TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tradisi Padusan, Mandi Menjelang Ramadan ala Masyarakat Jawa

Tradisi ini penuh makna, lho!

ilustrasi padusan (pexels.com/Gabriel Frank)

Nyaris dari kita mandi setiap hari. Namun, ada tradisi unik terkait mandi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini pun menjadi kebiasaan unik yang diturunkan dari generasi ke generasi. Rutinitas yang umum dilakukan menyambut Ramadan ini kerap disebut sebagai tradisi padusan.

Lantas, apa bedanya mandi biasa dengan padusan? Begini makna dan filosofinya yang bikin keduanya berbeda. 

Apa itu tradisi padusan?

Padusan merupakan tradisi mandi yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa. Tradisi ini umum dilakukan menjelang bulan Ramadan. Istilah padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Lalu, apa bedanya dengan mandi yang dilakukan setiap hari?

Secara tradisional, dulu tradisi padusan dilakukan dengan berendam atau mandi di sumur dan mata air. Namun, perbedaan penting terdapat pada niatnya. Padusan diniatkan untuk menyambut Ramadan sehingga kita dapat beribadah dalam kondisi suci lahir dan batin. 

Secara simbolis, padusan dianggap menyucikan diri secara fisik. Di samping itu, menurut Indonesia.go.id, padusan juga dianggap sebagai wahana untuk merenungkan diri. Bukan sekadar berendam, seseorang yang sedang padusan diimbau untuk berinstropeksi dari kesalahan masa lalu.

Oleh karena itu, umumnya tradisi padusan dilakukan secara menyendiri di tempat sepi. Dengan kondisi yang hening dan tenang, harapannya akan hadir kesadaran untuk menjadi pribadi lebih baik, terlebih di bulan suci Ramadan. 

Padusan merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Hingga saat ini, kamu bisa menemukan kebiasaan unik ini pada masyarakat yang tinggal di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. 

Beberapa lokasi yang dijadikan lokasi padusan antara lain Umbul Pajangan di Sleman serta Sendang Klangkapan di Sleman. Selain itu, ada di kawasan Jawa Tengah, seperti Umbul Petilasan Joko Tingkir di Semarang. 

Setiap lokasi pun memiliki historinya masing-masing. Contohnya, Sendang Klangkapan yang konon dibuat oleh Sunan Kalijaga saat tidak menemukan mata air untuk berwudu. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya