TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mendur Bersaudara dan 6 Fakta Perjalanan di Balik Foto Proklamasi RI 

Rintangan terjal untuk mengabadikan detik-detik proklamasi

Frans Soemarto Mendur (kiri) dan Alexius Impurung Mendur (kanan) (IPPHOS/Tugu Pers Mendur)

Menjelang HUT RI, masyarakat Indonesia disuguhkan oleh sebuah foto hitam putih. Dalam foto tersebut terdapat sosok Sukarno yang sedang berdiri di depan pengeras suara sambil memegang selembar kertas putih.

Foto ikonik tersebut merupakan karya bersejarah yang diabadikan oleh Frans Soemarto Mendur, salah satu orang berjasa di balik dokumentasi kemerdekaan. Perjalanan Mendur bersaudara untuk mengabadikan dan menyelamatkan dokumentasi tidak mudah. Namun, nama mereka agaknya masih terdengar asing. Ini kisah mereka.

1. Mendur bersaudara mendengar kekalahan Jepang

Foto pidato Mohammad Hatta dan pembacaan proklamasi oleh Sukarno yang menjadi hasil jepretan Frans Mendur dan dipajang di Pameran Fotografi karya Mendur Bersaudara dan Indonesian Press Photo Service (IPPHOS) di Galeri Foto Jurnalistik Antara pada Agustus 2015. (dok. ANTARA via bbc.com)

Perjalanan pertama untuk mengabadikan detik-detik proklamasi RI dimulai saat Frans Sumarto Mendur atau Frans Mendur mendengar kabar dari salah satu rekan wartawannya pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945. Sumber dari harian Jepang, Raya Asia itu mengatakan jika akan ada kejadian penting di rumah Soekarno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.

Tak hanya Frans, sang Kakak, Alexius Impurung Mendur juga mendengar kabar serupa. Alex yang saat itu menjabat sebagai kepala Bagian Fotografi Kantor Berita Jepang Domei dan sang adik langsung menuju ke rumah Seokarno dengan melewati rute terpisah.

2. Mendur bersaudara harus mengendap-endap ke rumah Soekarno

Foto proklamasi hasil jepretan Frans Mendur saat Sukarno yang didampingi Mohammad Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 pada tanggal 17 Agustus 1945. (IPPHOS/ANRI)

Meski sudah mengakui kekalahannya pada Sekutu, Jepang tak serta merta langsung angkat kaki dari Tanah Air. Nippon masih melakukan sejumlah 'aktivitas harian' di Indonesia, seperti para tentara Jepang yang berpatroli dengan senjata lengkap, berkibarnya bendera Hinomaru, dan radio yang masih disegel.

Mendur bersaudara harus mengendap-endap merapat ke rumah Bung Karno. Tentu, hal tersebut dilakukan Mendur bersaudara agar niat mereka tidak langsung begitu saja terbaca oleh pihak Jepang.

3. Tiga foto, tiga frame terakhir

Foto momen pengibaran Sang Saka Merah Putih pada 17 Agustus 1945 yang dipamerkan di Pameran Fotografi karya Mendur Bersaudara dan Indonesian Press Photo Service (IPPHOS) di Galeri Foto Jurnalistik Antara pada Agustus 2015. (dok. ANTARA via bbc.com)

Sorak sorai "Hidup Indonesia Merdeka Sekarang" mulai memekakkan telinga tatkala jam menunjukkan pukul 9.50 pagi. Mendur bersaudara bersiap untuk mengabadikan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Frans Mendur berhasil mengabadikan tiga foto dari tiga frame film terakhir miliknya.

Foto pertama adalah kala Soerkarno membacakan teks proklamasi. Foto kedua adalah saat Letkol Raden Mas Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Surastri Karma (SK) Trimurti mengibarkan Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya. Foto ketiga memperlihatkan suasanan upacara pada 17 Agustus, 76 tahun lalu, di mana para pemuda turut menyaksikan pengibaran bendera.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Sejarah Teks Proklamasi yang Dijaga Melintasi Zaman

4. Negatif foto sempat dikubur di tanah

Fatmawati dan Walikota Jakarta, Suwirjo, bersama para hadirin yang hadir dalam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. (IPPHOS/ANRI)

Posisi Mendur bersaudara saat itu benar-benar tak aman. Tentara Jepang memburu mereka, karena mengetahui keduanya telah mengabadikan detik-detik proklamasi. Alex Mendur berhasil ditangkap. Para tentara tersebut langsung merebut kamera milik Alex, menyita seluruh foto yang baru saja ia abadikan, dan membakarnya.

Beruntung, Frans Mendur berhasil lolos dari kejaran dan mengubur negatif foto proklamasi di dekat pohon yang ada di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Saat tentara Jepang mendatanginya, Frans mengaku jika negatif foto miliknya sudah diambil oleh Barisan Pelopor.

5. Negatif foto berhasil dicetak, tapi disertai ancaman hukuman mati

Wali Kota Jakarta, Suwirjo, sedang memberikan sambutan sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. (IPPHOS/ANRI)

Tak ada perjalanan yang dapat dilalui tanpa halangan dan risiko besar yang menanti di akhir jika salah mengambil langkah. Itulah yang dirasakan oleh Mendur bersaudara di hari berbahagia bangsa Indonesia, 76 tahun silam.

Perjalanan Mendur bersaudara tak berhenti sampai pada penyitaan foto oleh tentara Jepang dan penguburan negatif film oleh Frans Mendur. Mereka masih harus mencetak negatif foto yang lolos di sebuah laboratorium foto. Tindakan itu saja bisa membuat mereka terancam dipenjara atau dibunuh.

Verified Writer

Ines Melia

Dengan menulis saya 'bersuara'. Dengan menulis saya merasa bebas.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya