TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta Mengapa Wanita Sangat Dihormati dalam Sejarah

Sama kuat dengan pria juga lho!

ansionnachfionn.com

Dalam beberapa kurun waktu di masa lampau, wanita tidak diberikan tempat dan kebebasan bersuara layaknya pria. Semua ini membuat kita berpikir kalau kehidupan di dunia kuno lebih buruk bagi wanita. Pada kenyataannya, dalam beberapa situasi menjadi seorang wanita adalah hal yang menguntungkan.

1. Wanita Sparta memiliki kehidupan yang lebih bebas dari pria Sparta

mind-control.ru

Sudah menjadi rahasia umum kalau wanita Sparta memiliki lebih banyak hak daripada sebagian besar wanita di negara-kota Yunani lainnya. Bahkan, mereka sudah mendapatkan "kesetaraan" sejak masa kanak-kanak.

Pada masa itu, para gadis Sparta sudah diwajibkan untuk berkompetisi dalam kompetisi atletik — telanjang — dengan anak laki-laki. Para wanita Sparta juga diizinkan untuk bertukar kata (bersamaan dengan pukulan) dengan para pria.

Wanita Sparta memang tidak diizinkan untuk memiliki pekerjaan, tetapi mereka dapat memperoleh uang lewat properti yang mereka miliki, yang terkadang diberikan oleh pemerintah kota Sparta. Semua kebebasan ini diberikan kepada wanita Sparta agar mereka dapat melahirkan bayi yang baik sehingga bisa tumbuh menjadi prajurit yang terampil.

Sementara wanita Sparta diizinkan untuk hidup relatif bebas di rumah, semua pria Sparta dikenakan wajib militer. Melansir laman Ancient.eu, kehidupan mereka yang cenderung berbahaya membuat istri-istri mereka terkadang mendapat keuntungan secara finansial dari kematian mereka.

Selain harus menjalani kehidupan yang berbahaya, pria Sparta juga diwajibkan untuk menjadi tangguh di medan perang. Selama masa dinas militer mereka, bisa dikatakan kalau mereka memiliki kebebasan yang lebih sedikit daripada wanita Sparta.

2. Wanita Yunani ditakuti karena terlalu pintar

northwindprints.com

Seksisme adalah "hewan liar" yang selalu berubah, tergantung pada situasinya. Penting untuk dicatat kalau pandangan masyarakat terhadap wanita juga tergantung dari zeitgeist (jiwa zaman) dan kultuurgebundenheit (ikatan kebudayaan) di suatu wilayah tertentu.

Namun dalam puisi karya Hesiodos,Theogony, disebutkan kalau beberapa pria Yunani takut pada para wanita karena kepintaran mereka. Dalam Theogony, para wanita lah yang sebenarnya memicu pemberontakan-pemberontakan besar.

Sedangkan dalam mitologi Yunani kuno, diketahui kalau Gaia yang menyusun rencana untuk membunuh Ouranos, meskipun putranya, Kronos, yang melakukan eksekusinya. Rhea juga menipu suaminya, Kronos, untuk menelan batu bukannya Zeus, sehingga dia dapat tumbuh dewasa, membebaskan saudara-saudaranya dan menumbangkan ayahnya.

Meskipun wanita di Yunani kuno menderita efek seksisme seperti wanita dalam budaya lainnya, setidaknya itu karena mereka dianggap terlalu pintar daripada tidak cukup pintar.

Baca Juga: Bukan untuk Perempuan Saja, Alasan Kenapa Feminisme Begitu Penting

3. Wanita di Mesir kuno sering dijadikan penguasa karena gender mereka

usatoday.com

Di Mesir kuno, wanita terkadang dinaikkan ke atas pucuk kekuasaan karena alasan serupa yang dikritik oleh para feminisme hari ini: jenis kelamin mereka. Hal ini dikarenakan wanita dipandang sebagai pilihan yang lebih aman selama masa kekacauan.

Sementara kebanyakan firaun adalah laki-laki, wanita terkadang diizinkan untuk memerintah sebagai pemimpin sementara bagi kerabat lelaki mereka yang masih muda. Mereka juga diharapkan untuk melindungi firaun masa depan dan memerintah dengan bijak sampai firaun tersebut cukup dewasa untuk membuat keputusan sendiri.

Mengutip dari artikel National Geographic, ratu pertama yang naik takhta Mesir kuno sambil menunggu putranya tumbuh besar adalah Ratu Merneith dari dinasti pertama Mesir kuno (3000-2890 SM). Ia memerintah Mesir tepat setelah kematian suaminya. Selain dirinya, Ratu Hatshepsut juga pernah memerintah Mesir sebagai wali untuk keponakannya.

Namun para ratu tidak selalu mengambil kendali sambil menunggu anak-anak mereka tumbuh dewasa. Ratu Neferusobek, misalnya, mengambil alih kendali setelah kematian suaminya karena suaminya tidak memiliki ahli waris. Cleopatra VII bahkan membunuh saudara-saudaranya sendiri untuk memperkuat kekuasaannya atas takhta Mesir.

4. Sistem keluarga matriarki di Estonia dan Indonesia

parentsdome.com

Di saat sebagian besar masyarakat tradisional dan modern menganut sistem patriarki atau egaliter, perlu diketahui kalau beberapa masyarakat kuno menganut sistem matriarki. Bahkan beberapa dari masyarakat matriarkal ini masih eksis sampai hari ini.

Di pulau Kihnu, Estonia, misalnya, wanita bertanggung jawab atas keluarganya karena tradisi. Selama berabad-abad, para pria dari pulau ini bepergian untuk mencari makanan atau pekerjaan. Karena para pria sering tidak berada di rumah, perempuan dibiarkan bertanggung jawab atas segalanya sendiri.

Dilansir dari National Geographic, saat ini pulau Kihnu mengandalkan bantuan pemerintah dan pariwisata setempat untuk menjaga cara hidup tradisional mereka. Selain masyarakat pulau Kihnu, ada masyarakat Mosou di Tiongkok yang bersifat matrilineal karena ayah mereka yang sering tidak dikenal.

Para turis pun berdatangan untuk melihat Mosou karena cara hidup tradisional mereka, yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu dan bersifat matriarkal dengan perempuan yang memimpin rumah tangga. Di Indonesia sendiri ada Suku Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal terbesar di dunia.

5. Wanita (mungkin) telah melukis banyak seni gua

loveexploring.com

Perempuan telah meninggalkan jejak mereka dalam sejarah lewat banyak hal, walau beberapa cara lebih menonjol dan langsung daripada yang lainnya. Salah satunya adalah melalui seni.

Dilansir dari laman Smithsonian Magazine, dengan memeriksa rasio tangan dan jari (yang tentu saja berbeda tergantung pada jenis kelamin) di seni gua Paleolitik, para ilmuwan menyimpulkan kalau wanita mungkin telah melukis hingga 75 persen dari seluruh karya seni di dalam gua tersebut.

Ilmuwan lain mengklaim kalau karya seni itu sebenarnya dilukis oleh remaja laki-laki yang suka menggambar binatang dan wanita telanjang. Namun, menarik untuk berpikir tentang wanita yang membentuk sejarah — secara harfiah, dengan melukis tangan mereka sendiri ke dinding gua.

6. Wanita Scythian bertarung layaknya pria

ancient-origins.net

Bangsa Skithia (Scythians), yang mungkin telah mengilhami mitos Yunani tentang suku Amazon, adalah salah satu contoh masyarakat egaliter yang menjunjung tinggi kesetaraan. Masyarakat ini hidup dengan kuda mereka, yang mungkin menjelaskan mengapa pria dan wanita Skithia diizinkan untuk ikut berperang.

Dilansir dari laman National Geographic, prajurit Skithia dikenal sebagai pasukan yang sangat tangguh karena menggunakan busur kecil sambil menunggang kuda, sehingga memungkinkan mereka untuk membunuh musuh dari kejauhan.

Diperkirakan juga kalau wanita Skithia telah membina putra-putra mereka untuk bergabung dengan suku-suku lain demi membangun aliansi, yang mungkin menjadi alasan mengapa para penulis Yunani menuduh suku Amazon sebagai pembunuh anak laki-laki dan sosok ibu yang buruk.

Kecakapan wanita Skithia sangat banyak, sehingga mitos yang diilhami oleh mereka masih dipercaya dan diperdebatkan hingga saat ini. Mungkin warisan terbesar mereka adalah ketakutan dan kekaguman yang mereka dapatkan dari orang-orang yang hidup sezaman dengan mereka, yang masih bertahan lama setelah prajurit Skithia terakhir meninggal.

Baca Juga: Ini 8 (Dari Sekian Banyak) Alasan Kenapa Feminisme Begitu Penting

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya