TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika Serikat

Banyak warga AS tidak suka dengan sistem Electoral College

Electoral College New York memberikan suara untuk Benjamin Harrison, 1889 (commons.wikimedia.org/Benjamin Harrison Presidential Site)

Pemilihan presiden Amerika Serikat bisa dibilang menjadi hal yang unik di dunia. Alih-alih mengandalkan dari suara rakyat terbanyak, calon presiden justru ditentukan oleh Electoral College (Kolese Elektoral).

Jika kamu mengikuti politik Amerika, kamu pasti tahu istilah ini. Ya, minimal pernah mendengarnya. Akan tetapi, apa sebenarnya Electoral College itu? Berikut ini penjelasan selengkapnya. 

1. Pengertian Electoral College

Sensus Amerika Serikat 2010 (commons.wikimedia.org/Adam Lenhardt)

Electoral College adalah sekelompok orang yang memilih presiden dan wakil presiden. Para pemilih (elector) akan memilih calon presiden dan wakilnya di setiap negara bagian. Calon presiden dan wakil presiden yang mendapat suara terbanyak dari mereka akan memenangkannya.

Terdapat 538 anggota Electoral College, demikian yang dijelaskan National Conference of State Legislators. Namun, seorang kandidat hanya membutuhkan 270 suara untuk bisa dinyatakan sebagai presiden. Tiap negara bagian mempunyai sejumlah delegasi ke Electoral College, berdasarkan perwakilan di DPR dan Senat, ditambah tiga delegasi tambahan untuk District of Columbia.

Karena tidak semua negara bagian memiliki jumlah perwakilan elector yang sama, negara bagian seperti California dan Texas memiliki lebih banyak delegasi dibandingkan Alaska dan Montana. Negara bagian dengan jumlah suara Electoral College terbanyak adalah California, Texas, Florida, dan New York. Yang paling sedikit adalah Alaska, Delaware, District of Columbia, Montana, Dakota Utara dan Selatan, Vermont.

Baca Juga: 17 Negara yang Gelar Pemilu Presiden Tahun 2024, Tak Hanya Indonesia!

2. Mengapa Electoral College dibentuk?

Kartun politik satir tentang terpilihnya Benjamin Harrison dengan sistem Electoral College, yang diterbitkan di majalah mingguan "Puck", pada tahun 1871. (commons.wikimedia.org/Norman B. Leventhal Map Center/Joseph Ferdinand Keppler)

Saat Amerika Serikat baru terbentuk, para Founding Fathers tidak ingin jika Amerika diperintah oleh pemimpin yang dipilih masyarakat umum. Founding Fathers keberatan jika masyarakat umum (yang notabennya tidak memahami pemerintahan) justru diminta untuk memilih presiden. Alexander Hamilton membingkai peraturan ini dalam sebuah buku yang berjudul, The Federalist Papers.

Alexander Hamilton menjelaskan bahwa masyarakat memang perlu memilih pemimpin mereka sendiri. Akan tetapi, pemilihan ini jauh lebih baik jika dilakukan oleh orang-orang profesional yang mampu menganalisis kualitas pemimpin mereka. Ia juga mengatakan bahwa pemungutan suara yang tidak mengandalkan suara rakyat secara langsung bisa mencegah korupsi dan kronisme.

Electoral College di negara-negara bagian yang masih menerapkan perbudakan, tidak mengizinkan para budak untuk memilih. Pada dasarnya, para budak tidak memiliki hak untuk memilih presiden dan wakil presiden. Bahkan Presiden James Madison mengakui bahwa di negara bagian Selatan, hak untuk memilih sangatlah rumit.

Jadi, Electoral College diabadikan dalam Konstitusi AS. Jumlah pemilih pun berubah ketika Amerika menambahkan lebih banyak negara bagian ke dalam serikat pekerja. Para elector (pemilih) dari Electoral College biasanya akan bertemu pada tanggal 6 Januari, setelah pemilu, untuk secara resmi memilih presiden dan wakil presiden.

3. Tidak semua pemilih Electoral College memilih kandidat dengan suara terbanyak di negara bagiannya

Pertemuan Electoral College 2020 di 100 State Circle, Annapolis (commons.wikimedia.org/MDGovpics)

Publik sebenarnya sudah tahu siapa pemenangnya keesokan harinya. Hah, bagaimana caranya? Contohnya, jika seorang kandidat memenangkan suara terbanyak di Florida, elector di Electoral College akan memilih kandidat dengan suara terbanyak tersebut, dan kandidat itu pun mendapat 35 suara di Florida.

Nah, itu mengapa media sudah tahu kandidat mana yang akan menang pemilu hanya berdasarkan negara bagian yang dimenangkannya, bahkan sebelum Electoral College bertemu. Hillary Clinton kalah dalam pemilu Electoral College tapi memenangkan pemilu dari suara rakyat pada tahun 2016. Sebenarnya, Hillary Clinton adalah seorang elector (Electoral College) untuk kandidat Partai Demokrat di New York.

Ada beberapa contoh ketika para pemilih dari Electoral College melanggar suara terbanyak dan memilih kandidat lain. Mereka disebut sebagai pemilih yang tidak setia. Hal ini pernah terjadi pada tahun 1948, 1956, 1960, 1968, 1972, dan 1988. Pada tahun 2016, tujuh pemilih Electoral College memisahkan diri dari negara bagian mereka dalam pemilihan presiden. Anggota Kongres juga dapat menolak suara dari Electoral College, meskipun hal ini jarang terjadi. Namun, ini hanya terjadi dua kali: pada tahun 1969 dan 2005.

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya