TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab Ilmiah Gempa Banten 7,4 SR yang Sempat Berpotensi Tsunami

Lokasi gempa berpusat di barat daya Banten

nbclosangeles.com

Jakarta, IDN Times - Gempa kembali terjadi di Barat Daya Provinsi Banten pada Jum'at (2/8) pukul 19:03 WIB. Tak tanggung-tanggung, gempa ini memiliki kekuatan 7,4 SR dan terasa di beberapa wilayah sekaligus. Bukan hanya terasa di Banten, tetapi dilaporkan juga terasa di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Seperti apa detail seputar gempa yang terjadi di Banten? Simak penjelasannya berikut ini!

1. Berkekuatan 7,4 SR dan berpotensi tsunami

earthquake-report.com

Gempa ini terjadi pada Jum'at (2/8) pukul 19:03 WIB dan terletak pada 147 kilometer barat daya Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Gempa ini memiliki kekuatan 7,4 SR dan memiliki kedalaman 10 KM. BMKG menyebut gempa ini memiliki potensi tsunami dan guncangan gempa terasa di berbagai wilayah sekaligus.

Baca Juga: Ekspedisi Destana Tsunami 2019 Resmi Dibuka oleh Kepala BNPB

study.com

Fault terbalik terbentuk ketika lempeng yang "mengapung" bergerak ke atas. Gaya yang menciptakan patahan terbalik bersifat kompresional, mendorong sisi-sisinya bersamaan. Hal ini umum terjadi di batas konvergen. Secara bersamaan kesalahan normal dan terbalik disebut kesalahan dip-slip, karena gerakan pada mereka terjadi di sesuai arah dip - masing-masing turun atau naik. Fault terbalik membuat beberapa rantai gunung tertinggi di dunia, termasuk Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Rocky. Kebayang kan bagaimana efek rasa gempanya?

2. Gempa mematahkan kedua sesar

geoscope.ipgp.fr

Gempa berskala 7,4 SR yang terjadi di Banten pun menghebohkan para ilmuwan dan tim pengamat internasional. Ilustrasi soal gempa dapat dijelaskan melalui gambar di atas, dimana dua blok yang dipisahkan oleh patahan seismik dipindahkan selama gempa bumi berlangsung. Terlihat lempeng bumi yang bertabrakan ketika gempa terjadi.

Dilansir dari Science Daily, lempeng tektonik tergantung pada hubungan terbalik antara kepadatan batuan dan suhu. Di pegunungan di tengah samudera, batu-batu panas dengan kepadatan rendah, membuatnya bermassa jenis rendah atau lebih mampu mengapung.

Ketika bebatuan ini menjauh dari tempat asal mereka (punggung bukit) tersebut, mereka menjadi dingin dan kepadatannya meningkat, di mana mereka menjadi lebih padat daripada mantel panas yang mendasarinya, hingga akhirnya mereka tenggelam dan 'terseret' ke bawah. Uniknya, tiga hingga empat miliar tahun yang lalu, bagian dalam bumi lebih panas, aktivitas vulkanik lebih menonjol dan lempeng tektonik tidak menjadi dingin serta tidak cukup padat untuk tenggelam secara spontan. Ini menunjukkan bahwa kondisi bumi memang sudah berubah dan terus akan berubah.

thoughtco.com

Dilansir dari ToughtCo.com, litosfer bumi sangat aktif, karena lempeng benua dan samudera terus-menerus saling berpisah, bertabrakan, dan saling mengikis. Ketika mereka melakukannya, mereka membentuk faults (kerusakan yang terjadi pada bebatuan atau lempeng). Ada berbagai jenis faults: fault terbalik, fault strike-slip, fault miring, dan fault normal.

Pada dasarnya, patahan adalah retakan besar di permukaan bumi di mana bagian kerak bumi saling berhubungan satu sama lain. Retak itu sendiri tidak menjadikannya suatu fault, melainkan gerakan lempeng di kedua sisi yang menandakannya sebagai suatu fault. Gerakan-gerakan ini membuktikan bahwa Bumi memiliki kekuatan yang tinggi  yang selalu bekerja di bawah permukaan.

Fault datang dalam semua ukuran; beberapa kecil dengan offset hanya beberapa meter, sementara yang lain cukup besar untuk dilihat dari luar angkasa. Namun ukurannya membatasi potensi besarnya gempa. Ukuran patahan San Andreas (sekitar 800 mil dan 10 hingga 12 mil), misalnya, membuat apa pun di atas gempa berkekuatan 8,3 SR hampir mustahil.

Baca Juga: Gempa Berturut-turut dan Air Laut Surut Jadi Pertanda Tsunami

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya