TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Khalifah Abdullah Al Makmun, Puncak Kejayaan Bani Abbasiyah

Pengetahuan meningkat pesat di masa pemerintahannya

ilustrasi potret Khalifah Abdullah Al Makmun (youtube.com/M.Izdiyan Muttaqin)

Khalifah Abdullah Al Makmun merupakan khalifah ke tujuh dari Bani Abbasiyah. Ia berkuasa selama 20 tahun pada tahun 813 sampai 833 M. Khalifah bernama lengkap Abdullah Abu Abbas bin Ar-Rasyid Al- Ma’mun ini dikenal sebagai pemimpin yang jenius dan ulet dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Bahkan, masa pemerintahannya disebut sebagai puncak kejayaan dari Bani Abbasiyah.

Selain ilmu pengetahuan sebagai puncak perkembangan pada masa itu, Al Makmun juga mengeksplorasi berbagai bidang. Seperti aktifnya sektor pertanian dari aspek buah-buahan dan bunga-bungaan, menjadikan wilayah Abbasiyah sebagai pusat perdagangan, hingga terjaminnya keamanan baik untuk warganya atau pun pendatang. 

Puncak kejayaan ini tentu didasari oleh banyak faktor, salah satunya dari kisah Khalifah Abdullah Al-Makmun sendiri. Seperti pada kisah singkatnya di bawah ini, terdapat peristiwa dan gerakan pembaharuan yang beliau kerjakan. 

1. Biografi singkat Khalifah Abdullah Al Makmun

ilustrasi potret Khalifah Abdullah Al Makmun (youtube.com/M.Izdiyan Muttaqin)

Khalifah Abdullah Al Makmun merupakan putera dari Khalifah Harun Ar Rasyid yang lahir pada tanggal 15 Rabiul Awal 170 H / 786 M. Al Makmun merupakan anak yang jenius, yang mana sejak kecil sudah dididik dengan ilmu agama dan membaca Al-Qur'an oleh dua orang ahli terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi.

Di akhir pemerintahannya, wilayah Islam mendapatkan serangan dari Imperium Bizantium, Romawi dan berhasil menduduki dua wilayah yaitu Kilikia dan Lidia. Namun, sebelum kembali menaklukan kembali Bizantium, ia meninggal dunia dan perjuangannya dilanjutkan oleh saudaranya, Al-Mu’tashim. Kejadian ini terjadi pada tahun 218 H / 833 M.

2. Belajar Hadits bersama Imam Malik di Madinah

ilustrasi potret peradaban pengetahuan di masa Bani Abbasiyah (youtube.com/ASKAMZA channel)

Karena sejak kecil sudah dididik dengan ilmu agama, Al Makmun memilih fokus untuk mendalami ilmu Hadits. Ia dan saudaranya, Al Amin dikirim oleh ayahnya ke Madinah untuk belajar bersama Imam Malik. Ia mempelajari kitab karangan Imam Malik yaitu Al Muwattha.

Selama disana, tak hanya ilmu Hadits yang ia dapatkan, Al Makmun juga bisa menguasai Ilmu-ilmu kesastraan, tata Negara, hukum, hadits, falsafah, serta astronomi. Ia juga termasuk penghafal Al-Qur’an dan ahli dalam menafsirkannya. Hal inilah, yang menjadi salah satu bekalnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di masa pemerintahannya. 

3. Dorong gerakan penerjemah serta kembangkan lembaga pendidikan

ilustrasi potret peradaban pengetahuan di masa Bani Abbasiyah (youtube.com/Kaffah Official)

Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahannya, Al Makmun menyediakan dana besar untuk mendorong gerakan penerjemahan dari karya-karya kuno Yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab. Seperti, ilmu kedokteran, astronomi, matematika, serta filsafat. Pada masa ini, juga lahir para penerjemah muslim termasyhur seperti Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq.

Al Makmun juga mengembangkan akademi ilmu pengetahuan pertama dunia, Bait Al Hikmah yang didirikan oleh ayahnya, Khalifah Harun Ar-Rasyid. Bait Al Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan dengan ribuan buku ilmu pengetahuan, serta tempat penelitian.

Kemudian, ia juga mendirikan Majalis Al-Munazharah sebagai lembaga pengkajian keagamaan. Kajian ini bisa diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, serta istana khalifah. Lembaga ini juga berguna untuk memperluas pengetahuan dan sebagai tanda bahwa Kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan puncak keemasan Islam.

4. Bidang pertanian dan perdagangan juga berkembang pesat di bawah kepemimpinannya

ilustrasi potret perdagangan di masa Bani Abbasiyah (youtube.com/Kepoin Islam Official)

Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan keamanan, ternyata juga berpengaruh pada perkembangan bidang pertanian dan perdagangan. Saat itu, kegiatan pertanian berkembang pesat dalam sektor buah-buahan dan bunga-bungaan. Bahkan, menjadi komoditi penting dalam perdagangan di seluruh Asia.

Wilayah Dinasti Abbasiyah juga ramai akan pedagang-pedagang dari berbagai penjuru dunia. Terutama pada lalu lintas dagang dengan Tiongkok, baik melalui jalur darat atau pun laut yang selalu ramai di setiap waktunya.

Baca Juga: 5 Fakta Socrates, Filsuf dalam Dualisme Hipokrisi dan Kebijaksanaan

Verified Writer

Maisix Dela Desmita

https://lynk.id/maisixdela

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya