TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Perbedaan Gembili dan Gembolo, Saudara Ubi-Ubian yang Dianggap Sama

Ubi-ubian ini sering ditanam di pekarangan rumah

Gembili (commons.wikimedia.org/yercaud-elango) | Gembolo (commons.wikimedia.org/Gsgoes)

Indonesia memiliki berbagai macam umbi-umbian yang berpotensi dijadikan sumber pangan alternatif pengganti beras. Namun sayangnya, pemanfaatan umbi-umbian ini tidak begitu masif dilakukan sebagaimana mestinya. Padahal, jika ditelisik lebih mendalam, sebenarnya ada jenis umbi-umbian yang belum banyak orang tahu. Misalnya umbi gembili dan gembolo.

Secara morfologi. umbi Gembili memiliki kemiripan dengan umbi Gembolo. Konon, kedua umbi ini kerap dijumpai di pekarangan rumah masyarakat yang ada di desa. Walaupun secara pelafalan dan visual dari umbinya terbilang mirip, tapi apakah kamu pernah tahu kalau sebenarnya kedua umbi ini punya perbedaan yang spesifik? Daripada kamu penasaran, berikut ini enam perbedaan gembili dan gembolo yang ternyata masih satu kerabat dengan famili Dioscoreaceae atau suku gadung-gadungan. Simak terus, ya!

1. Asal usul dan persebaran tanaman

Persebaran tanaman gembolo di dunia (sciencedirect.com)

Gembili dan Gembolo merupakan umbi dari famili gadung-gadungan (Dioscoreaceae). Gembili memiliki nama latin Dioscorea esculenta L. Sedangkan gembolo memiliki nama latin Dioscorea bulbifera. Di berbagai belahan dunia, gembolo kerap memiliki sebutan lain yaitu air potato, air yam, bitter yam, cheeky yam, potato yam, aerial yam, dan parsnip yam. Sementara gembili dikenal sebagai lesser yam (ubi jalar kecil) yang mulanya diperkenalkan oleh pelaut Austronesia ke wilayah Oseania dan Afrika Timur.

Dirunut dari asal usul persebaran tanaman, kedua umbi ini juga memiliki perbedaan. Gembolo (Dioscorea bulbifera) tersebar di wilayah tropis Asia, Utara Australia, Amerika, dan sub-Sahara Afrika. Di Tiongkok, tanaman ini dapat ditemukan di bagian selatan, seperti provinsi Anhui, Fujian, Gansu, Guangxi, Guangdong, Guizhou, Henan, Jiangsu, Tibet, dan Yunnan. Sedangkan gembili atau ubi jalar liar putih (Dioscorea esculenta L.) merupakan salah satu umbi-umbian yang dapat ditemukan selama musim kemarau di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, gembili dan gembolo dapat ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi bagian Selatan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara menurut IPBiotics.

Baca Juga: Penyebab Punahnya Megalodon, Hiu Purba Raksasa yang Hidup di Bumi

2. Ukuran dan bentuk umbi

Bentuk visual gembolo yang berukuran lebih besar berkisar 0,5 hingga 2 kilogram (commons.wikimedia.org/Gsgoes)

Soal bentuk memang boleh sama-sama umbi. Tapi, keduanya punya perbedaan dari segi ukuran. Gembili sendiri merupakan jenis tumbuhan yang berbuah di bawah tanah. Jenis umbi ini tumbuh merambat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 meter dengan daun berwarna hijau dan batang berduri di sekitar umbi, serta terdapat duri berwarna hitam. Umbi gembili menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, berwarna cokelat muda dan berkulit tipis.

Sedangkan gembolo hampir menyerupai gembili namun ukurannya lebih besar, berkisar antara 0,5 hingga 2 kg. Gembolo merambat dan rambatannya berputar ke arah kanan (searah jarum jam jika dilihat dari atas). Tumbuhan ini juga dapat menghasilkan umbi dari batang yang ada di permukaan. Umbi ini disebut "umbi udara" atau "katibung" dan dapat dimakan dan digunakan sebagai bahan perbanyakan vegetatif.

3. Masa panen

Penampakan visual gembili Varietas "Sree Latha" dari Kerala pada pameran pertanian di Cherthala 2023 (commons.wikimedia.org/Vis M)

Perbedaan selanjutnya dapat diperhatikan dari waktu panen antara kedua umbi tersebut. Menurut informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, panen gembili biasanya dilakukan ketika tanaman sudah mencapai usia sekitar 9 - 10 bulan setelah ditanam, terutama pada musim kemarau Agustus-September. Proses panen dilakukan dengan hati-hati, di mana tanah di sekitar pangkal tanaman digali. Satu tanaman gembili dapat menghasilkan umbi seberat 2-3 kg, bahkan ada yang mencapai 5 kg, tergantung pada kondisi kesehatan dan kesuburan tanaman.

Sementara menurut situs PROSEA (Plant Resources of South East Asia) menyebutkan masa panen gembolo lebih lama dibandingkan gembili berkisar antara 9 - 24 bulan. Penentuan apakah gembolo bisa dipanen atau tidak bergantung pada struktur bulbil yang dimilikinya. Bulbil adalah struktur reproduktif pada tanaman yang berfungsi sebagai organ penyimpanan atau perkembangbiakan. Bulbil biasanya tumbuh di bagian tanaman tertentu, seperti ketiak daun atau pangkal batang, dan dapat memberikan tanaman kemampuan untuk berkembang biak secara vegetatif. Bulbil dapat tumbuh menjadi tanaman baru ketika ditanam atau jatuh ke tanah. Ini merupakan salah satu cara tanaman melakukan reproduksi aseksual atau vegetatif. 

4. Kandungan polisakarida pada umbi

Struktur kimia diosgenin (commons.wikimedia.org/Ayacop)

Dari segi kandungan polisakarida pada umbi, gembolo punya kadar karbohidrat tinggi sebesar 19,8 persen dengan glukomanan sebagai polisakarida utamanya. Berdasarkan temuan Herlina dalam Jurnal Agroteknologi (2015) Glukomanan pada gembolo memiliki karakteristik Water Holding Capacity (WHC) yang tinggi, di mana larutan glukomanan dalam air memiliki sifat merekat dan dapat membentuk gel dengan viskositas tinggi. Sifat-sifat ini dapat dimanfaatkan dalam pembentukan tekstur pada produk pangan, seperti misalnya mie.

Glukomanan termasuk dalam kategori serat larut air dan memberikan dampak positif bagi kesehatan. Beberapa manfaatnya meliputi fungsi sebagai prebiotik, kontribusi dalam menurunkan kadar kolesterol darah, memperlambat penyerapan glukosa, dan menurunkan indeks glikemik. Oleh karena itu, gembolo dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional yang bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tepung.

Sementara gembili memiliki kandungan polisakarida berupa senyawa bioaktif seperti polisakarida larut air (PLA), dioscorin dan diosgenin. Diosgenin adalah kelompok saponin alami yang umumnya ditemukan dalam kacang-kacangan dan umbi dari genus Dioscorea sp. Diosgenin berperan sebagai prekursor dalam berbagai sintesis steroid yang banyak digunakan dalam industri farmasi.

Menurut riset yang dilakukan oleh University of Oklahoma Health Sciences Center USA bahwa studi independen pra-klinis dan mekanis telah dilakukan untuk mengeksplorasi peran positif diosgenin terhadap penyakit metabolik, seperti hiperkolesterolemia, dislipidemia, diabetes, dan obesitas, serta dalam mengatasi peradangan. Selanjutnya, berdasarkan temuan Sabda dalam Buletin Plasma Nutfah (2019), gembili memiliki hasil tepung dan pati umbi sebesar 21,40% dan 24,28%, tertinggi dibandingkan dengan umbi-umbian lainnya. Hasil umbi gembili memiliki potensi besar untuk dihasilkan sebagai tepung atau pati.

5. Karakteristik rasa dan pengolahan

Gembili ketika dibelah menghasilkan daging umbi berwarna putih (commons.wikimedia.org/Hungda)

Bagaimana citarasa keduanya? Gembili dan gembolo masing-masing memiliki ciri khas rasa yang unik. Gembili memiliki daging berwarna kuning atau putih dan umumnya dimasak sebagai sayuran. Rasanya manis dan lezat menyerupai ubi jalar atau kacang-kacangan. Sebaliknya, gembolo ketika dipotong mengalami oksidasi dan mendapatkan warna oranye yang khas. Saat dikonsumsi, gembolo cenderung memiliki rasa pahit-asin, yang dapat diatasi dengan merebusnya terlebih dahulu. Setelah direbus, gembolo dapat disajikan dengan cara yang serupa seperti umbi-umbian lainnya, termasuk kentang dan ubi jalar.

Verified Writer

Reyvan Maulid

Penyuka Baso Aci dan Maklor

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya