Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Para astronom menyerukan perlindungan mendesak terhadap situs-situs di Bulan yang dinilai sebagai tempat terbaik di tata surya, merupakan instrumen canggih yang dirancang untuk mengungkap rahasia alam semesta.
Mengutip situs The Guardian, lokasi-lokasi utama ini bebas dari getaran tanah, terlindung dari sinyal-sinyal siaran Bumi yang bising, atau sangat dingin–sangat cocok untuk peralatan sensitif yang membuat pengamatan tidak mungkin dilakukan dari tempat lain.
Baca Juga: Fakta Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Teramati dari Indonesia?
Bulan ada dalam bahaya
ilustrasi Bulan (unsplash.com/Mike Petrucci) Tempat-tempat yang masih terjaga keasliannya, yang dikenal sebagai situs dengan kepentingan ilmiah yang luar biasa (Sesis), berada dalam bahaya karena berpotensi dirusak oleh gelombang misi dari Bumi, seperti satelit navigasi dan komunikasi bulan, robot penjelajah dan operasi penambangan.
“Ini adalah pertama kalinya umat manusia harus memutuskan bagaimana kita akan berekspansi ke tata surya. Kita berada dalam bahaya kehilangan kesempatan untuk memahami alam semesta," kata Dr Martin Elvis, astronom di Harvard and Smithsonian Center for Astrophysics di Massachusetts.
Setidaknya, terdapat 22 misi internasional yang diperkirakan akan mendarat di Satelit Alami Bumi itu pada akhir 2026, di mana setengahnya menuju ke lokasi dekat kutub selatan Bulan. Akan ada lebih banyak lagi yang menyusul, termasuk pendarat komersial dan sipil. Sementara dua pangkalan di bulan, satu milik Amerika Serikat, dan satu lagi pangkalan China dan Rusia, mungkin beroperasi pada tahun 2030-an.
Tanpa otoritas koordinasi, tidak ada yang bisa mencegah bentrokan di Bulan di masa depan, kata para peneliti. Risikonya berkisar dari tabrakan fisik dan awan debu yang ditimbulkan oleh aktivitas Bulan hingga getaran, gangguan elektromagnetik, dan kerusakan lokasi akibat pengeboran dan operasi lainnya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Para peneliti menyiapkan instrumen untuk mengantisipasinya, yang mungkin akan dipasang pada akhir dekade ini. Alatnya termasuk teleskop optik, infra-merah, sinar-X dan radio, detektor partikel untuk menyelidiki angin matahari dan sinar kosmik, serta detektor gelombang gravitasi yang mendeteksi getaran halus dalam ruang-waktu ketika lubang hitam dan bintang neutron bertabrakan.