TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Argumen yang Dipakai untuk Mendukung dan Menentang Eksistensi Tuhan

Salah satu topik yang masih diperdebatkan sampai hari ini

bible.haifa.ac.il

Topik religius, seperti agama dan Tuhan, adalah salah satu "clickbait" yang paling laku di dunia maya. Sudah pasti kalau pembahasan mengenainya akan memancing diskusi, bahkan adu argumen yang akan berujung pada penerimaan atau penolakan.

Artikel ini akan menyajikan lima argumen yang mendukung keberadaan Tuhan, dan lima argumen tandingan untuk menentangnya. Berikut ulasannya.

1. Argumen kosmologis

catholicregister.org

Argumen kosmologis adalah salah satu argumen yang sering digunakan dalam ilmu teologi dan filsafat. Argumen ini digunakan untuk membuktikan eksistensi Tuhan berdasarkan fakta atau klaim yang berhubungan dengan alam semesta.

Dari sekian argumen yang dilayangkan oleh para filsuf, mungkin yang paling terkenal datang dari Thomas Aquinas, seorang filsuf-pendeta yang hidup pada Abad Pertengahan. Pemikiran Aquinas sendiri dipengaruhi oleh Agustinus dari Hippo, Aristoteles, dan Plato.

Dalam Summa Theologiae, Thomas Aquinas menyajikan "Lima Bukti" keberadaan Tuhan untuk menguatkan argumennya, di mana salah satunya adalah argumen sebab-pertama (First Cause). Singkatnya, argumen kosmologis dapat dijelaskan seperti berikut:

  1. Setiap ciptaan memiliki awal mula
  2. Tidak ada makhluk yang bisa menciptakan dirinya sendiri
  3. Hukum sebab-akibat tak bisa ada sejak awal penciptaan
  4. Oleh karena itu, sebab-pertama (sesuatu yang di luar rantai sebab-akibat) harus ada untuk menciptakannya

Hari ini, kita menyebut sebab-pertama sebagai "Ledakan Besar," dan argumennya telah berubah bentuk menjadi:

  1. Apa pun yang eksis, termasuk alam semesta, memiliki awal mula
  2. Alam semesta lahir
  3. Oleh karena itu, alam semesta punya "sebab-pertama"

Tandingan untuk argumen kosmologis

doctoradohistoriamoderna.unican.es

Jika dirunutkan, ketiga poin di atas mungkin benar. Namun, poin kedua mengharuskan alam semesta memiliki "sebab," dan sampai saat ini kita masih belum yakin apa penyebabnya. Ledakan Besar adalah teori astrofisika yang paling familiar saat ini, tetapi teori ini telah dikritik dan terus dikaji ulang dalam waktu yang cukup lama.

Sebagian besar filsuf dan saintis berpendapat bahwa hitungan matematis yang dipakai untuk membuktikan Ledakan Besar belum eksis sebelum Ledakan Besar terjadi. Jadi, hitung-hitungan matematis tersebut tidak valid dan tidak bisa dijadikan patokan untuk argumen ini.

Jika alam semesta memiliki sebab-pertama, lalu apa atau siapa yang menciptakan sebab-pertama itu? Banyak filsuf yang mengkritik argumen tandingan ini, di mana mereka berpendapat kalau sebab-pertama adalah satu-satunya pengecualian yang tidak memiliki penyebab.

Baca Juga: Nyentrik, 9 Filsuf Terkenal Ini Ternyata Memiliki Obsesi yang Aneh

2. Argumen ontologis

catholicus.org.br

Argumen ontologis pertama kali dirumuskan oleh St. Anselmus, Uskup Agung Canterbury, dan kemudian diambil oleh Alvin Plantinga. "Tuhan ada, asalkan secara logis ada kemungkinan baginya untuk ada."

Argumen ini cukup berani dalam kesederhanaannya. Tidak hanya membutuhkan kepercayaan pada Tuhan, argumen ini juga menekankan kepercayaan pada kebutuhan makhluk ciptaan akan sosok penciptanya. Jika kita yakin kalau Tuhan diperlukan dalam dunia ini, maka kita harus percaya kalau Tuhan ada.

Argumen tandingan untuk argumen ontologis biasanya memakai bare assertion fallacy atau pernyataan tanpa bukti. Para kritikus menganggap kalau argumen ini hanya berputar-putar dari sebuah premis ke kesimpulan yang berumpu pada premis yang mengandalkan kesimpulan.

3. Argumen dari moralitas

gpedia.com

Argumen ini sudah sangat tua, yang menyatakan kalau Tuhan pasti ada karena alasan berikut:

  1. Tuhan selalu "memantau" aspek moralitas manusia
  2. Percaya kepada Tuhan adalah opsi terbaik dari segi moralitas daripada opsi lainnya
  3. Dengan demikian, percaya pada Tuhan lebih disukai oleh-Nya daripada tidak percaya pada Tuhan

Argumen ini secara teknis valid, asalkan ketiga poin di atas diterima. Namun, sebagian besar kritikus sudah menyangkal poin pertama sejak awal. Menurut mereka, moralitas tidak universal. Thomas Hobbes sendiri berpendapat kalau moralitas didasarkan pada masyarakat yang hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, moralitas lebih bersifat subjektif.

Misalnya, para prajurit Perang Salib Pertama melakukan pembantaian atas nama agama, di mana mereka membunuh setiap pria, wanita, dan anak-anak di Yerusalem pada tahun 1099. Dari sudut pandang mereka, apa yang mereka lakukan adalah benar secara moral.

4. Argumen dari alasan

cardinalsblog.adw.org

C.S. Lewis, penulis The Lion, the Witch, and the Wardrobe, terkenal lewat argumen ini. Pada dasarnya, ia berpendapat bahwa Tuhan pasti ada, yang ia jelaskan seperti berikut:

"Seandainya tidak ada kecerdasan atau pikiran kreatif di balik alam semesta, maka tidak ada yang merancang otak saya agar bisa digunakan untuk berpikir."

Kedengarannya memang sangat masuk akal, bukan? Namun titik lemah dari argument from reason adalah, dalam arti yang paling sempit, tujuan yang diberikan kepada otak manusia bukanlah bukti dari keberadaan Tuhan. Semua ini tidak ada hubungannya dengan keberadaan Tuhan. Dalam hal ini, Lewis mengarah ke strawman fallacy.

Dengan demikian, argumen tersebut lebih mengarah pada pembantahan materialisme naturalistik. Namun mengingat sebagian besar ateis menggunakan materialisme naturalistik sebagai dasar dari ateisme, maka tak heran kalau argumen ini sering digunakan untuk menyangkal mereka.

Baca Juga: 5 Fakta Sains tentang Kekuatan Fundamental Alam Semesta, Seperti Apa?

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya