TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Universe 25, Eksperimen Sains dengan Akhir Mengerikan 

Ketika terlalu nyaman bisa mengarahkan kita pada kepunahan 

ilustrasi tikus (unsplash.com/Joshua J. Cotten)

Apakah kamu pernah mendambakan kehidupan yang serba mudah? Tidak perlu bersusah payah mencari makan, tidak perlu mencari uang untuk membeli beragam kebutuhan, dan bisa bersenang-senang tanpa memikirkan tanggung jawab. Jika semua orang memiliki kehidupan yang mudah, dunia ini pasti akan damai dan sejahtera.

Ahli etologi John B. Calhoun mencoba menciptakan simulasi kehidupan yang sempurna melalui eksperimen Universe 25. Anehnya, percobaan ini malah mengarah pada sebuah kemusnahan total yang mengerikan! Apa sebenarnya eksperimen Universe 25 dan bagaimana hasilnya? Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Tikus menjadi hewan percobaan

Eksperimen Universe 25 (ncbi.nlm.nih.gov/Yoichi R Okamoto dalam "Death Squared: The Explosive Growth and Demise of a Mouse Population")

John B. Calhoun adalah seorang peneliti perilaku hewan yang memulai eksperimen Universe 25 dari tahun 1965 hingga 1972, di Institut Nasional Kesehatan Mental Maryland. Universe 25 adalah serangkaian eksperimen yang dilakukan pada tikus. Tujuan utamanya adalah memenuhi setiap kebutuhan tikus di sebuah kandang besar, lalu melacak efek sampingnya pada populasi dari waktu ke waktu.

Untuk membuat surga bagi para tikus, Calhoun melengkapi semesta itu dengan segala sesuatu yang diinginkannya. Mulai dari banyak makanan dan air, iklim yang sempurna, sarang yang nyaman, 256 "apartemen" terpisah yang dapat diakses melalui pipa tabung, dan menyingkirkan mereka yang sakit. Calhoun menyatakan satu-satunya hal yang akan memicu kekacauan di antara para tikus adalah keterbatasan ruang.

Baca Juga: 8 Eksperimen Psikologi Terburuk dalam Sejarah, Mengerikan

2. Awalnya, tikus hidup bahagia di dalam "semesta" buatan tersebut

ilustrasi kandang Universe 25 (gwern.net/John B. Calhoun dalam "Population Density and Social Pathology")

Calhoun memulai eksperimen ini dengan memasukkan empat pasang tikus ke dalam sebuah kandang besar. Semua kebutuhan hidup tikus tersedia di dalamnya, kebersihan kandang juga dijaga secara berkala. Calhoun memperhitungkan kandang berbentuk persegi itu bisa menampung hingga 3.800 ekor tikus.

Seperti prediksi awal, semua tikus hidup dengan damai. Mereka menghabiskan waktunya untuk beradaptasi, lalu makan dan kawin. Setiap 55 hari sekali, populasi di dalam kandang berlipat ganda. Pertumbuhan populasi ini mencapai puncaknya pada jumlah 2.200 ekor. Seiring dengan pertumbuhan populasi, para tikus mulai membentuk koloninya masing-masing.

3. Para tikus menunjukkan perilaku menyimpang 

ilustrasi tikus (unsplash.com/freestocks)

Anehnya, tikus-tikus itu menunjukkan perilaku menyimpang jauh sebelum mereka dihadapkan pada keterbatasan ruang. Mulai dari hari ke-315, pertumbuhan populasi melambat. Terjadi saling serang antar koloni tanpa alasan yang jelas, para tikus juga menyerang rekan satu koloninya sendiri. Padahal, tidak ada yang perlu mereka perebutkan atau pertahankan.

Tikus-tikus jantan mulai bertindak agresif dan menyerang para tikus betina dan tikus muda. Perilaku seksual menyimpang seperti homoseksual dan hiperseksual mulai terjadi di kandang besar itu. Perilaku menyimpang itu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan populasi dan angka kematian yang meroket.

Tikus betina mulai mengabaikan anak-anaknya hingga mati. Sebagian besar tikus betina menghindari huru-hara dengan berdiam diri di setiap "apartemen". Mereka memilih mengisolasi diri dan menghabiskan waktunya untuk makan, minum, tidur, merawat dirinya sendiri, dan menolak bereproduksi. Calhoun menyebut kelompok tikus itu sebagai “the beautiful one”.

4. Pada akhirnya, semua tikus mati dengan mengerikan 

diagram populasi tikus di Universe 25 (commons.wikimedia.org/John Calhoun)

Peningkatan populasi berhenti total pada hari ke-560. Bayi-bayi tikus yang lahir setelah hari itu tidak bisa bertahan hidup lama. Para tikus di dalam kandang saling membunuh satu sama lain. Sedangkan tikus betina mengisolasi dirinya sendiri. Tikus menjadi brutal, kehilangan kepekaan sosial, dan memiliki kesulitan hidup berkoloni.

Pada akhirnya, populasi yang mencapai puncaknya pada jumlah 2.200 ekor itu terus mengalami penurunan, hingga semua tikus di dalam kandang pada akhirnya mati pada hari ke-1780, atau 4 tahun setelah eksperimen dimulai. Ternyata, kehidupan yang sempurna juga tidak akan bisa bertahan lama.

Baca Juga: 11 Eksperimen Radiasi Manusia yang Pernah Dilakukan Amerika

Verified Writer

Fira Yultiara

📎 yultiara19@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya