TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Pesawat Ulang-alik NASA, Pesawat Canggih yang Telah Pensiun

Pesawat canggih NASA ini dikenal dengan nama Space Shuttle 

wikimedia.org

Luar angkasa adalah sebuah dunia mahaluas  yang telah lama menarik minat dan perhatian umat manusia untuk menelitinya. Dalam dunia modern saat ini, negara-negara maju saling berlomba dan bersaing untuk menjadi yang nomor satu dalam penguasaan teknologi eksplorasi luar angkasa.

Salah satu pencapaian terbesar umat manusia dalam eksplorasi luar angkasa adalah keberhasilan misi Apollo 11 mendaratkan manusia di Bulan untuk pertama kalinya  pada tahun 1969. Misi-misi berawak ke luar angkasa masih tetap dilanjutkan hingga saat ini dengan didukung berbagai macam wahana dan alat transportasi yang semakin canggih dari waktu ke waktu.

Pada tahun 1981 hingga tahun 2011 NASA pernah mengoperasikan wahana canggih untuk misi berawaknya yaitu pesawat ulang-alik atau yang juga dikenal dengan nama "Space Shuttle". Selama rentang waktu 30 tahun pesawat ulang-alik NASA telah mencatatkan sejarahnya, namun karena sejumlah alasan pada tahun 2011 pesawat canggih tersebut akhirnya pensiun.

Berikut 6 fakta pesawat ulang alik NASA yang kini sudah dipensiunkan.

1. Dikembangkan dan dioperasikan oleh NASA

wikimedia.org

Salah satu badan antariksa yang terkenal saat ini adalah NASA (National Aeronautics and Space Administration) milik Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program-program luar angkasa Amerika Serikat dan penelitian umum yang berkesinambungan mengenai eksplorasi luar angkasa. NASA sudah melakukan banyak sekali misi dalam penelitian dan eksplorasi luar angkasa.

Salah satu wahana yang pernah digunakan oleh NASA untuk misi berawaknya adalah pesawat ulang-alik.  Pesawat ulang-alik akan membawa para astronaut ke orbit rendah bumi untuk melakukan berbagai aktivitas di atas sana dan membawa mereka kembali pulang ke bumi setelah misi selesai.

Sebagai tambahan informasi,  di masa lalu Uni Soviet juga mengembangkan Program Pesawat Ulang-alik Buran, namun hanya berhasil diluncurkan sekali di tahun 1988. Programnya tidak dilanjutkan lagi setelah tahun 1991 menyusul kejatuhan Uni Soviet, sehingga praktis hanya Amerika Serikat yang mengoperasikan pesawat ini untuk misi luar angkasanya.

Baca Juga: Tidak Hanya Bulan, Ini 5 Eksplorasi dan Studi NASA di Luar Angkasa

2. Dikenal dengan Program Pesawat Ulang-alik atau Space Shuttle

nasa.gov

Melansir informasi dari laman nasa.gov, era Program Pesawat Ulang-Alik dimulai sejak peluncuran perdana Pesawat Ulang-alik Columbia pada tanggal 12 April 1981 dan berakhir ketika Pesawat Ulang-Alik Atlantis melakukan pendaratan terakhir pada tanggal 21 Juli 2011 yang sekaligus menjadi penutup era penerbangan pesawat ulang-alik.

Pesawat ulang-alik atau yang juga dikenal sebagai "Space Shuttle" adalah pesawat luar angkasa pertama yang dibuat dengan tujuan agar sebagian besar komponen-komponennya dapat digunakan kembali setelah menyelesaikan suatu misi. Berbeda dengan peluncuran wahana antariksa  di masa lalu yang komponennya hanya dapat dipakai satu kali pada setiap peluncuran. Pesawat ulang-alik tersebut dibekali dengan teknologi dan sistem komputer yang termutakhir.

Dengan pesawat ulang-alik para astronaut melakukan berbagai macam misi seperti: penelitian, perbaikan satelit, pembangunan konstruksi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan sebagainya.

Dalam era Program pesawat ulang-alik, NASA membuat 6 buah pesawat yaitu: Enterprise, Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis dan Endeavour. Dari keenam pesawat tersebut Enterprise tidak pernah diluncurkan untuk misi luar angkasa dan hanya dibuat sebagai pesawat uji coba saja. Selama perjalanan waktu, NASA kehilangan dua pesawat ulang-aliknya yaitu: Challenger dan Columbia karena kecelakaan fatal dan menewaskan seluruh astronaut yang mengawakinya. 

3. Bagian-bagian pesawat ulang-alik 

nasa.gov

Melansir informasi dari laman spaceflight.nasa.gov, komponen-komponen pesawat ulang-alik terdiri atas 4 bagian utama yaitu: pesawat Orbiter, mesin utama, tangki eksternal, dan roket pendorong berbahan bakar padat (Solid Rocket Boosters).

Orbiter adalah pesawat tempat para astronaut berada ketika lepas landas (lift off) dan mendarat kembali di bumi setelah menyelesaikan sebuah misi. Pesawat orbiter kira-kira berukuran sebesar pesawat komersial DC-9 dan mampu membawa kargo seberat 65,000 pound (sekitar 29 ton) ke luar angkasa. 

Dengan konstruksi utama alumunium, badan pesawat orbiter dilapisi keramik khusus tahan panas sebagai isolator panas ketika pesawat masuk kembali ke dalam atmosfer bumi setelah menyelesaikan misi. Setiap pesawat orbiter didesain untuk menjalankan sekitar 100 misi luar angkasa.

Mesin utama (main engine), tiga buah mesin utama terletak di bagian belakang pesawat orbiter. Mesin utama menggunakan campuran bahan bakar oksigen cair dan hidrogen cair yang disuplai oleh tangki eksternal. Setiap mesin utama mampu memberikan gaya dorong hingga sebesar 375,000 pound (sekitar  170 ton). Mesin utama beroperasi sekitar 8.5 menit pada setiap peluncuran.

Tangki eksternal (External Tank), memiliki dimensi panjang sekitar 154 kaki ( sekitar 47m) dan memiliki berat 1,667,677 pound (sekitar 760 ton) ketika terisi penuh bahan bakar  yang terdiri atas ratusan ribu galon oksigen cair dan hidrogen cair. Tangki eksternal akan dilepas di udara setelah bahan bakar habis. komponen ini merupakan satu-satunya komponen utama dari pesawat ulang-alik yang tidak dapat digunakan kembali setelah peluncuran.

Roket pendorong berbahan bakar padat (Solid Rocket Boosters). Roket ini adalah roket dengan kekuatan dorong yang sangat besar untuk mengangkat dan melesatkan pesawat ke angkasa. Setiap roket memiliki dimensi panjang 116 kaki (35m) dan berisi lebih dari 1 juta pound (sekitar 453 ton) bahan bakar padat, berupa campuran serbuk Atomized aluminum dengan bahan-bahan kimiawi lainnya yang akan memberikan gaya dorong pada saat lepas landas sebesar 2.65 juta pound (sekitar 1,200 ton).

Roket ini akan beroperasi sampai seluruh bahan bakarnya habis terbakar, kira-kira selama 2 menit dari sejak saat lift off dan setelah habis akan dilepaskan untuk kemudian jatuh di laut dan akan digunakan kembali untuk misi yang akan datang.

4. Pesawat Orbiter tidak bisa terbang di dalam Bumi

wikimedia.org

Dilansir nationalgeographic.com  pesawat orbiter (shuttle) didesain untuk melesat ke luar angkasa menggunakan roket pendorong berkekuatan besar. Ketika sampai di orbitnya pesawat tersebut akan melayang mengelilingi Bumi dengan kecepatan sekitar 17,500 miles (28,000km) per jam. Dengan kecepatan ini, para awaknya bisa melihat sunrise atau sunset setiap 45 menit.

Meskipun orbiter ini berbentuk pesawat namun pesawat ini tidak didesain untuk dapat terbang mandiri layaknya pesawat komersil atau pesawat tempur ketika berada di Bumi.

Setelah menyelesaikan misinya pesawat akan kembali masuk ke dalam bumi dengan cara melayang seperti pesawat glider  (pesawat layang). Aerodinamika canggih pesawat memungkinkan pesawat orbiter setelah memasuki atmosfer bumi untuk melayang turun dan mendarat di landasan, sama seperti pesawat komersial lainnya.

5. Catatan kecelakaan pesawat ulang-alik

wikimedia.org

Dalam perjalanan sejarah program pesawat ulang-alik NASA terdapat dua kecelakaan fatal yang menghancurkan pesawat dan menewaskan seluruh astronaut yang mengawakinya. Kecelakaan tersebut terjadi pada pesawat ulang-alik berikut:

  1. Kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger. Pesawat ulang-alik Challenger mengalami kecelakaan fatal pada tanggal 28 Januari 1986, sekitar 73 detik setelah peluncurannya. Challenger meledak  di udara dan menewaskan ketujuh astronaut yang mengawakinya.

    Laporan investigasi menyebutkan penyebab utama kecelakaan adalah karena terjadinya kerusakan pada segel O-Ring pada salah satu dari dua roket yang berisi bahan bakar padat dan percikan api yang dikeluarkannya memicu ledakan setelah mengenai tangki bahan bakar eksternal.

  2. Kecelakaan pesawat ulang-alik Columbia. Melansir informasi dari laman history.com, Pesawat ulang-alik Columbia mengalami kecelakaan fatal pada tanggal 1 Februari 2003, ketika pesawat sedang melakukan re-entry untuk mendarat di bumi. Pesawat meledak di udara dan menewaskan ketujuh astronout yang mengawakinya.

    Investigasi yang dilakukan setelah kecelakaan menyebutkan bahwa masalah terjadi pada saat peluncuran ketika sekeping kecil busa insulation lepas dan menghantam bagian bawah sayap kiri pesawat sehingga mengakibatkan kerusakan pada lapisan penahan panas.

    Kerusakan lapisan penahan panas tersebut menjadi fatal ketika pesawat memasuki atmosfer bumi yang menyebabkan panas masuk ke pesawat dan menghancurkan pesawat ulang-alik tersebut di udara.

Baca Juga: Kapan Manusia Dapat Tinggal di Mars? Ini 5 Penjelasan Ilmiahnya

Verified Writer

Dodi Wijoseno

Penyuka Sejarah, mountain hiking dan olah raga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya