TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Disebut Surga Tersembunyi Indonesia, ini 7 Fakta Kepulauan Kei

Memiliki pantai dengan pasir terhalus di dunia

Sunset di Kepulauan Kei (pixabay.com/jufriderwotubun)

Kepulan Kei adalah nama gugusan pulau di Tenggara Maluku. Pada tahun 2015 silam, Kepulauan Kei meraih juara pertama Kategori "Surga tersembunyi terpopuler" (Most popular Hidden Paradise) yang diselenggarakan Kementrian Pariwisara RI yang diadakan pada acara Anugerah Pesona Indonesia (API). Di Kepulauan kecil ini, ada sekitar 70-an objek wisata yang siap memanjakan mata anda.

Hal apa saja yang membuat Kepulauan Kei layak disebut sebagai "Surga Tersembunyi?" Berikut ini adalah beberapa fakta yang menarik mengenai kepulauan Kei, yang akan membuatmu tertarik mengunjungi kepulauan kecil ini. Check it out!

1. Memiliki pantai dengan pasir terhalus di dunia: "Ngurbloat"

panorama pantai "Ngurbloat" /Pasir Panjang (pixabay.com/jufriderwotubun)

Kepulauan Kei memiliki hamparan pasir putih yang memanjakan mata. Ada banyak pantai yang memiliki pasir putih dan lembut di kepulauan ini, namun yang paling menarik perhatian adalah pasir di pantai "Ngurbloat" yang dalam bahasa Indonesia artinya pasir panjang.

Disebut sebagai pantai pasir panjang karena pasir di pantai ini membentang sepanjang kurang lebih 3 Km, yang menjadikannya pantai terpanjang di Asia Tenggara. Pasirnya memiliki tekstur yang sangat halus, serupa tepung. Sebagaimana dilansir dari indonesia.travel, National Geographic menetapkan pasir pantai ini sebagai pasir terhalus di Asia bahkan dunia.

Di pantai ini juga kamu dapat menikmati indahnya langit sore saat matahari terbenam. Sunset di Kepulauan Kei merupakan salah satu spot sunset terindah di Indonesia Timur.

2. Memiliki tempat wisata yang mirip dengan Raja Ampat: "Pulau Bair"

panorama wisata di pulau Bair (bakpiamutiarajogja.com via travelingyuk.com)

Salah satu tempat wisata yang tidak boleh dilewatkan ketika mengadakan tour atau traveling di kepulauan kei adalah lokasi wisata "Pulau Bair."

Pulau ini menyajikan keindahan bawah laut dengan kekayaan biota laut yang masih asri memanjakan mata para penyelam. Tempat ini cocok sebagai tempat pengambilan gambar, snorkeling dan diving. Keindahan yang terdapat di pulau ini menyerupai kepulauan Raja Ampat di Papua Barat.

3. Memiliki situs wisata pasir timbul "Ngur Tavur"

panorama "Ngur Tavur" (instagram: @warawiriindonesia via tribunnewswiki.com)

Kepulauan Kei juga memiliki sebuah tempat wisata unik bernama "Ngur tavur" yaitu pasir yang timbul akibat terjadinya pasang surut. Gundukan pasir ini menjorok sejauh kurang lebih 2 km ke arah laut, seolah-olah membelah laut yang membentang di hadapannya.

Situs wisata ini juga menyajikan pemandangan pantai yang menawan yang dilengkapi dengan kehadiran ratusan burung Bangau yang berterbangan kian kemari.  Ketika senja hari tiba, para pengunjung atau wisatawan juga dapat menikmati indahnya sunset di tempat ini.

4. Memiliki situs wisata gua yang menyajikan stalaktit dan stalakmit menawan: "Goa Hawang"

panorama Goa Hawang (Instagram: @goahawang.id via hotelmurah.com)

Kepualauan Kei juga memiliki banyak spot wisata air tawar, salah satunya yang paling mengagumkan adalah "Goa Hawang." Goa ini menyajikan tempat pemandian yang sejuk dan jernih dengan pemandangan stalaktit dan stalakmit  yang menghiasi bagian dalam gua tersebut. Gua ini memiliki kisah legenda dan sejarah yang menarik.

Permukaan air di gua ini memiliki kedalaman bervariasi, antara 2 sampai 10 Meter, sehingga mereka yang menyukai kegiatan mandi dan menyelam dapat dengan bebas mengeksplorasi situs ini.

5. Memiliki festival tahunan "Meti Kei"

salah satu tarian yang dipertunjukkan pada festival Meti Kei (bali.antaranews.com/FB Anggoro/nym)

Sejak dahulu kala, masyarakat Kei telah mengenal sebuah fenomena alam yang menarik bernama "Meti Kei."  yang diadakan antara bulan Oktober atau November. Meti Kei adalah keadaan surutnya air laut yang sedemikian ekstrem. Surutnya air laut saat meti kei tidak hanya terjadi pada bibir pantai, melainkan panjang surut air lautnya bisa sampai ratusan meter yang memperlihatkan lautan bagaikan lapangan yang luas.

Ketika sedang surut, masyarakat memanfaatkan momen tersebut untuk menangkap ikan dengan tangan sendiri. Masyarakat pesisir pantai untuk mengumpulkan ikan yang terjebak di sela-sela karang, ataupun mengumpulkan kerang dan siput laut yang bisa dimasak sebagai makanan.

Pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara di bawah pemerintahan Bupati Ir. Anderias Rentanubun, mencanangkan sebuah festival budaya yang bernama "Festival Meti Kei" yang diadakan bertepatan dengan terjadinya fenomena alam meti kei tersebut.

Sebagaimana dilansir dari dispar.malukutenggarakab.go.id, adapun rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam festival ini adalah: Talskhow Harmoni Pesona, Lomba Fustal Extreme, Lomba Layangan Hias, Lomba Dayung Sampan, Tarik Tali, Karnaval Budaya yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dengan beragam budaya dan suku yang menetap di Kabupatan Maluku Tenggara.

Lari 10K dalam Kabupaten Maluku Tenggara juga menyemarakkan acara ini. Puncak festival diadakan setiap tanggal 28 Oktober yang dilakukan bersamaan dengan event Tour De Mollucas.

Festival tahunan itu berhasil menyedot banyak turis lokal dan mancanegara. Bahkan pada tahun 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Sandiaga Uno menghadiri festival tersebut.

6. Adat Istiadat yang kuat dengan sentuhan pengaruh Bali kuno

tarian suku Kei saat peringatan Nen Dit Sakmas, dengan pernak-pernik Bali (dharapos.com)

Masyarakat Kei masih menjunjung tinggi adat istiadat leluhurnya. Hukum adat yang berlaku selama ratusan tahun di kepulauan Kei adalah "Hukum Larvul Ngabal" yang secara harafiah berarti :"Darah Merah-Tombak Bali." Hukum yang terdiri dari sejumlah pasal yang mencerminkan hukum pidana, hukum keluarga, dan hukum properti. Menurut tradisi Kei, hukum ini diperkenalkan oleh seorang wanita bernama "Nen Dit Sakmas" yang berasal dari Bali.

Kebudayaan Kei merupakan asimilasi antara budaya polinesia, melanesia dan austronesia, di mana kebudayaan Bali kuno memainkan pengaruh yang cukup besar. Pengaruh kebudayaan Bali kuno dapat terlihat pada susunan masyarakat yang terdiri dari kasta, penggunaan sesajen berupa sirih, pinang dan mas adat, juga penggunaan alat musik seperti gong yang terbuat dari kuningan.

Di tahun 2018 silam, dilakukan penelitian yang menuju kepada sebuah hipotesis bahwa sebagian leluhur bangsa Kei berasal dari sebuah desa yang beranama Pedawa di kabupaten Buleleng Bali. Kesimpulan ini diambil dari penuturan sejarah, kesamaan morfologi bahasa, kemiripan bentuk dan posisi rumah, serta penggunaan sasi dalam menunjukkan kepemilikan sesuatu.

Baca Juga: 10 Pulau Perawan di Madura yang Bikin Kamu Terpesona, Indah Banget!

Writer

Paris Ohoiwirin

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya