TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Kelam Black Death, Pandemi Paling Mengerikan dalam Sejarah  

Puluhan kali lebih parah dari pandemi COVID-19

ilustrasi pandemi the black death (unsplash.com/Dzmitry Dudov)

Pada 2020, kita menghadapi pandemi COVID-19. Pandemi yang telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang dan merenggut 6,9 juta nyawa orang di seluruh dunia. Terdengar mengerikan, tapi COVID-19 bukanlah pandemi paling mematikan di dunia.

Black death atau wabah hitam dianggap sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah. Pandemi tersebut memakan jauh lebih banyak korban jiwa dibanding COVID-19. Berikut 5 fakta mengerikan tentang the black death.

1. Dibawa dari Laut Hitam dan Melanda Eropa pada 1347

ilustrasi kapal pembawa wabah hitam (pixabay.com/GDJ)

Wabah hitam adalah pandemi mematikan yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan abad ke 14. Dilansir History, wabah ini pertama kali datang ke Eropa pada Oktober 1347. Tepatnya ketika 12 kapal dari Laut Hitam berlabuh di pelabuhan Messina, Sisilia, Italia.

Mengerikannya, orang yang berkumpul di dermaga saat itu terkejut ketika melihat sebagian besar pelaut di kapal tersebut meninggal! Mereka yang masih hidup ditemui juga dalam kondisi sakit parah dengan tubuh dipenuhi nanah.

Mengetahui kejadian mengerikan tersebut, pemerintah saat itu langsung mengeluarkan 12 kapal tersebut dari pelabuhan. Namun hal tersebut sia-sia, wabah tersebut sudah terlanjur menyebar dan mengawali pandemi mengerikan di Eropa dari 1347 hingga 1353.

2. Merenggut 50 juta nyawa manusia

ilustrasi pasien penderita wabah hitam (unsplash.com/British Museum)

Dilansir History Extra, tercatat ada 50 juta orang di Benua Eropa yang meninggal akibat wabah hitam dalam 4 tahun. Populasi benua tersebut langsung menurun drastis dari 80 juta jiwa menjadi 30 juta jiwa. Artinya, sebanyak 60% populasi Eropa telah menghilang akibat serangan wabah ini.

Bagi beberapa daerah, tingkat kematiannya lebih tinggi dari 60%. Bahkan terdapat beberapa tempat seperti Quob di Hampshire yang seluruh penduduknya musnah akibat wabah ini. Namun, terdapat beberapa desa, seperti di wilayah utara Jerman, yang tak terkena wabah hitam. Terlepas dari banyaknya korban jiwa, wabah hitam telah mengubah lanskap demografi, ekonomi, dan sosial di Benua Eropa.

3. Menyebar begitu cepat dan memberikan gejala yang mematikan

ilustrasi penyebaran wabah hitam (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Wabah hitam memberikan efek yang mematikan bagi penderitanya. Dilansir Mayo Clinic, mereka yang terinfeksi wabah hitam akan muncul benjolan atau bengkak di bagian ketiak, pangkal paha, atau leher. Benjolan tersebut menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Biasanya, penderita juga akan mengalami demam tinggi, sakit kepala, kelelahan, nyeri, dan batuk darah. Begitu terinfeksi, wabah hitam dapat merenggut nyawa penderita dalam 5 hari atau bahkan kurang dari 1 hari!

Wabah hitam juga menyebar begitu cepat, 30 sampai 100 kali lebih cepat dibanding penyakit di era modern. Ditambah penanganan penyakit pada zaman itu yang cenderung berbahaya dan mengerikan, menambah resiko kematian semakin tinggi.

4. Disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang menyebar lewat mamalia kecil

ilustrasi bakteri Yersinia pestis (unsplash.com/CDC)

Awalnya, tidak ada yang tau apa penyebab wabah hitam. Orang abad pertengahan menganggap wabah hitam adalah hukuman dari Tuhan karena manusia yang lalai dan jarang berdoa kepada-Nya. Selama ratusan tahun, tidak ada yang tahu penyebab pasti terjadinya wabah hitam.

Hingga pada 1894, seorang dokter bernama Alexandre Yersin berhasil menemukan Yersinia pestis, bakteri yang bertanggung jawab atas wabah hitam. Dilansir National Geographic, bakteri ini mengeluarkan zat racun yang dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh inangnya. Kemudian mereka berkembang biak, menyerang organ tubuh seperti paru-paru dan kelenjar getah bening.

Bakteri ini memanfaatkan kutu yang hidup di mamalia kecil, seperti tikus, sebagai vektornya. Begitu mamalia kecil mati, kutu akan berpindah ke inang baru dan menularkan Y. pestis ke tubuh inangnya. Penularan juga dapat terjadi melalui darah atau menghirup tetesan cairan yang terinfeksi.

Verified Writer

Pradhipta Oktavianto

Tukang tulis yang menyukai alam dan konservasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya