TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Fictophilia: Jatuh Cinta dengan Karakter Fiksi, Emang Boleh?

Apakah kamu termasuk salah satunya?

ilustrasi karakter fiksi dalam film (pexels.com/cottonbro studio)

Sebuah cerita fiksi yang disajikan dalam berbagai medium seperti novel, komik, film, drama, hingga cerpen memang selalu membawa daya tarik tersendiri untuk disimak. Berbagai genre yang disajikan mampu meningkatkan imajinasi pembaca atau penontonnya. Hingga tidak jarang membuat kamu merasa ikut terlibat bahkan merasa relate dengan setiap karakternya.

Namun, tahukah kamu bahwa sebagian orang ada yang merasa memiliki ikatan sangat dalam dengan sebuah karakter fiksi tertentu. Hal ini disebut dengan fictophilia. Beberapa ahli psikologi telah melakukan riset terkait hal ini dengan mengumpulkan data sejak tahun 2018. Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui rangkuman penting terkait fictophilia.

1. Definisi fictophilia

ilustrasi karakter fiksi spiderman(pexels.com/BM Capture)

Fictophilia berasal dari kata Latin "fictus" yang berarti "fiksi" dan "philia" yang berarti "cinta". Kata fictophilia mengacu pada kasih sayang dan ketertarikan yang mendalam terhadap karya-karya fiksi. Hal ini lebih dari sekadar menikmati karya dan menjadi hasrat yang tulus untuk membenamkan diri dalam dunia fiksi, karakter, dan narasi yang tersaji.

Sedangkan mengutip dari laman Psychology Today, Fictophilia mengacu pada keterikatan emosional, cinta, kegilaan, atau hasrat yang kuat dan bertahan lama yang dialami seseorang terhadap karakter fiksi. Perasaan keterikatan ini biasanya sangat dalam, bukan hanya sekadar merasa simpati atau merasa memiliki kesamaan tertentu saja dengan karakter tersebut. Orang yang mengalami fictophilia sering disebut fictophile.

2. Alasan seseorang bisa mengalami fictophilia

ilustrasi karakter fiksi anime (pexels.com/mali maeder)

Beberapa alasan paling umum mengapa seseorang bisa mengalami fictophilia, yaitu:

  1. Melarikan diri ke realitas alternatif: Bagi banyak fictophile, membaca fiksi memberikan pelarian dari kenyataan. Hal ini menawarkan kesempatan untuk memasuki dunia yang berbeda, mengalami petualangan yang luar biasa, dan terhubung dengan karakter yang menjadi seperti teman atau bahkan orang kepercayaan;
  2. Hubungan emosional: Salah satu aspek yang paling indah dari fictophilia adalah hubungan emosional yang terbentuk dengan karakter fiksi. Karakter- karakter fiksi dapat membangkitkan emosi yang tulus di dalam diri kita, seperti menangis atau ikut bahagia dengan kemenangan mereka;
  3. Eksplorasi tema dan ide: Karya fiksi memungkinkan kamu untuk mengeksplorasi tema dan ide yang kompleks dalam ruang yang aman. Para fictophile senang membedah isu-isu sosial, konsep filosofis, atau dilema moral yang disajikan dalam cerita yang sering kali mengarah pada diskusi dan introspeksi yang bijaksana;
  4. Menumbuhkan rasa empati: Dengan membenamkan diri dalam berbagai perspektif yang digambarkan dalam fiksi, fictophiles dapat mengembangkan empati terhadap orang lain dalam kehidupan nyata. Berjalan di posisi karakter yang berbeda membantu kita memahami pengalaman hidup yang berbeda dan menantang opini kita sendiri.

Baca Juga: 10 Karakter Fiksi di Drakor yang Hidupnya Abadi, Sulit Matinya!

3. Poin kunci yang mendeskripsikan fictophilia

ilustrasi karakter fiksi anime (pexels.com/Quyn Phạm)

Analisis terhadap 71 forum diskusi online terkait fictophilia dapat dirangkum menjadi lima poin utama, seperti yang dikutip dari hasil penelitian Veli-Matti Karhulahti and Tanja Välisalo (2021), berikut ini:

  1. Fictophilic paradox. Fictophiles tidak 'mencampuradukkan fiksi dan kenyataan', tetapi secara terang-terangan membahas sifat parasosial dari hubungan mereka. Namun, emosi dan perasaan tulus mereka terhadap karakter dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena mereka tidak dapat berinteraksi dengan karakter dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan dengan orang lain;
  2. Fictophilic stigma. Fictophiles sering mengalami stigma, yang mungkin dapat dikurangi dengan mencari dukungan teman sebaya;
  3. Fictophilic behaviors. Perilaku terkait sering kali berkutat pada berbagai aktivitas seperti penggemar yang berkontribusi pada interaksi dengan objek fiksi yang dicintai atau diinginkan;
  4. Fictophilic asexuality. Bagi sebagian orang, fictophilia tampaknya terkait dengan aseksualitas, dan meskipun fenomena ini tidak dapat dianggap spesifik pada remaja, fenomena ini mungkin mencerminkan keterbatasan perkembangan dan pertumbuhan;
  5. Fictophilic supernormal stimuli. Hubungan fictophilic beresonansi dengan efek rangsangan supernormal, yaitu, karakter fiksi tampak lebih kompeten atau lebih baik daripada karakter manusia.

Verified Writer

Shera Suprapto

Terima kasih sudah membaca artikel saya :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya