TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengapa Masih Turun Hujan di Saat Musim Kemarau?

Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah

ilustrasi hujan (pixabay.com/chulmin1700)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa awal musim kemarau 2023 dimulai pada bulan April dan akan mencapai puncaknya di bulan Juli dan Agustus. Akan tetapi, kendati sudah memasuki musim kemarau, sebagian daerah di Indonesia masih diguyur hujan. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah.

Menurut Dr. Erma Yulihastin, ahli klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ini bukan pertama kalinya kemarau basah terjadi di Indonesia. Simak penuturannya, yuk!

1. Kemarau basah pernah terjadi pada tahun 2010

ilustrasi tetes air hujan (pixabay.com/sourabhkrishna806)

Dr. Erma mengatakan bahwa kemarau basah pernah melanda Indonesia pada tahun 2010. Kala itu, Indonesia terus-menerus diguyur hujan sepanjang tahun, sehingga perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan menjadi tidak jelas.

"Kondisi iklim di Indonesia selama sebulan terakhir memiliki kemiripan pola dengan iklim sepuluh tahun lalu saat terjadi kemarau basah, yaitu anomali angin baratan di Indonesia selatan yang dipicu oleh maraknya aktivitas vorteks dan gelombang atmosfer ekuator," ungkapnya lewat akun Twitter @EYulihastin pada Sabtu (8/7/2023).

Anomali iklim seperti ini tentu merugikan banyak pihak, salah satunya adalah petani. Padahal, musim adalah patokan bagi petani untuk menanam tanaman tertentu. Mereka biasanya menanam padi di musim hujan lalu beralih ke jagung di musim kemarau.

2. Ada beberapa penyebab kemarau basah

ilustrasi awan gelap penyebab hujan (pixabay.com/comcomcom)

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan bahwa ada beberapa pola anomali yang menjadi penyebab kemarau basah, seperti:

  • Pola angin monsun barat: Identik dengan musim hujan, angin ini bersifat basah dan membawa banyak uap air hangat dari Samudra Hindia, sehingga meningkatkan kelembapan permukaan dan panas laten yang memicu konveksi penyebab hujan. Monsun barat kemungkinan terjadi karena melemahnya monsun timur yang berasal dari Benua Australia. Selain itu, juga dipengaruhi oleh penguatan monsun musim panas India.
  • Siklon tropis: Bisa menimbulkan gangguan cuaca skala sinoptik, seperti terjadinya hujan deras, bahkan pada musim kemarau sekalipun. Indonesia bisa berperan sebagai pembangkit siklon tropis (tropical cyclogenesis) jika terdapat angin barat yang sangat kuat dari level permukaan hingga ketinggian 200 milibar.

Baca Juga: Sudah Musim Kemarau Tapi Masih Hujan, Begini Penjelasan BMKG

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya