TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Helena Gualinga, Aktivis Suku Amazon yang Melawan Perubahan Iklim

Usianya baru 17 tahun, lho!

insider.com

Masalah perubahan iklim dan suhu bumi yang kian meningkat menjadi kepedulian banyak orang. Bukan hanya Greta Thunberg, aktivis berusia 16 tahun asal Swedia, tetapi kini muncul sosok baru bernama Helena Gualinga. Ia adalah gadis asal suku Amazon yang baru berusia 17 tahun dan peduli terhadap isu lingkungan.

Siapakah Helena Gualinga dan apa perannya dalam memerangi perubahan iklim global? Ketahui profil lengkapnya lewat artikel berikut ini!

1. Baru berusia 17 tahun

lab.org.uk

Sebelum beranjak lebih jauh, mari berkenalan dengan sosok Helena Gualinga terlebih dahulu. Gadis berusia 17 tahun ini berasal dari suku Amazon dan berkewarganegaraan Ekuador. Perempuan ini milik komunitas adat Sarayaku di Provinsi Pastaza, jelas laman Ecuador Times.

Ayahnya, Andreas Siren, adalah seorang profesor Finlandia di Departemen Geografi dan Geologi di Universitas Turku. Sementara, ibunya, Noemí Gualinga, merupakan mantan Presiden Asosiasi Perempuan Kiwcha. Helena diketahui tinggal di Pargas dan Turku di Finlandia karena ayahnya mengajar di sana.

Baca Juga: Kisah Elena, Penyintas Kekerasan Seksual dan Aktivis Perempuan

2. Beberapa anggota keluarganya adalah aktivis lingkungan juga

yle.fi

Helena konsisten dan pantang menyerah dalam menyuarakan perlawanan terhadap perubahan iklim. Ia belajar di Turku Cathedral School dan menguasai beberapa bahasa sekaligus, seperti Inggris, Spanyol, Swedia, Kiwcha dan Finlandia, ungkap laman Ecuador Times.

Menariknya lagi, ada beberapa anggota keluarganya yang merupakan aktivis lingkungan, seperti bibinya yang bernama Patricia Gualinga dan bibi buyutnya yang bernama Cristina Gualinga. Tak heran, ia mendapatkan pengaruh positif dari mereka dan membuatnya jadi aktivis lingkungan seperti sekarang.

3. Perusahaan minyak menjadi ancaman bagi komunitas adatnya dan tempat tinggal mereka

yle.fi

Helena menjadi aktivis karena ingin melindungi hutan di Amazon sekaligus komunitas adatnya yang tinggal di sana. Menurutnya, peran suku lokal sangat penting untuk melawan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Mirisnya lagi, pemerintah setempat seolah tidak berbuat apa-apa untuk membantu mereka. Bahkan, justru menggunakan kekuasaannya untuk menindas mereka.

Menurut Helena, perusahaan minyak merupakan ancaman sekaligus musuh terbesar pada komunitas adatnya. Perusahaan-perusahaan ini sering tidak berkonsultasi dengan masyarakat adat sebelum memasuki wilayah mereka, terang Helena di laman WBUR.

Sedihnya, perusahaan ini justru disokong oleh pemerintah sekaligus militer sehingga membuat masyarakat adat kesulitan untuk melawan.

4. Komunitas adatnya pernah memenangkan gugatan melawan Pemerintah Ekuador pada 2012

amazonwatch.org

Akibat pemerintah Ekuador yang sewenang-wenang membiarkan perusahaan minyak mengeksploitasi wilayahnya, komunitas adat Sarayaku tidak tinggal diam.

Mereka bertarung untuk melindungi hutan dan mengajukan gugatan melawan pemerintah Ekuador. Hasilnya, pada 2012, komunitas adat ini memenangkan gugatan di pengadilan.

Sedihnya, pada 2018, pemerintah Ekuador kembali berulah. Komunitas adat Sarayaku kembali terancam oleh eksploitasi dari perusahaan minyak.

Pemerintah Ekuador berencana untuk melelang 3 juta hektare hutan hujan yang sebagian besar masih belum tersentuh dan alami, ujar laman Global Research. Di tempat yang sama inilah, komunitas adat Sarayaku tinggal.

Baca Juga: 5 Aktivis Lingkungan Muda yang Tangguh, selain Greta Thunberg

Verified Writer

Nena Zakiah

Online media writer (main job) Photographer & culinary content creator (side job) IG: @nenazakiah @foodgraphy_indonesia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya