TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Jenis Mamalia Beracun yang Tersebar di Dunia, Hanya Ada Sedikit!

Ada mamalia yang sudah dikenal luas, lho

Seekor kukang jawa, salah satu jenis kukang dengan racun. (commons.wikimedia.org/Aprisonsan)

Biasanya jika membicarakan jenis hewan beracun, maka kita akan merujuk pada keluarga serangga, reptil, atau ikan saja. Memang benar kalau sebagian besar hewan yang memiliki racun berasal dari keluarga tersebut. Bahkan, jika mendengar keluarga mamalia, kita mungkin tak terpikirkan satu pun jenisnya yang memiliki racun.

Padahal ternyata ada, lho, sejumlah kecil jenis hewan yang berasal dari keluarga mamalia yang memiliki racun pada dirinya. Jenis dan cara aplikasi racun pada jenis-jenis mamalia beracun ini pun beragam bentuknya. Penasaran sama mamalia apa saja yang ternyata memiliki racun? Yuk, simak daftar selengkapnya di bawah ini!

1. Platipus

Seekor platipus liar yang ada di Pulau Tasmania. (commons.wikimedia.org/Klaus)

Platipus (Ornithorhyncus anatinus) lebih populer kita kenal sebagai salah satu mamalia yang bertelur. Akan tetapi, hewan endemik Australia ini ternyata juga termasuk mamalia yang memiliki racun di tubuhnya.

Dilansir Britannica, hanya platipus jantan yang dapat memproduksi racun dari kelenjar di atas paha dan terhubung ke taji yang berada di setiap kakinya. Uniknya, racun tersebut hanya diproduksi ketika musim kawin saja. Peneliti percaya, selain untuk mempertahankan diri, racun tersebut berguna untuk menunjukkan dominasi atas pejantan lain ketika musim kawin.

Sementara itu, untuk jenis racunnya, dilansir Nature, platipus jantan memproduksi enzim protease serin yang terbagi atas 26 jenis yang berbeda. Sebanyak tujuh di antaranya bahkan merupakan neurotoksin yang dapat membunuh hewan-hewan kecil. Sementara jika terkena pada manusia, efeknya adalah rasa sakit yang luar biasa.

2. Kelelawar vampir

Penampakan dari dua ekor kelelawar vampir. (commons.wikimedia.org/Oasalehm)

Kelelawar vampir (Desmodontinae) merupakan kelompok hewan pemakan darah atau dikenal dengan sebutan hematophagous. Uniknya, racun pada mamalia terbang yang satu ini berkaitan dengan cara mereka memakan darah, lho.

National Geographic melansir, kelelawar vampir memproduksi enzim plasminogen activator yang diaplikasikan pada salivanya. Racun pada kelelawar vampir bukan berfungsi untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya. Lewat enzim tersebut, kelelawar vampir menghancurkan platelet pada tubuh korbannya ketika sedang mengisap darah. 

Dengan dihancurkannya platelet pada tubuh korban, darah dari luka yang dibuka dengan taring kelelawar vampir tidak akan menggumpal dan terus mengucur. Ini memudahkan kelelawar vampir untuk mengisap darah si korban.

Akan tetapi, kelelawar vampir tidak mengisap darah korbannya sampai mati. Sebab kebanyakan tubuh korbannya dapat beradaptasi dengan racun si kelelawar sehingga darah yang keluar tidak akan mengucur dalam waktu yang lama.

3. Solenodon

Solenodon Hispaniolan, salah satu jenis solenodon yang terkonfirmasi memiliki racun. (commons.wikimedia.org/Seb az86556)

Ada dua jenis solenodon yang diketahui memiliki racun, yaitu solenodon kuba (Solenodon cubanus) dan hispaniola (Solenodon paradoxus). Keduanya masuk ke dalam Eulipotyphla, sebuah keluarga mamalia yang dulu diklasifikasikan sebagai pemakan serangga.

Dilansir New York Times, salah satu jenis solenodon yang pernah diteliti, yaitu solenodon hispaniola, memproduksi saliva beracun yang diaplikasikan lewat gigitan. Nantinya, mereka akan menyuntikkan racun tersebut kepada mangsanya lewat gigi seri bagian bawah.

Solenodon memiliki racun berkat adanya kallikreins, sejenis enzim yang umum dimiliki keluarga Eulipotyphla. Enzim ini sendiri berfungsi untuk menjaga tekanan darah. Dalam sebuah penelitian, peneliti mencoba menyuntikkan racun ini ke tikus percobaan. Hasilnya, zat tersebut sukses untuk menurunkan tekanan darah si tikus sehingga membuatnya jadi pusing, mirip seperti yang dialami mangsa solenodon.

4. Celurut

Portet seekor celurut di alam liar. (pixabay.com/Rollstein)

Secara mengejutkan, keluarga celurut (Soricidae) atau yang lebih kita kenal dengan sebutan "curut" masuk ke dalam kategori mamalia yang memiliki racun. Meski diduga seluruh jenis celurut memiliki racun, belum diteliti secara pasti soal kebenarannya.

Akan tetapi, sudah jelas kalau ada tiga jenis celurut yang diketahui memiliki racun. Di antaranya ada celurut air Mediterania (Neomys anomalus), celurut ekor pendek utara (Blarina brevicauda), dan celurut air Eurasia (Neomys fodiens).

Mengutip laman Chemical & Engineering News, celurut ekor pendek utara memiliki racun yang berasal dari kelenjar ludah pada rahang bawahnya. Racun tersebut digunakan untuk melumpuhkan mangsa.

Ada dua jenis racun berbeda yang berhasil diidentifikasi peneliti dari spesimen celurut. Pertama, racun yang berasal dari peptida aktif yang diberi nama soricidin, sedangkan yang kedua adalah blarina toxin.

Uniknya, racun yang melumpuhkan mangsa dari celurut ini bisa membantu mereka menyimpan mangsanya. Diketahui, cacing tanah, tikus, hingga celurut lain bisa terkena dampak dari racun ini hingga lumpuh selama 15 hari dengan kondisi masih hidup. Dengan demikian, celurut tidak perlu khawatir pada risiko kebusukan jika ingin menyimpan mangsanya selama beberapa hari.

Baca Juga: 7 Hewan dengan Suara Terkeras, Kalahkan Pesawat Jet

Verified Writer

Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya