Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pada masa peradaban kuno hingga abad ke-20 awal, Pegunungan Atlas, Afrika Utara, dikuasai oleh predator buas dan mematikan bernama singa berber. Dikenal juga sebagai singa Atlas, singa Mesir, dan singa Afrika Utara, kucing besar ini menjadi salah satu predator paling populer dalam sejarah. Pasalnya, selain hidup di alam liar, singa berber dipelihara oleh keluarga kerajaan Afrika Utara dan Maroko.
Namun sayangnya, singa berber dinyatakan punah di alam liar pada abad ke-20. Menurut klaim dan penelitian, hewan mamalia berkaki empat tersebut terakhir terlihat di Aljazair, Afrika Utara pada tahun 1956. Lalu, apa sebenarnya penyebab singa berber punah di alam liar? Yuk, simak fakta-faktanya di bawah ini!
1. Berasal dari Pegunungan Atlas, Afrika Utara
ilustrasi Pegunungan Atlas (wikimedia.org/Kobersky) Berdasarkan sejarahnya, singa berber berasal dari Pegunungan Atlas, Afrika Utara. Pegunungan tersebut membentang sekitar 2.574 kilometer melintasi Pegunungan Rif di Maroko, Pegungan Ksour dan Amour di Aljazair, dan Pegunungan Aures di Tunisia. Selain di pegunungan, singa besar ini berkeliaran melintasi Pantai Barbary melalui Libya dan Mesir. Maka tak heran apabila singa berber juga dikenal sebagai singa Mesir.
2. Merupakan salah satu spesies singa paling besar
ilustrasi singa Afrika Utara (unsplash.com/Jonatan Pie) Singa berber merupakan salah satu spesies singa yang paling besar dan agresif. Dilansir Discovery UK, menurut catatan para pemburu pada abad ke-19 dan 20 awal, panjang "raja" Pegunungan Atlas itu bisa sampai 3 meter. Kemudian, beratnya bisa lebih dari 300 kilogram.
Tak hanya karena tubuhnya yang besar, singa berber terkenal karena surainya yang gelap dan tebal. Hal itu membuat perawakannya terlihat sangat gagah dan mematikan. Otot-otot yang melekat di tubuhnya pun semakin menunjukkan bahwa ia adalah predator yang sangat berbahaya di alam liar Afrika Utara.
3. Kerap dijadikan lawan bertarung para gladiator di Koloseum Roma
ilustrasi Koloseum Roma (unsplash.com/Korng Sok) Pada masa kekaisaran Romawi, singa berber kerap ditangkap lalu dibawa ke pusat kota untuk dijadikan lawan bertarung para gladiator di Koloseum Roma. Selain itu, mengutip dari The Revelator, singa berber banyak ditemukan di kebun binatang di Eropa. Bahkan, predator tersebut sempat disimpan di London Tower pada abad ke-13.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Tak hanya itu, singa berber juga sering diburu untuk dijadikan hadiah atau persembahan kepada keluarga kerajaan Afrika Utara dan Maroko. Oleh sebab itu, tak heran apabila jumlah predator berkaki empat ini semakin menurun di alam liar.
Baca Juga: 5 Perbandingan Singa dengan Harimau, Mana yang Lebih Unggul?
4. Dinyatakan punah di alam liar
ilustrasi singa Afrika Utara (unsplash.com/Cristian Tarzi) Karena terus diburu untuk berbagai kepentingan, jumlah singa berber di alam liar mengalami penurunan yang signifikan. Mengutip dari Discovery UK, pada tahun 1830, spesies singa ini marak dibunuh seiring berkembangnya pemukiman penduduk di Pantai Mediterania. Kemudian, pada tahun 1890, singa berber dinyatakan punah di Tunisia. Selang tiga tahun, yakni pada 1893, predator dari Pegunungan Atlas itu disebut sudah punah di Aljazair.
Lalu, pada abad ke-20, kronologi punahnya singa berber tertuang dalam berbagai cerita, teori, dan penelitian. Menurut studi yang terbit dalam jurnal PLOS ONE pada tahun 2013, singa berber kemungkinan masih hidup bersembunyi di alam liar Aljazair dan Maroko setidaknya hingga tahun 1965.
Berdasarkan probabilitas statistik dalam studi tersebut, singa berber kemungkinan punah di Maroko pada tahun 1948. Kemudian, menyusul di Aljazair pada tahun 1958. Mamalia dengan surai gelap dan tebal itu diklaim terlihat untuk terakhir kalinya pada tahun 1956 di Setif, Aljazair. Para peneliti percaya bahwa singa berber benar-benar punah di alam bebas pada rentang tahun 1958—1965.