TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Beruang Kutub Serang Ibu dan Anak di Alaska, Alasannya Bikin Miris 

Awalnya, si beruang sempat dikira berpenyakit

ilustrasi beruang kutub (pixabay.com/keiji_m-5873720)

Bulan lalu, seekor beruang kutub jantan menewaskan seorang ibu dan anaknya yang baru berusia 1 tahun di Wales, Alaska. Dilansir laman Live Science, serangan tersebut merupakan serangan fatal pertama yang tercatat di Amerika Serikat setelah lebih dari 30 tahun.

Awalnya, sempat muncul dugaan kalau beruang kutub tersebut menderita penyakit yang  mempengaruhi otaknya, seperti rabies atau distemper. Karena itu, ia mendadak muncul dan menyerang warga sekitar. Setelah sampel jaringan tubuh predator puncak itu dipelajari, akhirnya diketahui mengapa serangan fatal tersebut bisa terjadi. 

 

1. Serangan terjadi pada sore hari

ilustrasi beruang kutub (commons.wikimedia.org/Andreas Weith)

Summer Wyomick dan putranya yang berusia 1 tahun, Clyde Ongtowasruk, tewas diserang seekor beruang kutub jantan pada 17 Januari lalu saat keduanya berjalan meninggalkan area sekolah. Peristiwa itu terjadi pada sore hari. Jarak pandang menurun drastis akibat badai salju. Karena itu, Summer tidak menyadari kehadiran karnivor raksasa yang bobotnya bisa lebih dari 700 kilogram tersebut. 

Dilansir Live Science, beberapa staf sekolah sempat berusaha menghentikan serangan dengan memukul beruang dengan sekop, tapi karnivor itu malah balik menyerang. Mereka langsung berlarian masuk ke dalam sekolah dan menutup pintu bangunan yang kala itu penuh dengan murid. Akhirnya, seorang warga datang membawa senjata dan menembak mati beruang kutub tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Lalat yang Jarang Diketahui, Hewan yang Dihindari!

2. Beruang kutub jarang muncul di Wales

ilustrasi beruang kutub (commons.wikimedia.org/Brocken Inaglory)

Serangan fatal tersebut terjadi di Wales, sebuah kota kecil yang terletak di ujung barat dataran Amerika Utara. Kota itu cuma berjarak sekitar 80 kilometer dari Rusia melintasi Selat Bering.

Dilansir AP News, beruang kutub tidak begitu sering muncul di kota yang dihuni sekitar 160 orang itu. Hal tersebut dibandingkan dengan Desa Ryrkaypiy di Rusia yang para warganya harus memancing beruang kutub jauh-jauh dari desa dengan bangkai walrus atau Churchill di Kanada yang lokasinya berada di dalam habitat alami beruang kutub.

Seperti wilayah lain yang bersinggungan dengan beruang kutub, Wales rutin menggelar patroli beruang kutub sejak 2014 lalu. Namun, program tersebut tak jalan karena berbagai faktor, beberapa di antaranya karena pandemik dan jarangnya beruang kutub muncul. 

Sekalipun patroli aktif hari itu, tidak ada yang tahu apakah bisa mencegah kejadian pada Selasa yang nahas itu. Apalagi, mengingat peristiwa tersebut terjadi sore hari yang sebenarnya bukan waktu yang berisiko untuk bertemu beruang kutub.

3. Serangan beruang kutub amat langka

ilustrasi beruang kutub (commons.wikimedia.org/Alan D. Wilson)

Lindsey Mangipane, seorang pakar biologi satwa liar dari Departemen Perikanan dan Satwa Liar Amerika Serikat, mengungkapkan pada laman Live Science kalau serangan beruang kutub terhadap manusia sangat jarang. Serangan terakhir terjadi pada 1993 lalu, sementara serangan fatal yang menyebabkan kematian terjadi pada 1990 di Point Lay, Alaska.

Beruang kutub bergantung penuh pada lautan es yang jadi tempat tinggal mangsa utamanya, yakni anjing laut. Kadang, mereka juga menyantap telur burung dan sumber makanan lainnya, tapi itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yang menurut National Wildlife Federation bisa berbobot lebih dari 771 kilogram. 

Seiring berkurangnya lautan es akibat perubahan iklim, para beruang raksasa ini terpaksa mencari makan ke darat. Frekuensi bertemu dengan manusia jadi meningkat. 

4. Hasil tes negatif patogen berbahaya

ilustrasi anak beruang kutub (commons.wikimedia.org/Alan D. Wilson)

Dari serangan yang tak terduga itu, muncul dugaan kalau beruang kutub tersebut menderita penyakit yang mempengaruhi kinerja otak. Rabies, toksoplasmosis, dan distemper jadi beberapa di antaranya. 

Dr. Kimberlee Beckmen, seorang dokter hewan dari Departemen Perikanan dan Perburuan Alaska, melakukan tes terhadap sampel jaringan beruang kutub tersebut. Hasil tes menunjukkan kalau beruang jantan dewasa itu negatif patogen-patogen yang mempengaruhi otak.

Namun, usai dipelajari lebih lanjut, diketahui kalau beruang jantan itu dalam kondisi tubuh yang buruk dan diduga sudah berusia lanjut. Penemuan ini konsisten dengan sebuah hasil studi.

Mengutip Live Science, sebuah studi yang dilansir jurnal Wildlife Society Bulletin menemukan kalau beruang kutub jantan yang kekurangan nutrisi paling berpotensi menjadi ancaman bagi manusia. Hingga saat ini, belum diketahui pasti mengapa beruang itu bisa berada dalam kondisi tubuh yang buruk. Ada kemungkinan kalau perubahan iklim yang disebabkan manusia turut berperan. 

Baca Juga: 8 Hewan Ini Suka Berpura-pura Menjadi Hewan Lain, Bisa Mirip Banget!

Verified Writer

Ina Suraga

Business inquiries: suraga.ina@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya