TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tokoh Sentral yang Berpengaruh dalam Revolusi Prancis

Yuk, belajar sejarah Prancis

vk.com

Seperti dicatat dalam laman History, Revolusi Prancis merupakan salah satu sejarah terpenting yang pernah terjadi di tanah Eropa. Kejadian tersebut terjadi pada 1789 dan berakhir pada 1790-an dengan dimulai oleh kepemimpinan Napoleon Bonaparte.

Revolusi Prancis memunculkan babak baru dalam sistem kenegaraan Prancis di semua aspek, termasuk politik, sosial, ekonomi, dan sendi-sendi kehidupan lainnya. Rakyat Prancis bersatu dalam meruntuhkan sebuah sistem monarki absolut dan feodalisme yang telah ada di Prancis selama berabad-abad.

Nah, dalam revolusi tersebut, ada beberapa tokoh terkenal yang dianggap sentral dan penting. Siapa saja dan apa peran mereka dalam revolusi tersebut? Yuk, disimak!

1. Raja Louis XVI

crisismagazine.com

Jauh sebelum pemerintahan Raja Louis XVI, kondisi politik di Prancis sudah mulai goyang. Sejak pemerintahan Raja Louis XIV (1643-1715) hingga Raja Louis XV (1715-1774), rakyat Prancis sudah menaruh rasa dendam dan benci pada pemerintahan rajanya sendiri.

Pasalnya, kekuasaan raja-raja tersebut sangat absolut dan tidak dapat diganggu gugat. Penarikan pajak yang semena-mena ditambah dengan beban keuangan yang hampir seluruhnya dibebankan pada rakyat, tentu membuat rakyat murka.

Puncaknya ada pada pemerintahan Raja Louis XVI (1774-1792). Ia sudah tidak lagi memiliki wibawa yang cukup untuk mengontrol rakyat dan negaranya. Situasi saat itu membuka peluang lebar bagi meletusnya sebuah revolusi besar yang kelak akan mengubah sistem kenegaraan Prancis.

Britannica dalam lamannya mencatat bahwa raja yang memiliki nama asli Louis Auguste duc de Berry tersebut akhirnya ditangkap dan diadili saat Revolusi Prancis terjadi. Ia dihukum mati pada 1793 dengan metode guillotine atau hukum pancung di depan orang banyak yang saat itu menyorakinya.

Baca Juga: Kisah Napoleon Bonaparte, Kaisar Terbesar dalam Sejarah Prancis

2. Marie Antoinette

livelib.ru

Ada pepatah yang mengatakan bahwa di balik lelaki yang sukses, ada seorang perempuan hebat yang mendampinginya. Namun, sepertinya pepatah ini tidak akan pernah ada dalam kehidupan seorang Raja Louis XVI. Apa pasal? Karena istrinya adalah seorang Marie Antoinette.

Dalam sejarahnya sebagai seorang ratu, mungkin Antoinette adalah salah satu ratu Prancis yang paling dibenci oleh rakyatnya sendiri. Seperti ditulis dalam laman Biography, Marie Antoinette juga dihukum mati melalui cara yang sama dengan suaminya dan pada tahun yang sama pula.

Setelah menikah dengan Louis XVI pada 1770, ia menjadi Putri Mahkota Prancis dan akhirnya menjadi Ratu Prancis pada saat suaminya naik takhta sebagai raja. Sebetulnya, gelarnya sebagai Permaisuri Prancis tidak pernah dibenci oleh rakyat, melainkan sifat dan sikapnya yang selalu menimbulkan kontra di tengah kemiskinan rakyat Prancis kala itu.

Antoinette dinilai terlalu boros dan hanya mementingkan kemewahan. Ia gemar berpesta, berbusana mahal, dan memiliki properti mewah di mana saja. Tindakannya yang dirasa tidak memiliki empati terhadap kesusahan rakyat itulah yang memunculkan kebencian dan berujung pada Revolusi Prancis.

Ada mitos terkenal yang menyatakan bahwa Antoinette telah mengatakan "qu'ils mangent de la brioche" atau "let them eat cake". Perkataan tidak manusiawi tersebut isunya berkembang pada saat ia menghadapi rakyat miskin yang tak mampu membeli roti. Namun, ahli sejarah menyatakan bahwa hal tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya alias hanya mitos belaka.

3. John Locke

learnliberty.org

Sebetulnya, jauh sebelum era di mana Revolusi Prancis benar-benar terjadi, ada sebuah pemikiran "radikal" dari para filsuf dan tokoh besar Inggris. Ya, salah satunya adalah pemikir hebat bernama John Locke, seorang pemikir Inggris yang lahir pada 29 Agustus 1632.

John Locke mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu tokoh sentral dengan pemikiran dan ide-idenya yang dapat menginspirasi rakyat Prancis saat itu, meskipun ia tak terlibat langsung. History Crunch dalam lamannya menulis bahwa pemikiran John Locke memengaruhi kuatnya semangat rakyat dalam meruntuhkan dominasi raja pada saat Revolusi Prancis.

Ia sendiri merupakan salah satu pemikir dan filsuf terkenal Eropa yang menulis dan menyatakan bahwa kekuasaan dan kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyat sebagai suara mayoritas dalam sebuah negara modern, tidak boleh ditindas oleh sistem feodal dan monarki absolut yang semena-mena.

Salah satu bukunya yang terkenal adalah buku tentang pemerintahan dan politik yang berjudul Two Treaties of Government. Satu lagi, John Locke juga termasuk filsuf cerdas, dan itu diakui oleh rekannya yang bernama Isaac Newton, penemu teori gravitasi.

4. Montesquieu

bbc.co.uk

Tidak salah jika Montesquieu (1689-1755) masuk dalam daftar orang berpengaruh dalam Revolusi Prancis. Pasalnya, pemikiran revolusionernya tentang pembagian sistem pemerintahan telah merombak dan meruntuhkan sistem monarki feodal yang telah diterapkan di Prancis sejak berabad-abad silam.

Nama aslinya adalah Charles Louis de Secondat Baron de La Brede et de Montesquieu. Ajaran dan pemikirannya yang paling terkenal apalagi kalau bukan Trias Politika, yakni pemisahan kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bagian penting, terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pemikiran ini telah diaplikasikan di hampir seluruh negara di dunia. Dengan adanya sistem ini, keberadaan sistem negara dengan dasar monarki absolut dan feodal tidak lagi dapat bertahan di zaman modern. Pemikiran dan ajaran Montesquieu juga berdampak besar bagi tatanan pemerintahan Prancis setelah era Revolusi Prancis berakhir.

Baca Juga: 5 Fakta Joséphine de Beauharnais, Janda Napoleon Bonaparte

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya