4 Fakta Ilmiah yang Wajib Kamu Tahu tentang 'Trauma Matematika'
Dan bagaimana ya cara mengatasinya?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam dunia pendidikan istilah susahnya mengerjakan soal matematika sudah gak bisa dipungkiri lagi. Banyak orang yang menderita berbagai tingkat trauma matematika, yakni suatu bentuk mental yang melemahkan seseorang ketika dihadapkan untuk mengerjakan soal matematika.
Justru banyak di antara mereka yang mengakui bahwa mereka gak pandai dalam pelajaran matematika. Biasanya mereka akan dilanda kepanikan jika ada ujian matematika, atau sering sekali sulit mengerjakan beberapa soal matematika dan terkadang mati-matian buat memahaminya. Topik soalnya bisa mencakup Aljabar atau Geometri.
Gagasan tentang orang yang pintar dalam matematika maupun yang tidak, mendorong penelitian yang dilakukan oleh Jennifer Ruef dari University of Oregon bersama rekan-rekannya. Mereka menemukan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru dalam mengajar matematika adalah membantu sejumlah besar murid sekolah dasar yang menghadapi trauma matematika.
Begini penjelasan lengkapnya mengenai trauma matematika.
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Berhenti Membenci Matematika
1. Dogma matematika di masyarakat
Trauma matematika bermanifestasi sebagai kecemasan atau ketakutan, biasanya ketakutan ini berpacu pada takutnya akan melakukan kesalahan. Ketakutan ini membatasi akses ke jalur kehidupan bagi banyak orang, termasuk sekolah dan pilihan karier.
Sementara trauma matematika itu sendiri memiliki banyak sumber, yakni ada beberapa orang tua dan guru yang mempengaruhinya secara langsung, seperti gagasan kuno tentang apa artinya menjadi pandai dalam matematika. Yang termasuk dalam kecepatan dan ketepatan, dan menganggap manusia adalah komputer yang sebenarnya.
Tetapi penelitian telah mengkonfirmasi bahwa mengikat atau memaksa seseorang untuk pintar dalam hal itung-mengitung justru akan melemahkan peserta didik itu sendiri. Orang-orang yang berjuang untuk menyelesaikan ujian matematika sering mengalami rasa takut, yang akhirnya mematikan memori kerja mereka.
Dan membuatnya mustahil untuk berpikir serta memperkuat gagasan bahwa seseorang gak dapat mengerjakan matematika dan mengklaim diri bahwa mereka bukan orang yang pintar dalam matematika.
Terlebih lagi, siswa yang berhasil dalam ujian matematika faktanya memiliki kepercayaan bahwa menjadi ahli dalam matematika berarti cepat dan akurat dalam menghitung. Keyakinan ini bisa menyebabkan identitas matematika yang rapuh. Siswa takut mengungkapkan bahwa mereka gak tahu sesuatu atau gak bisa mengerjakan secepat itu, jadi mereka memilih menghindarinya.
Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Kita Gak Bisa Menghindari Matematika
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.