TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kekacauan Serius Setelah Terjadinya Perang Dunia II

Berakhirnya perang belum bisa menciptakan kenyamanan

smithsonianmag.com

Pada pertengahan Agustus 1945, seluruh dunia bisa menghela napas lega. Imperial Jepang baru saja menyerah, yang akhirnya mengakhiri kengerian Perang Dunia II yang telah menewaskan 60 juta orang di beberapa wilayah dan melibatkan orang-orang tak bersalah. Hitler sudah tiada, Holocaust sudah berakhir dan Sekutu menang. 

Meskipun buku-buku sejarah menggambarkan akhir Perang Dunia II sebagai akhir dari kekejaman perang, kenyataan yang sebenarnya, orang-orang yang masih bertahan hidup di tahun 1945 masih dilanda kegelisahan. Setelah penyerahan Jerman dan Jepang, beberapa kejadian buruk masih saja terjadi.

1. Penduduk Jerman yang terluntang-lantung

wikipedia.org

Pada musim panas 1945, Jerman baru saja dikalahkan akibat terjadinya perang yang diciptakannya. Sebagian dari penduduk Jerman berimigrasi ke negara-negara Eropa. Ketika Perang Dunia II berakhir, Cekoslowakia, Polandia, Hongaria, dan Yugoslavia disinggahi penduduk Jerman yang lumayan banyak. Namun, para Sekutu memaksa mereka semua untuk kembali ke Jerman. Yang akhirnya menjadi migrasi masal terbesar dalam sejarah manusia.

Seperti yang dijelaskan oleh The Chronicle of Higher Education, orang Polandia, Ceko, dan Slovakia bersikap buruk kepada etnis Jerman, mereka digiring keluar dari desa dengan ditodong senjata. Wanita hamil kala itu harus mati kedinginan saat mereka dibawa ke Polandia utara. Di kota Postoloprty di Ceko, lima remaja Jerman dicambuk dan dieksekusi di alun-alun kota.

Dilansir dari Washington Post, lima tahun setelah perang, 13 juta orang Jerman secara paksa dideportasi dari tanah air mereka sendiri. Hingga 1 juta orang meninggal.

Baca Juga: 6 Fakta Mengerikan di Balik Perang Dunia II yang Jarang Diketahui

2. Kebijakan 'Ratlines' Argentina

rarehistoricalphotos.com

Perang Dunia II di Amerika Selatan hanya mengandalkan sedikit senjata, yang berarti hanya sedikit nyawa yang melayang. Namun wilayah itu lebih condong dengan perang ekonomi dan propaganda. Menurut Britannica, hanya Brasil yang berpartisipasi dalam skala besar, mengirimkan pasukan ekspedisi ke Italia untuk membantu mengusir fasisme.

Namun, setelah perang berakhir secara resmi, saat itulah Amerika Latin terlibat secara serius. Beberapa Nazi yang terkenal melarikan diri ke Amerika Selatan, dibantu oleh komunitas besar Jerman di Chili, Brasil, dan Argentina. Dukungan mereka pun meluas lebih jauh, tepat ke jantung pemerintah Argentina.

Meskipun Argentina secara simbolis menyatakan perang terhadap Nazi di hari-hari terakhir konflik, namun tidak semua orang mendukungnya, termasuk Juan Peron, presiden kala itu. Seperti yang dijelaskan oleh History, setelah Berlin jatuh, Peron memerintahkan intelijennya untuk membantu Nazi yang melarikan diri ke Argentina. Pada awal 1946, jaringan "ratlines" menyelundupkan para Nazi ke tempat yang aman.

Hingga 9.000 Nazi yang masih buron berhasil mencapai Amerika Selatan dengan paspor darurat yang dikeluarkan oleh Palang Merah, orang-orang yang terlibat dijuluki "the Butcher of Riga" dan "the Angel of Death."

Orang-orang Peron bahkan meminta pejabat Vatikan untuk membantu memalsukan dokumen, beberapa di antaranya tidak mengetahui niat sebenarnya. Akhirnya, sekitar 5.000 Nazi menjalani kehidupan mereka di Argentina, dan tidak pernah diadili atas kekejaman yang telah mereka lakukan.

3. Pogrom Anti Yahudi Polandia

smithsonianmag.com

Setelah terjadinya peristiwa tragis yakni Perang Dunia II dan Holocaust, sebagian besar orang Yahudi Eropa meninggalkan benua itu. Tetapi banyak minoritas yang berusaha untuk pulang, berharap kekalahan Nazi akan mengakhiri anti-Semitisme. Jewish Virtual Library melaporkan bahwa pascaperang, Prancis menjadi surga bagi para pengungsi Yahudi. Para penyintas Holocaust yang kembali ke Polandia malah terperangkap dalam kerusuhan anti-Yahudi. Dan yang paling buruk adalah pogrom Kielce.

Museum Peringatan Holocaust AS menceritakan, sebelum perang, Kielce memiliki populasi 24.000 orang Yahudi (sekitar sepertiga dari penduduk kota.) Hampir semua dari mereka meninggal dalam peristiwa Holocaust, tetapi 200 orang kembali pada tahun 1946 untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Pada bulan Juli itu, seorang bocah lelaki setempat bernama Henryk Blaszczyk sempat menghilang namun muncul kembali dengan alasan kalau dia diculik oleh orang-orang Yahudi. Warga Kielce yang mengetahui itu berniat untuk menyerang orang-orang Yahudi. 

Kekerasan berlangsung berjam-jam. Menurut Smithsonian, pada saat itu sudah lebih dari 42 korban Holocaust meninggal, termasuk seorang wanita hamil. Empat puluh lainnya terluka. Dan Kielce hanyalah salah satu dari banyaknya pogrom kecil di Polandia pada tahun 1946.

4. Uji coba Soviet

histclo.com

Menjadi tahanan perang dalam Perang Dunia II adalah pengalaman yang sangat tidak menyenangkan. Jepang terkenal kejam dalam menganiaya siapa pun, sementara Jerman hanya menerapkan hukum internasional pada tawanan perang yang mereka anggap rasial dan mengecualikan Slavia yang dipenjara dari Uni Soviet. Dari 5,7 juta yang ditangkap, Museum Memorial Holocaust AS memperkirakan 57 persen orang terbunuh, kelompok korban Nazi terbesar kedua setelah orang Yahudi.

Perdana menteri Soviet ketika Perang Dunia II berakhir adalah Josef Stalin. Stalin menganggap siapa pun yang ditangkap oleh Nazi adalah pengkhianat. Tentara Merah membebaskan POW Soviet dari tahun 1943 dan seterusnya, mereka sering kali membawa POW Soviet kembali ke Moskow untuk uji coba pertunjukan. Seperti yang dicatat oleh Holocaust Memorial Museum, banyak dari mereka yang dihukum dan dikirim ke gulag Siberia. 

The Hoover Institute melaporkan bahwa banyak orang yang langsung dieksekusi karena ditangkap telah melakukan kejahatan. Sekitar 1,5 juta tahanan perang Soviet dianiaya setelah dibebaskan, yang merupakan mayoritas yang selamat dari kamp-kamp Nazi POW.

5. Diskriminasi terhadap survivor bom Jepang

asahi.com

Dikenal sebagai hibakusha, mereka yang selamat dari Nagasaki dan Hiroshima harus menerima diskriminasi yang ekstrem. Dilansir dari Japan Times, banyak yang mengira kalau para penyintas itu bisa saja menularkan penyakit akibat radiasi bom atom.

Sebagian besar dari mereka berjuang untuk mendapatkan pekerjaan setelah perang berakhir, dan menjadi seorang hibakusha akan menghambat perihal pernikahan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: 6 Film yang Mengisahkan Tawanan Perang dalam Perang Dunia II

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya