spanyol terhadap dirinya.

Buktinya? Jenkins membawa telinganya yang sudah busuk.

"EWH...!"

Murka dan berapi-api ingin membalaskan telinga Jenkins, Britania Raya kemudian mengumandangkan perang terhadap Spanyol pada 1739. Perang tersebut bertajuk:

"Perang Telinga Jenkins"

Sebenarnya, Britania Raya enggak perlu-perlu banget dengan telinga Jenkins. Hal remeh temeh banget, istilahnya!

Namun, saat itu, Britania Raya yang tengah menduduki AS ingin mengamankan rute perdagangan budak dan komoditas strategis di selat Karibia. Sayangnya, rute-rute tersebut dikuasai oleh Spanyol. Selain itu, Britania Raya dan Spanyol memang saat itu tengah meradang karena konflik wilayah di Georgia (Britania Raya) dan Florida (Spanyol).

Pelaut Spanyol juga menyalahgunakan Perjanjian Seville untuk mengganggu dan menguasai kapal-kapal Britania. Berkat insiden Jenkins, Britania Raya memiliki "casus belli" (penyebab perang) yang cukup untuk ditimpakan kepada Spanyol. Britania Raya bertempur selama dua tahun dengan Spanyol. Hasilnya? Tidak ada yang menang.

Perang ini kemudian menyatu dengan Perang Penerus Austria yang berlangsung selama sembilan tahun hingga 1848, yang ikut diselesaikan melalui Perjanjian Aachen.

Seluruh hal ini disebabkan karena apa? Keegoisan Juan de León Fandiño yang main potong telinga Jenkins.

5. Perang Kursi Emas (Britania Raya vs. Kerajaan Ashanti)

ilustrasi perang kursi emas (kentakepage.com)

Perang yang satu ini melibatkan Britania Raya dan Kerajaan Ashanti (sekarang Ghana). Sebenarnya, perang antara Britania Raya dan Ashanti berjalan cukup lama (1824 - 1900). Kejadian satu ini merupakan puncak dari perang antara kedua kubu negara.

Pada 1900, Britania Raya mengirim wakilnya bernama Sir Frederick Mitchell Hodgson ke Kumasi, Gold Coast (sekarang wilayah Ghana), untuk menancapkan dominasi Britania di sana. Hodgson berpendapat bahwa terdapat "kursi" istimewa di Ashanti yang dapat membuatnya berkuasa selamanya di sana.

Saat tiba, Hodgson disambut dengan ramah oleh para penduduk Ashanti. Bahkan, mereka menyanyikan lagu kebangsaan Britania Raya, "God Save the Queen", untuk menyambut Hodgson beserta istrinya.

Hodgson menyatakan bahwa sebagai wakil Britania Raya, ia berhak menggantikan raja mereka, Primpeh I, yang telah menjalani pembuangan, dan mengenakan upeti 160,000 pound sterling per tahun. "Baiklah," sebut rakyat Ashanti, berpikir bahwa persyaratannya berhenti di situ.

Ternyata tidak! Hodgson kemudian dengan pongahnya memerintahkan para rakyat Ashanti menyerahkan "Kursi Emas" kepada Ratu Victoria. Ia pun juga ingin duduk di kursi itu "sebagai wakil" Britania.

"Kursi Emas" yang dimaksud adalah lambang pemerintahan keramat bagi kerajaan Ashanti. Jika orang di luar kerajaan tersebut meminta untuk mendudukinya, sama saja seperti penistaan yang luar biasa.

Mendengar persyaratan satu itu, amarah rakyat Ashanti memuncak dan segera menyatakan perang ke-4 sekaligus terakhir dengan Britania Raya.

Meskipun pada akhirnya takluk pada Britania Raya, Ashanti tidak menyerah untuk mempertahankan Kursi Emas tersebut. Lalu, di manakah kursi tersebut sekarang? Tidak sengaja ditemukan pada oleh para pekerja saat pengerjaan jalan pada 1920an.

"Lho, katanya penting?!"

Baca Juga: 10 Fakta Unik Perang Dunia 1, dari Hidup di Parit sampai Senjata Super

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya