TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Barcode, Inovasi Penting Berguna di Banyak Sektor

Dari produk konsumen hingga pembayaran

Unsplash/Egor Komarov

Disadari atau tidak, barcode ada di mana-mana. Banyak aspek kehidupan kita yang melibatkan barcode setiap hari, mulai dari aktivitas berbelanja hingga aspek pekerjaan yang serius. Adanya barcode di setiap tempat ini membuktikan bahwa kode yang terdiri dari kumpulan garis tebal tipis ini memiliki peran yang penting dalam kehidupan.

Namun, pernahkah kamu berpikir dari mana kode ini ditemukan, kapan, dan siapa yang menemukannya? Nah, ternyata awal mula penciptaan barcode hingga saat ini menempuh perjalanan yang cukup panjang lho. Berikut ini akan dijelaskan sejarah barcode yang dirangkum dari laman Scandit dan International Labtag.

1. Barcode pertama berbentuk lingkaran

ilustrasi barcode awal (relegen.com)

Pada akhir tahun 1940-an, Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland sedang mencari solusi untuk membaca informasi produk secara otomatis. Kedua siswa ini mulai mengerjakan metode yang menggunakan pola tinta, yang akan bersinar di bawah sinar UV. Sebenarnya, ide ini dapat diwujudkan dengan baik, tetapi karena tintanya tidak stabil dan mahal, mereka kemudian membuang cara ini.

Setelah melalui berbagai macam percobaan, pada tahun 1949, Woodland akhirnya mengajukan paten untuk apa yang akhirnya menjadi barcode modern. Namun, desain barcode saat itu sebenarnya tidak terlalu mirip dengan barcode saat ini.

Desain barcode pertama kali berupa lingkaran konsentris, mirip dengan bullseye. Polanya didasarkan pada kode Morse, dengan empat garis putih pada latar belakang gelap. Informasi produk dikodekan berdasarkan ada atau tidak garis putih, menghasilkan 7 kategori produk yang berbeda yang dapat diidentifikasi.

2. Pembuatan barcode awalnya bertujuan untuk memberi label pada mobil dan gerbong kereta api

ilustrasi barcode (freepik.com/freepik)

Saat ini, kita sering melihat barcode pada produk konsumen, makanan, buku, pakaian, dan produk perawatan. Faktanya, tujuan asli pembuatan barcode jauh dari kebutuhan untuk produk konsumen, melainkan untuk pelabelan gerbong kereta api.

Ya, barcode awalnya digunakan untuk memberikan tanda pada gerbong kereta api, tetapi sistem ini tidak diterima secara universal sampai sistem checkout belanjaan dikembangkan. Saat ini, barcode digunakan untuk menciptakan efisiensi baru di berbagai bisnis, salah satunya saat sedang checkout barang belanjaan di supermarket.

Baca Juga: Jarang Dibahas, 7 Penemuan Gagal dari Thomas Alva Edison

3. Universal product code untuk pertama kalinya digunakan di supermarket

ilustrasi kasir sedang memindai barcode (freepik.com/aleksandarlittlewolf)

Pada musim panas 1974, universal product code (UPC) atau barcode seperti saat ini dipindai untuk pertama kalinya di pasar grosir di Ohio. Di supermarket Marsh, 10 bungkus permen meluncur ke bawah ban berjalan dan menjadi barang belanjaan pertama yang dipindai.

Saat ini, barcode menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas berbelanja di swalayan. Bahkan, barcode digunakan lebih dari sekadar mengidentifikasi barang di dalam toko. Misalnya, mendukung berbagai alur kerja pengiriman barang dan mengecek keaslian suatu produk.

4. Kode 39 dan kode 128

ilustrasi barcode pada barang elektronik (pixabay.com/rafamiga)

Barcode kode 39 digunakan untuk memberi label barang di banyak industri. Kode 39 dikembangkan oleh Intermec Corporation pada tahun 1975 dan memungkinkan penggunaan angka dan karakter, dan namanya berasal dari fakta bahwa pada awalnya kode ini hanya dapat mengkodekan 39 karakter. Namun, dalam versi terbarunya, set karakter telah ditingkatkan menjadi 43, termasuk angka, huruf, dan beberapa simbol. Kode 39 mudah dikenali karena ukurannya yang besar dan menjadi pilihan populer karena dapat didekodekan oleh hampir semua pembaca kode batang.

Pada tahun 1981, spesialis barcode AS Computer Identics merancang kode 128, yang menampilkan kepadatan data yang lebih tinggi daripada kode 39. Kode 128 digunakan di seluruh dunia dan umum di sektor-sektor, seperti pergudangan, transportasi dan logistik, manufaktur, dan perawatan kesehatan.

5. Smartphone sebagai pemindai barcode

ilustrasi memindai barcode menggunakan smartphone (pexels.com/RODNAE Productions)

Saat ini, kemampuan smartphone memindai barcode dengan kecepatan kilat sudah dianggap biasa. Namun, kemampuan ini tidak mungkin didapat tanpa adanya fitur rekaman video di HP.

Fitur rekaman video baru ada di HP pada awal tahun 2000-an. Kala itu, fitur kamera HP canggih memiliki resolusi VGA yang dapat merekam video hingga 95kb antara 9 dan 27 detik.

Smartphone saat ini merekam video pada resolusi 4k, dan memungkinkan pemindaian barcode apa pun secepat kilat. Hal ini memungkinkan untuk mengganti pemindai genggam khusus dengan smartphone yang lebih hemat biaya.

6. Barcode pada obat

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/Pixabay)

Pada Februari 2004, U.S. Food and Drug Administration (FDA) memutuskan bahwa barcode harus diaplikasikan pada obat-obatan tertentu. Sejak saat itu, pada kemasan obat-obatan telah dicantumkan barcode yang membuat proses identifikasi dan pendistribusian obat kepada pasien menjadi lebih mudah.

Teknologi barcode telah berkembang untuk membantu penyedia layanan kesehatan mengatasi banyak tantangan lain di seluruh lingkungan perawatan. Ini mendorong efisiensi fasilitas dan hasil perawatan yang unggul dalam prosesnya.

Baca Juga: Bukan Laki-laki, 7 Penemuan Ini Ditemukan oleh Perempuan!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya