TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Kenapa Sebaiknya Kamu Tidak Pelihara Monyet

Sebagai hewan liar, biarkan mereka bebas di alam

onegreenplanet.org

Baru-baru ini, jagat maya sedang dihebohkan dengan video TikTok @nhdazhr yang sedang viral. Di video ini, pemilik akun yang bernama Nahda Azahra menunjukkan ibunya yang membeli seekor anak monyet dengan sistem COD.

Video ini pun langsung menuai pro-kontra. Tak sedikit yang merasa gemas dengan anak monyet yang baru dibeli, tapi banyak pula yang menyayangkan karena dianggap mendukung perburuan liar. Mengapa sebaiknya kita tidak menjadikan monyet atau primata lain sebagai peliharaan?

1. Anak monyet dipisahkan secara paksa dari orangtuanya

freepik.com/yod67

Menurut penjelasan dari Primate Rescue Center, anak monyet diambil dari ibunya saat masih bayi (pada usia beberapa hari) untuk dijual sebagai hewan peliharaan. Pemisahan paksa ini sangat traumatis bagi anak monyet dan ibunya. Tak jarang, orangtua monyet dibunuh demi mendapatkan anaknya!

"Indukan macaca tidak akan meninggalkan bayinya dalam keadaan apa pun, sehingga pemburu tidak mungkin bisa menculik bayinya diam-diam. Satu-satunya cara untuk memisahkan bayi macaca adalah dengan membunuh indukannya. Macaca jantan dewasa akan maju terlebih dahulu. Setelah macaca jantan dibunuh, induk betina akan menyerang balik. Saat itulah pemburu akan membunuh induk betina," seperti yang dijelaskan oleh Rakyan W Tanjung.

Kalau induk betina tidak dibunuh, pemisahan dengan bayinya akan menimbulkan efek traumatis. Ia kemungkinan akan mengalami pemisahan yang sama setelah memiliki anak lagi.

2. Monyet akan tumbuh dewasa sebagai hewan yang agresif dan berbahaya

(Foto: iStock)

Bayi monyet memiliki paras menggemaskan dan tatapan mata yang polos. Namun, begitu mencapai usia pubertas (sekitar umur 3 tahun), sikap mereka akan berubah drastis.

Dilansir laman Primate Rescue Center, monyet dewasa umumnya agresif, tidak bisa diprediksi, tidak bisa dikendalikan, dan berbahaya. Mereka sering menggigit dan mencakar, bahkan kepada pengasuh yang merawat mereka dari kecil.

Monyet bisa hidup hingga usia 20-40 tahun, hanya sedikit pemilik yang sanggup berkomitmen memelihara dalam waktu selama ini. Tak heran, sering dijumpai monyet yang dirantai, diikat, atau ditelantarkan dalam kandang begitu saja.

3. Gigitan atau cakarannya menimbulkan penyakit dan infeksi serius

(Foto: Pixabay)

Apa yang terjadi jika gigi taring setajam itu menembus kulitmu? Gigitan monyet menimbulkan infeksi luka serius, bahkan menularkan virus herpes B dan rabies. Luka gigitan atau cakaran monyet harus segera dibersihkan dengan air dan sabun.

Dikutip laman King County, sebagian besar kera macaque membawa virus herpes B. Virus ini memiliki tingkat kematian 70 persen pada kasus yang tidak diobati dan berpotensi menyebabkan cacat seumur hidup.

Jika gigitan, cakaran, atau cairan tubuh monyet masuk ke selaput terbuka (seperti mata) maka harus segera dibilas. Untuk mencegah virus herpes B, dokter mungkin akan memberikan obat antiviral.

Baca Juga: 7 Alasan Ilmiah Kenapa Burung Hantu Jangan Kita Pelihara

4. Primata adalah hewan sosial dan perlu bersama kawanannya

cnprc.ucdavis.edu

Sama seperti manusia, primata adalah hewan sosial. Mereka perlu bersama kawanannya agar dapat berkembang normal, baik secara psikologis dan emosional. Sebaik apa pun perawatan manusia, tidak akan bisa menggantikan ibu monyet.

Laman Britannica menjelaskan satu kawanan monyet terdiri dari jantan tunggal (alpha male) dengan beberapa betina dan anak-anaknya, seperti pada lutung, mandril, babun hamadryas, dan guenon. Biasanya, betina tetap berada di kelompok tempat mereka dilahirkan, tetapi jantan bisa bergabung dengan kelompok lain saat dewasa.

Saat berada dalam kawanan, induk monyet bisa saling menjaga anak-anaknya, saling memperingatkan potensi risiko dan predator, dan mencari makanan bersama. Jika dipisahkan dari kawanannya, kemampuan sosial monyet akan hilang dan menyulitkan mereka jika suatu saat dilepaskan ke alam bebas.

"Jika anda mencoba menjadikannya sebagai hewan peliharaan, anda menciptakan hewan yang mengalami gangguan mental pada 99,9 persen kasus. Hewan itu tidak akan pernah bisa cocok dengan hewan lain. Mereka tidak pernah belajar bagaimana (cara) bergaul dengan monyet lain. Dan berakhir dengan banyak perilaku yang merusak diri sendiri," tegas Kevin Wright, dokter hewan dari Phoenix Zoo, Arizona, mengungkapkan pada National Geographic.

5. Membeli monyet berarti mendukung perburuan liar

nypost.com/Shutterstock

Membeli monyet karena kasihan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru, semakin masif perburuan yang dilakukan untuk mendapatkannya, Primate Rescue Center menegaskan.

Jika satu kandang telah kosong karena monyet dibeli oleh seseorang, maka kandang itu akan segera diisi oleh monyet-monyet baru. Lingkaran setan ini akan terus berlanjut dan pemburu terus membunuh monyet dewasa agar anaknya bisa dijual.

Bisa dibayangkan, jika siklus ini terus berlanjut selama puluhan tahun? Mungkin, kita tidak bisa lagi menemukan monyet atau primata lain di habitat aslinya. Jalan keluarnya adalah tidak membeli monyet dan melaporkan adanya perdagangan satwa ilegal ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

6. Monyet mungkin patuh pada satu orang, tetapi agresif pada orang lain

nationalgeographic.com/Felix Horhager

Umumnya, primata akan terikat dengan satu orang yang mereka anggap berkuasa, seperti pengasuh yang merawatnya sedari kecil. Problemnya, mereka akan menganggap orang lain sebagai musuh atau ancaman. Mereka mungkin akan menyerang orang lain dengan gigitan atau cakaran.

Ini berarti, pengasuh bertanggung jawab untuk merawat setiap saat dan mungkin mengurangi waktunya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, monyet tidak bisa serta-merta dipindahtangankan karena mereka merasa terikat dengan pengasuhnya.

Baca Juga: Hewan Peliharaan Viral, 7 Fakta Sea Monkey dan Cara Memeliharanya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya