TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Sisi Gelap Christopher Columbus, Pahlawan atau Penjahat?

Sosok yang dianggap penemu Amerika ini lakukan hal-hal keji

gambar Christopher Columbus (commons.m.wikimedia.org/Metropolitan Museum of Art)

Jika ada yang bertanya, siapa penemu Benua Amerika, mayoritas akan menjawab bahwa Christopher Columbus-lah orangnya. Banyak orang bahkan menganggap ia sebagai pahlawan karena berhasil menemukan "Dunia Baru". Namun, jika kamu bertanya kepada suku Indian yang hidup ratusan tahun yang lalu, kamu mungkin akan mendapatkan jawaban yang berbeda.

Dilansir Biography, faktanya Christopher Columbus memang pernah menginjakkan kaki di Amerika pada 12 Oktober 1492 dan menjelajahi benua itu hingga 1504. Namun hal itu gak lantas membuat ia pantas mendapatkan gelar pahlawan. Sebaliknya, kedatangan Columbus di Benua Amerika justru merupakan awal petaka bagi suku Indian yang lebih dulu tinggal di sana. Berikut ini sisi gelap Christopher Columbus yang jarang orang ketahui!

1. Columbus bukanlah orang pertama yang menemukan Benua Amerika

gambar Leif Erikson saat ekspedisinya ke Benua Amerika (commons.m.wikimedia.org/Nasjonalgalleriet Oslo)

Memulai perjalanannya dari Pelabuhan Palos de la Frontera di Spanyol pada Agustus 1492, Columbus dan krunya melintasi Samudera Atlantik dengan tujuan akhir Benua Asia. Namun alih-alih tiba di Asia, Kapal Santa Maria yang ditumpanginya justru mendarat di Kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492. Columbus memang baru pertama kali menginjakkan kaki di benua itu, tapi dia bukan orang pertama yang melakukannya. 

Dilansir NPR, jauh sebelum Columbus dan krunya tiba, ekspedisi bangsa Viking yang dipimpin oleh Leif Erikson sudah lebih dulu mendaratkan kapalnya pada abad ke-10. Ia tiba di Amerika Utara yang kini menjadi bagian dari Kanada dan menyebut daerah itu dengan nam Vinland.

Keberadaan Leif Erikson di Kanada semakin diperkuat pada tahun 1960. Saat itu, pasangan arkeolog Norwegia, Helge Ingstad dan Anne Stine Ingstad berhasil menemukan sisa-sisa pemukiman Norse Kuno berusia ribuan tahun di daerah Newfoundland, Kanada.

2. Gak lama setelah kedatangannya, Columbus memperbudak penduduk asli Amerika

potret lukisan Landing of Columbus karya John Vanderlyn (commons.wikimedia.org/Architect of the Capitol)

Ketika mendaratkan Kapal Santa Maria di Bahama, Christopher Columbus beranggapan kalau ia telah berhasil melintasi Samudera Hindia dan tiba di Asia dengan selamat. Anggapan ini jugalah yang membuat Columbus menyebut suku asli Taíno dengan sebutan Indian.

Di awal kedatangannya, Columbus mendapatkan sambutan hangat dari penduduk setempat. Ketika kapal merapat, orang-orang Taíno berlari ke tepian pantai dan memberikan apa pun yang mereka punya untuk awak kapal.

Sayangnya kebaikan itu justru memunculkan niat buruk di benak Christopher Columbus. Dilansir Smithsonian Magazine, dalam catatannya, Columbus menggambarkan orang-orang Taíno (Indian) memiliki tubuh tegap, wajah yang tampan, dan seharusnya dapat menjadi budak yang baik. Pada tahun 1494, ia mendirikan Coloni La Isabela di Hispaniola atau yang kini menjadi bagian dari negara Republik Dominika. 

Meski di awal orang Spanyol dan Taíno bisa hidup berdampingan, Columbus pada akhirnya melarang orang-orang Taino untuk menanam di ladang mereka sendiri. Sebagai gantinya, mereka dipaksa bekerja di perkebunan atau pertambangan milik kolonial. Sistem bekerja yang gak manusiawi, ditambah kurangnya makanan membuat banyak orang Taino meninggal karena kelaparan.

Baca Juga: 9 Peristiwa yang Terjadi Selama Pelayaran Christopher Columbus 

3. Dia juga mengirim ratusan orang Taíno ke Spanyol untuk dijadikan budak

gambar kolonial Spanyol selama masa penjajahan mereka di Amerika (iaimuseum.org)

Gak hanya menjadikan penduduk asli sebagai budak di tanah mereka sendiri, Christopher Columbus juga mengirimkan orang-orang ini secara paksa ke Spanyol. Ia beranggapan kalau orang-orang Taino bisa menjadi budak yang baik untuk Spanyol. Dilansir Digital History, sekitar tahun 1495, Columbus mengirimkan sekitar 500 orang Taíno ke Spanyol dengan menggunakan kapal untuk diperbudak.

Perlakuan yang buruk sepanjang perjalanan membuat banyak orang Taino meninggal dunia, bahkan sebelum mereka menginjakkan kaki di daratan. Ketika akhirnya tiba di Spanyol, hanya sekitar 300 orang Taino yang tersisa. 

Verified Writer

Siti Marliah

Instagram: @sayalia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya