TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hujan Meteor Eta Aquarid 6 Mei 2023, dari Mana Asalnya?

Bisa dinikmati dengan mata telanjang di tempat yang redup

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Ludovico Bee)

Setelah mengakhiri Ramadan dengan Gerhana Matahari Hibrida, langit pada Mei ini akan kembali dihiasi oleh beberapa fenomena alam. Salah satunya ada hujan meteor Eta Aquarid 6 Mei 2023 yang puncaknya terjadi pada dini hari.

Peneliti dari Pusat Penelitian Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Emanuel Sunggung Mumpuni, mengatakan bahwa kamu dapat menikmati pemandangan ini dari arah timur. Senangnya lagi, seluruh wilayah Indonesia berkesempatan melihatnya. Namun, ada sesuatu yang mungkin menghalangimu saat melihat fenomena ini. Hmm apa, ya? Baca sampai habis dulu, ya.

Baca Juga: Jadwal Gerhana Matahari 2023 di Indonesia, Catat Jamnya

Asal hujan meteor Eta Aquarid

Mirip dengan hujan meteor Orionid yang terjadi pada Oktober 2022, hujan meteor Eta Aquarid juga disebabkan oleh es dan debu peninggalan lintasan Komet Halley. Puing-puing yang tertinggal menjadi remahan yang memanas saat memasuki atmosfer bumi. Alhasil, seolah mengeluarkan cahaya yang melesat melintasi langit. 

FYI, Komet Halley membutuhkan waktu sekitar 76 tahun untuk sekali mengorbit matahari. Dilansir Space, komet ini tidak akan melintasi bumi, setidaknya sampai tahun 2061 nanti. Wah, kita sudah umur berapa, tuh?

Adapun komet ini dinamakan 'Halley' karena laporan terkait benda langit diperiksa oleh astronom Inggris bernama Edmond Halley. Sang ilmuwan mengamati laporan tersebut dari 1531, 1607, 1682, dan memperkirakan bahwa komet akan datang lagi pada 1758. Meski tidak berkesempatan melihat langsung, prediksi Halley tepat. Oleh karena itu, namanya pun digunakan pada komet ini sebagai bentuk penghormatan. 

Tentang hujan meteor Eta Aquarid

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/@joesphotography)

Hujan meteor Eta Aquarid dikategorikan sebagai hujan dengan guguran keras. Fenomena ini paling bagus terlihat dari bumi bagian selatan atau sekitar Khatulistiwa. Yap, Indonesia termasuk di dalamnya. 

Eta Aquarid biasanya berlangsung mulai pertengahan April hingga akhir Mei.  Namanya berasal dari konstelasi langit malam di mana hujan meteor tampak memancar. Eta Aquarid diambil secara spesifik dari salah satu bintang di konstelasi tersebut, yakni Eta Aquarii. 

Royal Museums Greenwich menyebutkan bahwa guguran hujan meteor ini cukup banyak. Mencapai sekitar 50 guguran saat mencapai puncaknya. Guguran meteor akan melintasi langit dengan kecepatan 66 kilometer per detik. Selanjutnya, menghasilkan cahaya cukup terang saat malam sehingga dapat dinikmati dengan mata telanjang. 

Baca Juga: Fenomena Langit Mei 2023, Ada Hujan Meteor!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya