TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jarang Diketahui, Ini 4 Fase Metamorfosis Nyamuk

Memahaminya bisa menghindari bahaya

ilustrasi nyamuk (pexels.com/Jimmy Chan)

Nyamuk adalah salah satu hewan paling menyebalkan. Hewan berukuran kecil ini kerap mengigit anggota badan sampai memunculkan gatal dan bentol yang sangat menganggu. Tidak hanya itu, nyamuk juga kadang membawa penyakit berbahaya dan mematikan, seperti DBD, cikungunya, dan malaria. Apalagi, di masa pancaroba atau peralihan musim seperti sekarang, keberadaan nyamuk mengalami peningkatan dan menjadi ancaman bagi manusia.

Oleh karena itu, kamu perlu menyiapkan langkah pencegahan, salah satunya memahami fase metamorfosis nyamuk. Memahami siklus hidup nyamuk membantu kamu mencegah keberadaannya dan terhindar dari penyakit. Agar lebih paham, simak uraian berikut!

Baca Juga: 12 Fakta Menarik tentang Nyamuk yang Mungkin Belum Kamu Tahu

Fase metamorfosis nyamuk

Nyamuk adalah hewan yang mengalami metamorfosis. Maksudnya, ia mengalami proses perubahan penampilan fisik setelah tahap pertama, yakni penetasan. Dalam biologi, perubahan tersebut disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel. Perubahan ini berhenti ketika mati atau tumbuh dewasa.

Nyamuk sendiri mengalami empat tahap metamorfosis. Apa saja?

1. Telur

Telur nyamuk (pixnio.com/USCPDP

Tahap pertama ini terjadi berkat perkawinan nyamuk betina dan nyamuk jantan. Jika sudah siap, betina akan melahirkan telur-telur di air yang tenang, bisa di bak mandi, wadah penampungan, atau genangan air. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung. Sekali melahirkan, induk bisa mengeluarkan 100 telur. 

Telur nyamuk berukuran sangat kecil. Akibatnya, sulit dideteksi oleh mata telanjang. Jarak waktu dari melahirkan sampai menetas hanya berkisar 2 hari atau 48 jam. Oleh karena itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), menganjurkan kita harus sering-sering mengeringkan wadah air. Dengan cara itu, nyamuk tidak akan berkembang biak karena tidak ada air.

Dari penjelasan ini, tampaknya bisa dipahami kalau keberadaan nyamuk meningkat di musim pancaroba dan musim hujan. Alasannya karena hujan selalu menyisakan genangan air yang berpotensi menjadi awal berkembangnya nyamuk. Oleh karena itu, kamu harus rutin meniadakan genangan air, menguras bak mandi dan wadah penampungan. Atau bisa juga dengan menutupnya, sehingga nyamuk tidak dapat masuk.

2. Larva atau jentik

Larva atau jentik nyamuk (flickr.com)

Jika setelah 2 hari, maka telur tersebut akan menetas menjadi larva. Di Indonesia, larva dikenal juga sebagai jentik. Jentik akan hidup di permukaan air untuk mengambil udara. Berbeda dengan telur, keberadaan jentik di air dapat terdeteksi secara mudah oleh manusia. Bentuknya seperti ulat kecil, ukurannya pun tidak lebih dari 1 cm. 

American Mosquito Control Association (AMCA) memaparkan kalau jentik nyamuk bisa bertahan hingga 2 minggu, tergantung suhu air dan lingkungannya. Selama jangka waktu tersebut, jentik hidup dengan memakan mikroorganisme. 

3. Pupa

Pupa nyamuk (wikimedia.commons)

Tahap selanjutnya adalah pupa. Berbeda dengan dua tahap sebelumnya, pada tahap ini AMCA menjelaskan kalau pupa akan beristirahat tanpa makan. Bentuk pupa pun agak sedikit lebih besar dari jentik. Pada fase ini, pupa akan bergerak sesuai arah datangnya cahaya menggunakan bagian belakang tubuhnya. 

Selama maksimal 4 hari, pupa akan mengalami perubahan bentuk. Perlahan, akan terbentuk kulit, sayap, dan bagian lainnya. Jika sudah terbentuk, maka pupa akan menjadi nyamuk. 

Baca Juga: 12 Tanaman Pengusir Nyamuk Secara Alami tanpa Bahan Kimia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya