TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Manfaat Edible Insects, Alternatif Pemenuhan Gizi Masyarakat Dunia!

Kadar protein tinggi dan ramah emisi gas rumah kaca!

ilustrasi penjual belalang goreng di pasar (flickr.com/Johan Fantenberg)

Edible insects memiliki arti beberapa serangga yang dapat dikonsumsi baik untuk pangan maupun pakan. Meskipun terlihat aneh dan bahkan terdengar menjijikan, namun melansir WebMD, praktik konsumsi serangga oleh manusia ternyata sudah banyak dilakukan di berbagai negara seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Bahkan di Bangkok terdapat 164 jenis serangga yang dijadikan makanan. Diantara serangga yang sering dijadikan makanan adalah belalang, jangkrik, dan mealworm. Namun bagaimana sebenarnya manfaat dari praktik konsumsi edible insects itu sendiri? Mengapa banyak digalakan atau dipromosikan oleh berbagai media dan bahkan lembaga pangan dunia seperti Food Agriculture Organisation (FAO)? Nah, untuk mengetahui jawabannya wajib disimak penjelasan berikut ini, ya!

1. Edible insects mengandung nutrisi tinggi, bahkan kadar proteinnya bisa melebihi daging

ilustrasi daging panggang(pexels.com/Ali Smith)

Melansir FAO, edible insects atau serangga-serangga yang dapat dikonsumsi mempunyai nutrisi yang cukup banyak, yaitu protein, serat, asam lemak bermanfaat dan mikro nutrisi seperti zat besi, zink, mangan, dan magnesium. Namun tidak semua serangga mempunyai kadar nutrisi yang sama, tergantung jenis spesiesnya. Misalnya belalang dan jangkrik, ulat dengan kumbang atau bahkan antar jenis spesies belalang.

Dilansir Runtastic, serangga dapat menjadi sumber protein yang efisien daripada daging. Berdasarkan riset yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa serangga mempunyai kadar protein 9,96 sampai 35,2 gram per 100 gramnya. Sedangkan pada berbagai macam daging kisaran proteinnya hanya 16,8-20,6 gram. Di dalam riset tersebut juga menunjukkan bahwa kadar protein antara jangkrik atau cricket dan sapi hampir sama, yaitu 20,1 gram untuk cricket dan 20,6 gram untuk sapi. 

2. Konsumsi serangga dapat ikut andil mengurangi emisi karbon dunia akibat hewan ternak

ilustrasi peternakan sapi (pexels.com/Mark Stebn)

Faktanya peternakan seperti sapi, kambing, dan unggas serta hewan ternak lainnya dapat berdampak negatif untuk lingkungan. Terutama pada tiga aspek yaitu, lahan, air dan emisi gas rumah kaca. Dilansir Downtoearth, secara global peternakan menyumbangkan emisi gas rumah kaca sebesar 14,5% dan menjadi kontributor utama deforestasi, penurunan biodiversitas serta kontaminasi air.

Oleh sebab itu butuh alternatif sumber makanan yang dampak negatifnya lebih rendah. Salah satunya adalah sumber makanan dari serangga. Selain kaya akan nutrisi, mengonsumsi edible insects dapat berdampak positif untuk lingkungan sebab konsumsi daging dari peternakan akan semakin berkurang. Melansir FAO, secara umum membudidayakan serangga untuk dijadikan makanan akan berdampak pada berkurangnya penggunaan air, lahan dan tingkat emisi gas rumah kaca. 

3. Serangga mudah dibudidayakan karena tidak membutuhkan tempat yang luas dan pakan yang banyak

Ilustrasi belalang di alam (pexels.com/Ray Bilcliff)

Mengonsumsi serangga tidaklah sepenuhnya aman. Sebab kebanyakan serangga yang dikonsumsi di berbagai belahan dunia masih ditangkap dari alam, khususnya serangga yang ditangkap di areal pertanian, seperti belalang. Dilansir WebMD, serangga yang dikonsumsi bisa saja mengandung logam berat dan bisa terkontaminasi dengan zat racun seperti pestisida dan akhirnya tidak aman untuk dikonsumsi. Oleh sebab itu jika serangga memang akan dijadikan sebagai sumber makanan manusia, maka sebaiknya dibudidayakan. Selain lebih aman, juga bisa membuat nutrisi yang ada pada serangga lebih baik.

Ada dua kelebihan budidaya serangga dibandingkan hewan ternak lainnya. Pertama, budidaya serangga tidak membutuhkan tempat yang luas karena ukuran serangga kecil. Kedua, pakan yang digunakan juga tidak sebanyak hewan ternak lainnya. Hal tersebut karena serangga dikenal sebagai hewan yang sangat efisien dalam memproses makanan yang dikonsumsi. Oleh sebab itulah, serangga benar-benar hanya membutuhkan sedikit makanan dibandingkan dengan hewan lainnya.

4. Membantu meningkatkan perekonomian masyarakat tingkat bawah

Belalang goreng (pixabay.com/SadiaK123)

Di berbagai belahan dunia serangga telah menjadi bagian dari makanan manusia. Bahkan diperkirakan 2 juta manusia mengonsumsi serangga. Kebiasaan konsumsi tersebut bukan saja karena nutrisi yang terkandung pada serangga. Namun juga dihubungkan dengan berbagai praktik sosial dan kebudayaan serta kepercayaan. Dilansir Terminix, tujuh negara yang biasa mengonsumsi serangga adalah Meksiko, Brazil, Ghana, Thailand, Belanda, Cina dan Amerika Serikat. Bahkan di Indonesia kususnya di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta sering dijumpai penjual belalang goreng.

Selain digoreng, sajian serangga untuk dimakan juga beragam. Contonya serangga dijadikan cemilan, toping pada makanan, dihaluskan kemudian dijadikan tepung, sampai dimakan langsung juga banyak dijumpai. Hal tersebut membuktikan bahwa jika serangga bisa dipasarkan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Khususnya untuk daerah-daerah pedalaman serangga masih sangat melimpah, sehingga potensi dijadikan usaha sangat besar. 

Verified Writer

Norman Wijaya

I like Write about insect at aĺl, enjoy my artikel!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya