TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Hari Radio Nasional yang Diperingati Tiap 11 September

Ternyata, begini awal mulanya

ilustrasi radio (pixabay.com/max_types)

Sadar atau tidak, ada banyak hari bersejarah yang jatuh pada tanggal 11 September. Salah satunya adalah Hari Radio Nasional. Pada saat yang bersamaan, 11 September juga diperingati sebagai hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI).

Mau tahu sejarah Hari Radio Nasional dan mengapa penting untuk dikenang? Bersumber dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (PPID LPP RRI), berikut ini rangkumannya!

1. Didirikan sebulan setelah siaran radio Hoso Kyoku dihentikan

Radio Hoso Kyoku (stasiun radio Jepang yang siarkan kemerdekaan RI) dihentikan pada 19 Agustus 1945. Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 11 September 1945, RRI didirikan.

Di masa kekosongan setelah Hoso Kyoku berhenti mengudara, masyarakat menjadi buta akan informasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Indonesia merdeka. Kondisi semakin mencekam karena radio-radio luar negeri mengabarkan bahwa tentara Inggris akan menduduki Jawa dan Sumatra.

Kabarnya, tentara Inggris akan melucuti tentara Jepang dan akan menjaga keamanan sampai Pemerintah Belanda bisa kembali berkuasa di Indonesia. Selain itu, sekutu juga masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia dan Belanda akan mendirikan Netherlands Indie Civil Administration (NICA).

2. Kemudian, beberapa delegasi radio mengadakan pertemuan di Jakarta

ilustrasi Abdulrachman Saleh, salah satu tokoh RRI (wikimedia.org/Unknown author)

Orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari bahwa radio merupakan alat yang dibutuhkan oleh Pemerintah RI untuk berkomunikasi dan memberi arahan kepada rakyat tentang apa yang harus dilakukan.

Akhirnya, delegasi dari bekas radio Hoso Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta. Pada 11 September 1945 pukul 17.00, mereka berkumpul di bekas Gedung Raad Van Indie Pejambon dan diterima oleh sekretaris negara. Delegasi radio yang kala itu hadir adalah Abdulrachman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi.

Sebagai ketua delegasi, Abdulrachman Saleh mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dan rakyat, mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September 1945. Untuk modal operasional, delegasi radio menyarankan pemerintah menuntut Jepang supaya studio dan pemancar radio Hoso Kyoku bisa digunakan.

Tetapi, sekretaris negara dan para menteri merasa keberatan karena alat-alat tersebut sudah terdaftar sebagai barang inventaris sekutu. Namun, para delegasi tetap teguh dan meneruskan rencana mereka.

Baca Juga: 11 September Hari Radio Republik Indonesia (RRI): Sejarah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya