Mengapa Masih Turun Hujan di Saat Musim Kemarau?
Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa awal musim kemarau 2023 dimulai pada bulan April dan akan mencapai puncaknya di bulan Juli dan Agustus. Akan tetapi, kendati sudah memasuki musim kemarau, sebagian daerah di Indonesia masih diguyur hujan. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah.
Menurut Dr. Erma Yulihastin, ahli klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ini bukan pertama kalinya kemarau basah terjadi di Indonesia. Simak penuturannya, yuk!
1. Kemarau basah pernah terjadi pada tahun 2010
Dr. Erma mengatakan bahwa kemarau basah pernah melanda Indonesia pada tahun 2010. Kala itu, Indonesia terus-menerus diguyur hujan sepanjang tahun, sehingga perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan menjadi tidak jelas.
"Kondisi iklim di Indonesia selama sebulan terakhir memiliki kemiripan pola dengan iklim sepuluh tahun lalu saat terjadi kemarau basah, yaitu anomali angin baratan di Indonesia selatan yang dipicu oleh maraknya aktivitas vorteks dan gelombang atmosfer ekuator," ungkapnya lewat akun Twitter @EYulihastin pada Sabtu (8/7/2023).
Anomali iklim seperti ini tentu merugikan banyak pihak, salah satunya adalah petani. Padahal, musim adalah patokan bagi petani untuk menanam tanaman tertentu. Mereka biasanya menanam padi di musim hujan lalu beralih ke jagung di musim kemarau.
Baca Juga: Sudah Musim Kemarau Tapi Masih Hujan, Begini Penjelasan BMKG