TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bukti Ilmiah yang Menunjukkan bahwa Hewan Juga Memiliki Emosi

Kadang mirip dengan manusia

Pexels.com/Pixabay

Secara sederhana, emosi dapat diartikan sebagai perasaan yang melibatkan reaksi terhadap sebuah kejadian. Nah, dalam dunia psikologi, biasanya emosi dikaitkan dengan mental dan suasana hati manusia. Lalu, apakah emosi pada hewan juga bisa dibuktikan secara sains?

Nah, kali ini kita akan membuktikan bahwa sebetulnya hewan pun memiliki emosi. Ini lima bukti ilmiahnya!

1. Studi ilmiah sudah membuktikan bahwa hewan juga memiliki emosi layaknya manusia

Pexels.com/Samson Katt

Sebuah jurnal sains yang dicatat dalam laman Oxford Academic menyatakan dengan tegas bahwa hewan, terutama mamalia, juga memiliki emosi layaknya manusia. Mereka bisa bergairah dan merasakan berbagai macam perasaan seperti kegembiraan, rasa takut, putus asa, kesedihan, rasa hormat, dan bahkan cinta.

Prinsipnya, semakin kompleks struktur dari spesies tersebut, semakin kompleks pula cara mereka berpikir dan merasakan akan sesuatu. Itu sebabnya, kawanan gajah bisa merasakan kesedihan atau duka cita mendalam akibat kematian anggota kelompoknya.

Studi dan penelitian yang diterbitkan pada 2000 ini telah melibatkan banyak spesies hewan. Ilmuwan dan ahli satwa meneliti secara detail mengenai perilaku, struktur otak, sejarah evolusi, bahkan psikologis mereka. Kesimpulannya, hewan memiliki kualitas emosi yang berbeda-beda tergantung pada struktur otak mereka. Mamalia jelas memiliki tingkat emosional yang lebih kompleks dibanding jenis lainnya.

Baca Juga: 7 Hewan Ini Berkerabat dengan Hewan yang Gak Disangka, Bisa Tebak?

2. Evolusi pada otak hewan menjadi salah satu penyebab munculnya emosi

Pexels.com/Andre Mouton

Setiap organisme yang ada di Bumi pasti mengalami evolusi. Dalam dunia hewan, otak menjadi bagian yang sangat penting dan juga terus mengalami evolusi, layaknya manusia. Salah satu bukti evolusioner pada otak hewan adalah keberadaan sistem limbik dalam otak mereka.

Sebuah jurnal sains berjudul "The Limbic System Conception and Its Historical Evolution" yang diterbitkan dalam The Scientific World Journal menjelaskan bahwa sistem limbik adalah area pada otak yang bertanggung jawab untuk memunculkan emosi pada makhluk hidup. Sistem ini juga terbukti dapat memberikan dorongan atau hasrat seksual pada banyak spesies di Bumi.

Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan bahwa sistem limbik merupakan hasil evolusi dalam rentang waktu yang sangat lama. Ilmuwan dan kalangan akademisi mendapatkan bukti bahwa struktur otak yang kompleks dihasilkan melalui kombinasi genetik, seleksi alam, dan perubahan (evolusi) yang terjadi sejak zaman purba, yakni ratusan juta hingga miliaran tahun lalu.

3. Pengamatan langsung terhadap hewan peliharaan adalah bukti yang paling mudah didapatkan

Unsplash.com/Chewy

Apakah kamu memiliki hewan peliharaan? Yup, faktanya, hewan peliharaan, seperti anjing, kucing, kura-kura, burung, dan spesies lainnya memiliki emosi yang bisa terpancar melalui perilaku mereka. Kamu jangan heran jika sering melihat mereka gembira, cemas, dan mungkin protektif terhadap pemiliknya.

Hewan-hewan peliharaan yang telah melalui domestikasi atau penjinakan, seperti anjing dan kucing, biasanya memiliki tingkat emosional yang cenderung mudah dipahami oleh manusia. Hal ini terjadi karena melalui proses domestikasi selama ratusan ribu tahun, anjing dan kucing menjadi lebih terikat dengan manusia.

So, anggapan bahwa hewan peliharaan itu tidak memiliki emosi ternyata itu anggapan yang salah. Sains justru menyatakan bahwa mereka adalah spesies mamalia cerdas yang juga sama-sama memiliki emosi layaknya manusia.

4. Di alam liar, emosi dan naluri hewan menjadi cara adaptif supaya mereka bisa terus menjadi penyintas

Pexels.com/Nicholas Santasier

Seperti ditulis dalam laman University of California, hewan-hewan di alam liar kerap kali menunjukkan emosi mereka sebagai bentuk luapan perasaan atau reaksi akibat kejadian tertentu. Bahkan, kalangan ilmuwan percaya bahwa emosi pada hewan juga bisa dikaitkan dengan naluri mereka untuk bertahan hidup di tengah ganasnya alam.

Kita tidak perlu meragukan lagi mengenai emosi dan perasaan empati pada gajah. Hal yang sama juga bisa terjadi dalam golongan primata, ikan, unggas, bahkan reptil. Meskipun cara yang mereka lakukan sangat berbeda-beda, perilaku mereka dalam meluapkan emosi dan naluri hanya memiliki satu tujuan, yakni menjadi kelompok spesies yang adaptif di alam.

Meskipun sulit dijelaskan, ilmuwan meyakini bahwa konsep akan emosi dan naluri hewan di alam liar bisa ditanamkan dalam genetik mereka. Itu sebabnya tingkat emosional dan karakter naluri mereka pasti identik dengan apa yang dibawa oleh nenek moyangnya.

Baca Juga: 7 Hewan Paling Mematikan bagi Manusia di Dunia, Ada Hewan Apa Saja?

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya