Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernahkah kamu membayangkan melukis dengan cat warna yang dibuat dari gilingan mumi? Para pelukis abad ke-16 sampai ke-19 pernah merasakan pengalaman ini. Warna ini sempat populer pada zamannya karena pigmennya yang kaya dan sifatnya yang transparan.
Namun, gak sedikit pula para seniman terdahulu yang merasa ngeri begitu tahu asal muasal cat warna yang mereka gunakan. Pelukis Edward Burne-Jones, misalnya, seniman asal Inggris ini langsung mengubur tabung berisi mummy brown untuk menghormati arwah orang yang telah lama meninggal tersebut. Kini, sulit untuk bisa melacak lukisan mana yang menggunakan pigmen warna misterius ini.
1. Warna kaya yang menjadi favorit pada zamannya
commons.wikimedia.org/Internet Archive Book Images Mummy brown yang populer di lukisan-lukisan Eropa sejak abad ke-16 diduga digunakan secara umum oleh para seniman pada era tersebut. Warna ini juga dikenal dengan nama capuut mortum atau egyptian Brown.
Glendon Mellow, seorang seniman asal Kanada, menggambarkan warna ini sebagai antara cokelat umber alami (cokelat sedikit kehijauan) dan burnt umber (cokelat kemerahan) pada tulisannya di Scientific American. Warna ini merupakan cokelat transparan yang cocok dijadikan campuran.
Baca Juga: 7 Kasus Orang Hilang Paling Menggemparkan dalam Sejarah
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
2. Gilingan mumi sempat dipercaya punya khasiat kesehatan
commons.wikimedia.org/Tomas Castelazo Gak cuma untuk menciptakan karya seni, gilingan mumi pun sempat dipercaya punya khasiat kesehatan. Orang Eropa zaman dulu kerap menelan gilingan mumi sebagai obat. Bahkan, penggunaannya disarankan dan didukung oleh para dokter, apoteker, dan ahli bedah.
Mengutip Journal of Art in Society, gilingan mumi sempat dipercaya berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit, mulai dari batuk, diare, nyeri pada limpa, hingga epilepsi. Gilingan mumi jadi salah satu obat yang paling banyak ditemukan di apotek seantero Eropa pada abad ke-16 dan ke-17.
3. Lukisan-lukisan yang menggunakan mummy brown
commons.wikimedia.org/Martin Drolling Beberapa seniman, seperti Edward Burne-Jones, Eugene Delacroix, Sir William Beechey, Alma-Tadema, hingga Martin Drölling diduga menggunakan mummy brown pada beberapa karya mereka. Pigmen warna misterius ini digunakan dalam palet lukisan L’interieur d’une cuisine atau Interior of a Kitchen ciptaan seniman Perancis, Martin Drölling. Pigmen ini digunakan juga oleh Eugene Delacroix untuk melukis Salone de la Paix.
Mengidentifikasi lukisan mana saja yang menggunakan mummy brown terbilang sangat susah. Bahan-bahan untuk menciptakan pigmen warna ini sangat bermacam-macam, tutur National Geographic. Teknik mumifikasi pun mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
4. Penggunaan cat berakhir pada abad ke-20
commons.wikimedia.org/Philip Burne-Jones Penggunaan mummy brown masih terus berlangsung hingga akhir abad ke-18, bahkan hingga abad ke-20. Tepatnya pada 1964, pabrik yang memproduksi pigmen warna ini mengungkapkan kalau mereka tak lagi punya cukup mumi untuk digiling dan dibuat menjadi pigmen warna, dilansir JSTOR Daily. Bersamaan dengan berkurangnya seniman yang bersedia menggunakan pigmen warna tersebut, para mumi pun tak lagi diganggu dari istirahat panjangnya.
Baca Juga: 10 Cerita Sejarah Seperti Kebetulan Ini Susah Dipercaya, padahal Nyata