TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Islamofobia, Kebencian terhadap Islam sejak Perang Salib

Istilah islamofobia mulai populer sejak peradaban modern 

Aktivis antirasisme berkumpul di Portland Place pada demo melawan rasisme pada Sabtu, 19 March 2022. (commons.wikimedia.org/Alisdare Hickson)

Islamofobia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki ketakutan atau kebencian yang tidak berdasar terhadap umat Islam. Keyakinan islamofobia ini mencetuskan beberapa serangan atau aksi kekerasan terhadap orang muslim yang tidak bersalah, khususnya di negara-negara Barat dan Amerika Serikat, yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya.

Kebencian terhadap orang muslim memang meningkat secara substansial dalam beberapa waktu terakhir di Amerika. Vandalisme terhadap masjid menjadi salah satu aksi kebencian terhadap Islam yang paling umum terjadi di AS. Namun, kadang, ada insiden yang jauh lebih fatal, seperti kasus seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang ditikam hingga tewas di Illinois pada Oktober 2023. Untuk itu, mari, kita ulas apa itu islamofobia.

 

1. Asal-usul terciptanya istilah islamofobia

Demonstrasi islamofobia di České Budějovice, Republik Ceko, pada 14 Maret 2015. (commons.wikimedia.org/Venca24)

Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, kata islamofobia pertama kali digunakan pada 1923 dalam Journal of Theological Studies. Namun, penggambaran umat Islam yang dianggap sebagai orang yang misterius, biadab, atau tak berakal sehat dalam nilai-nilai Barat sudah ada sejak lama. Hal ini terjadi saat Perang Salib pada Abad Pertengahan dan sebagai bentuk kekhawatiran terhadap Turki pada masa kejayaan Kekaisaran Ottoman.

Dalam surat kabar berbahasa Inggris, istilah islamofobia pertama kali muncul pada 1990-an. Islamofobia lantas menjadi semakin relevan pada era setelah tragedi 9/11 atau serangan 11 September 2001. Islamofobia dianggap memiliki kecenderungan untuk menjadikan agama sebagai ideologi ekstremis yang hanya diikuti oleh kelompok fanatik.

 

Baca Juga: 5 Ide Topik Islam untuk si Kecil agar Ramadan Makin Bermakna

2. Islamofobia meningkat seiring berjalannya waktu

Ledakan terjadi setelah pesawat menabrak Menara Selatan (WTC 2), pada 11 September 2001. (commons.wikimedia.org/rds323)

Ada yang berpendapat bahwa islamofobia menjadi masalah besar di Barat ketika terjadi Revolusi Iran pada 1979. Peristiwa ini dianggap penting karena mampu mengubah perspektif tentang Islam di masyarakat. Profesor Khaled Beydoun berpendapat bahwa ideologi anti-Amerika yang diusung oleh Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, dan penyanderaan di Iran yang terjadi setelah revolusi membuat banyak orang Amerika beranggapan bahwa orang Muslim adalah kaum fanatik agama.

Persepsi terhadap umat Islam semakin memburuk setelah serangan Twin Tower pada 11 September 2001. Tragedi ini memicu naiknya kejahatan anti-Muslim di AS. Serangan islamofobia meningkat secara dramatis pada 2001 dari jumlah yang relatif rendah pada 2000.

Sejak saat itu, serangan islamofobia tidak pernah mengalami penurunan. Islamofobia justru makin memburuk karena dipicu oleh bangkitnya kelompok ISIS. 2016 adalah tahun saat terjadi lonjakan serangan yang signifikan, yang dilakukan oleh organisasi teroris. Dari sinilah, terjadi peningkatan jumlah kejahatan rasial dan serangan antimuslim.

Beberapa pihak juga menyalahkan pemerintahan di bawah kendali Presiden AS, Donald Trump. Pasalnya, pemerintahan Donald Trump membuat tingkat agresi terhadap orang muslim semakin meningkat, tulis ABC News. Presiden Donald Trump memberlakukan kebijakan dengan melarang imigran dari beberapa negara muslim pada 2016 masuk ke Amerika, bahkan mengusulkan larangan terhadap migran muslim.

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya