TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jejak Sejarah Barbershop dan Peran Mereka dalam Dunia Medis di Abad 15

Alasan tiang berwarna merah dan putih di depan barbershop

ilustrasi seorang tukang cukur sedang mencukur rambut pelanggannya (pexels.com/Luis Quintero)

Saat zaman yang dingin di Prancis abad ke-15, tukang cukur menjadi sosok yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, jauh sebelum menjadi ahli dalam merapikan jenggot dan memotong rambut, mereka memiliki peran yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang kita bayangkan.

1. Peran tukang cukur sebagai ahli bedah berpengalaman

ilustrasi seorang tukang cukur menggunakan pisau dengan ahli untuk merapikan rambut (pexels.com/Nikolaos Dimou)

Kedai tukang cukur pada masa itu menjadi pusat kegiatan sosial yang menarik. Mereka bukan hanya sekadar merapikan penampilan, tetapi juga terampil dalam berbagai prosedur medis.

Tukang cukur bukan hanya memotong rambut, tetapi juga terlatih dalam berbagai operasi karena keahlian menggunakkan alat-alat tajam, mulai dari pencabutan gigi hingga amputasi. Peran mereka sebagai ahli bedah adalah aspek yang tak terduga namun penting pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, tukang cukur menjadi tempat di mana peran mereka berkembang dari sekadar melakukan prosedur kecantikan menjadi spesialis dalam intervensi medis yang lebih serius.

2. Transisi dari peran gereja ke dunia kedokteran

ilustrasi seorang tukang cukur sedang menyiapkan alat-alat cukur miliknya (pexels.com/alexandre saraiva carniato)

Perubahan dramatis dalam peran tukang cukur terkait dengan aturan gereja pada saat itu. Sebelumnya, operasi medis banyak dilakukan oleh biarawan yang dipersyaratkan oleh Gereja Katolik. Namun, pada tahun 1215, gereja melarang para biarawan untuk melakukan prosedur yang mengakibatkan pendarahan. Inilah yang membuka jalan bagi perkembangan profesi medis secara mandiri.

Bersamaan dengan larangan gereja, perguruan tinggi kedokteran mulai muncul di Eropa. Meskipun demikian, para dokter pada masa itu enggan terlibat dalam prosedur yang melibatkan darah. Dalam akibatnya, bidang kedokteran dan pembedahan dipisahkan, dan tugas operasi ditangani oleh tukang cukur yang terlatih melalui pengalaman praktis dan pelatihan yang mendalam.

3. Pengaruh cuaca ekstrem dan penyakit di atlantik utara terhadap profesi tukang cukur

ilustrasi seorang tukang cukur melakukan prosedur amputasi di medan perang (commons.wikimedia.org/Charles Maurand)/

Evolusi pengatahuan lebih formal dari tukang cukur ini mengarah pada peran tukang cukur sebagai ahli bedah menjadi semakin berpengalaman. Mereka tidak hanya memotong rambut dan mencukur jenggot, tetapi juga terlibat dalam berbagai prosedur pembedahan, seperti pencabutan gigi, jahitan, hingga amputasi.

Ketika cuaca tak terduga di sepanjang Atlantik Utara di akhir abad ke-15 menyebabkan kelaparan dan penyebaran penyakit, tukang cukur menjadi penolong yang tak tergantikan. Mereka melakukan amputasi untuk menyelamatkan pasien dari gangrene.

Sehingga sejak itu tukang cukur tidak hanya beroperasi di toko dan biara, tetapi juga menemani tentara dalam kampanye perang dengan jarak dekat dan jauh, serta menyumbangkan pengetahuan medis yang penting untuk lembaga medis angkatan bersenjata.

4. Ambroise Paré

ilustrasi Ambroise Paré sedang melakukann tindakan medis pada pasien (commons.wikimedia.org/Wellcome Trust)

Ambroise Paré (1510–1590) adalah seorang ahli bedah Prancis yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah kedokteran. Lahir pada awal abad ke-16, Paré memulai karirnya sebagai tukang cukur, kemudian menjadi asisten ahli bedah di rumah sakit Hôtel-Dieu di Paris. Kepandaian dan inovasinya membuatnya mendapatkan pengakuan di dunia medis pada masanya.

Ambroise Paré terkenal karena melawan praktik bedah yang menyakitkan dan tak efektif yang umum pada zaman itu. Salah satu kontribusinya yang paling terkenal adalah penggantian minyak mendidih dengan salep antiseptik.

Ketika Paré mendapati persediaan minyak habis selama suatu pertempuran, ia menggunakan campuran telur, air mawar, dan terpentin sebagai alternatif. Keputusannya ini tidak hanya lebih efektif dalam mengobati luka, tetapi juga lebih menghormati pasien.

Ambroise Paré menjadi pionir dalam menggunakan teknik pengikatan pembuluh darah setelah amputasi, yang membantu mengurangi risiko infeksi dan mempercepat penyembuhan. Pencapaiannya yang signifikan melibatkan penulisan buku-buku medis, termasuk karya monumentalnya "Des instruments chirurgicaux" (Tentang Alat Bedah), yang menjadi rujukan penting di bidang bedah selama berabad-abad.

Writer

Winda Kuncorowati

🚄Kata-kata adalah jendela dunia. Selamat membaca! 💕

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya