TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka

Kamu pernah coba?

ilustrasi buah kepel (commons.wikimedia.org/Sogellizer)

Pernah mendengar atau mungkin mencoba buah kepel? Jika belum, maka saatnya kamu berkenalan dengan buah yang mirip sawo ini. Katanya, buah kepel merupakan buah yang dikonsumsi putri zaman Keraton Mataram untuk menghilangkan bau badan.

Pernah menjadi 'buah ningrat' pada masanya, kini buah kepel justru kurang populer dan berpotensi menjadi tumbuhan langka, lho! 

Baca Juga: 13 Wujud Tanaman Bahan Makanan Sebelum Dipanen, Gak Nyangka!

Mengenal buah kepel

Potret buah kepel (instagram.com/ud.ibutani)

Buah kepel, yang memiliki nama ilmiah Stelechocarpus burahol adalah tanaman yang diyakini berasal dari Indonesia. Dinyatakan demikian, karena persebaran alaminya banyak di pulau Jawa, khususnya di Yogyakarta. 

Dalam bahasa Jawa, 'kepel' artinya sekepalan tangan. Ini disebut demikian, karena buah kepel ukurannya gak beda jauh dengan telapak tangan yang menggenggam. Di Sunda, buah ini disebut burahol atau turalak, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai keppel apple.

Tanaman buah kepel termasuk dalam famili Annonacecae dengan tinggi tumbuhan 6-20 meter. Batangnya berbentuk lurus berwarna cokelat tua dengan permukaan memiliki benjolan-benjolan bekas bunga dan buah. Diameter batangnya bisa mencapai 40 sentimeter saat dewasa. 

Adapun daun buah kepel termasuk jenis daun tunggal alias folium simplex. Bentuknya berbentuk jorong memanjang elliptico-oblongus dengan panjang 10-28 sentimeter dan lebar 4-10 sentimeter. Selain itu, bunganya juga berkelamin tunggal, berwarna kuning kehijauan, dan mengeluarkan bau yang harum.

Persebaran dan lingkungan hidup

Publikasi dalam Jurnal Warta Kebun Raya edisi November 2021 menyatakan, buah kepel merupakan buah asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia Tenggara. Indonesia dan Malaysia merupakan negara tempat buah ini banyak dijumpai. Bukan hanya itu, buah kepel juga tersebar hingga ke Kepulauan Solomon, bahkan Australia. 

Di Indonesia, beberapa kawasan yang menjadi tempat tumbuh tanaman ini adalah kawasan Keraton Yogyakarta, Kebun Raya Bogor, dan Kebun Raya Purwodadi. Lalu, ada pula Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Kiai Langgeng di Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa adalah daerah pusat keragaman buah kepel, bahkan memungkinkan sebagai daerah asal. 

Tumbuhan dari buah kepel hidup di hutan sekunder dataran rendah dengan ketinggian 600 mdpl. Tanaman buah kepel membutuhkan cahaya matahari yang cukup. Meski demikian, kepel juga dapat tumbuh baik di antara rumpun bambu. Adapun untuk musim berbunga terjadi pada September-Oktober dan berbuah pada Maret-April. 

Buah kepel dan Keraton Yogyakarta

ilustrasi Keraton Yogyakarta (commons.wikimedia.org/Uwe Aranas)

Buah kepel mendapat julukan buah keraton. Sebab, buah ini merupakan buah kesukaan putri keraton dan digunakan untuk perawatan tubuh. Tanaman buah kepel dianggap sebagai satu pohon keramat di kalangan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.  

Konon katanya, terdapat titah raja yang mengharuskan tanaman ini hanya boleh ditanam di halaman keraton dan pejabat tinggi setingkat adipati. Rakyat gak berani menanamnya, karena takut menerima tuah atau tertimpa bala. Itulah alasan mengapa tumbuhan buah kepel hanya dijumpai di lingkungan keraton.

Bahkan setelah masa kejayaan kerajaan, tumbuhan ini masih jarang dan langka karena gak banyak yang membudidayakan. Alasannya, masih sungkan karena kebiasaan dan adat, serta buahnya dianggap kurang memiliki nilai ekonomi. Disebut demikian, karena daging buahnya tipis dan rasanya kurang menggugah selera.

Meski begitu, kepel belum termasuk tanaman yang harus dilindungi dan belum terdaftar dalam red list IUCN. Beberapa ahli mengategorikan buah kepel sebagai conservation dependent yang artinya membutuhkan keterlibatan manusia untuk membuatnya terus berkembang biak

Melalui Keputusan Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Flora dan Fauna Daerah Provinsi DIY, tumbuhan buah kepel dijadikan flora identitas. Sarat akan mitos, tumbuhan ini juga memiliki filosofi 'Adiluhung' yang berarti kesatuan dan keutuhan mental fisik. Selain itu juga bermakna 'manunggaling sedya kaliyan gegayuhan' yang bermakna bersatunya niat dengan kerja. 

Baca Juga: 5 Fakta Unik Tanaman Lemon, Buah Segar yang Jadi Favorit Banyak Orang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya