TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gak Melulu Biadab, 7 Fakta Menarik tentang Kaum Barbarian

Mereka tidak kotor dan bodoh seperti yang sering kita kira 

info.umkc.edu

Sejarah ditulis oleh para pemenang, di mana pihak pemenang seringkali arogan dan cenderung memandang rendah budaya lain. Oleh karena itu, sudah menjadi hal yang biasa bagi para "pemenang" untuk menganggap bangsa atau kebudayaan yang berada di bawahnya sebagai sesuatu yang "biadab."

Istilah orang biadab atau barbar sendiri berasal dari Yunani kuno, "barbaros." Istilah ini diperuntukkan bagi mereka yang tidak berbicara bahasa Yunani dan merujuk pada bahasa yang mereka gunakan, yang terdengar seperti "bar bar."

Dari sini, istilah ini berkembang dan mulai menunjuk pada suatu suku atau bangsa mana pun yang tidak mematuhi aturan dan adat istiadat tertentu. Sepanjang sejarah — dari Romawi ke Tiongkok kuno — beberapa bangsa dengan peradaban tinggi telah mencoba menjelekkan dan merendahkan bangsa lainnya lewat xenofobia.

Tak selalu biadab, berikut 7 fakta menarik tentang kaum "barbarian" yang harus kamu tahu.

1. Kebudayaan Romawi terjaga di bawah perlindungan bangsa Goth

thezman.com

Buku-buku sejarah memberi tahu kita cerita tentang "The Glory of Rome" dan bagaimana Romawi Barat runtuh saat Visigoth menjarah kota Roma pada 410 M, Vandal menjarah Roma pada 455 M, atau Odoacer menggulingkan Kaisar Romawi Barat pada 476 M.

Nyatanya, walau pemerintahannya runtuh, peradaban Romawi masih dibiarkan "hidup" oleh bangsa barbar ini. Seperti yang dilansir dari laman Ancient History Encyclopedia, budaya, tradisi, praktik, hukum, dan bahkan struktur politik Romawi (Senat) — setidaknya sebagian — dibiarkan utuh.

Di bawah pemerintahan Ostrogoth, khususnya Theodoric the Great, kota Roma dibiarkan berkembang. Bangsa Ostrogoth sebelumnya adalah penyembah berhala, tetapi kemudian berpindah ke Arianisme (sebuah sekte Kristen).

Walau begitu, mereka tetap terbuka dan toleran terhadap perbedaan-perbedaan ini, dan orang-orang Goth Arian hidup dengan damai bersama orang-orang Kristen dan Yahudi di bekas wilayah Romawi Barat. Seni dan sastra Romawi juga sepenuhnya diterapkan oleh mereka.

2. Bangsa Viking sangat peduli dengan kebersihan tubuh mereka

wallpaper-mania.com

Untuk waktu yang lama, stereotip umum tentang Viking adalah bangsa yang keji, bau dan kotor. Nah, ternyata Viking yang "kotor" ini sebenarnya lebih peduli tentang kebersihan daripada kebanyakan orang Eropa pada masanya. Menurut History, mereka suka mandi secara teratur — hal yang jarang dilakukan oleh bangsa Eropa lainnya pada saat itu.

Banyak orang Viking sengaja memutihkan rambut mereka yang berwarna pirang agar sesuai dengan citra keindahan budaya tertentu. Mereka bahkan menunjuk hari Sabtu atau "Iaugardagur" sebagai "hari untuk mencuci."

Bahkan permukiman bangsa Nordik di Islandia memiliki undang-undang yang menyerukan hukuman paling berat bagi pelanggar yang dengan sengaja membuat seseorang kotor sebagai cara untuk mempermalukan mereka.

3. Asal-usul etnosentrisme di daratan Tiongkok

unsplash.com

Banyak orang berasumsi kalau etnosentrisme Tiongkok, atau lebih tepatnya xenofobia, mungkin berasal dari Tiongkok di era nodern. Mudah untuk mencatat bagaimana komunisme telah memecah stigma Timur dan Barat, atau bagaimana Pemberontakan Boxer pada pergantian abad ke-20 telah memicu sentimen anti-Barat di Tiongkok.

Namun, perlu dicatat bahwa persepsi ini telah tertanam dalam budaya Tiongkok selama ribuan tahun. Keyakinan semacam ini dapat ditelusuri sampai ke Dinasti Zhou (1046-256 SM), yang membuat perbedaan yang jelas antara subyek tradisional Tiongkok dari Zhou dan mereka yang hidup di luar perbatasannya.

Dalam banyak teks kuno, para orang non-Tiongkok digambarkan sebagai binatang, atau lebih tepatnya mirip "burung dan binatang." Mengutip dari buku The Cambridge Illustrated History of China, dilaporkan juga kalau Konfusius pernah mengatakan bahwa "orang-orang barbar tidak memiliki penguasa sebagus penguasa Tiongkok."

Namun pandangan neo-Konfusianisme yang sedikit kontras berpendapat kalau Zhou harus berasimilasi dengan damai pada budaya asing dan mengangkatnya ke status yang sama. Pandangan ini berbunyi: "Di mana pun — baik di bawah Surga atau di Bumi, jika seseorang memiliki ritual dan kebenaran, maka ia adalah bagian dari Kerajaan Tengah."

Baca Juga: Titik Awal Penyakit, Ini 7 Pasien Zero Paling Terkenal dalam Sejarah 

4. Pandangan orang Jepang terhadap orang "barbar"

wikipedia.org

Jepang adalah negara yang memiliki masyarakat yang hampir homogen, di mana 98,5 persen penduduknya adalah etnis Jepang. Oleh karena itu, ketika orang Portugis singgah ke Pulau Tanegashima di Jepang Selatan pada tahun 1543, penduduk setempat kagum pada keanehan di hadapan mereka.

Sebuah kisah kemudian menggambarkan bagaimana para pendatang baru ini makan dengan jari-jari mereka alih-alih sumpit, menunjukkan perasaan mereka tanpa kendali diri, dan tidak dapat memahami arti dari karakter tertulis (kanji). Secara umum, mereka menganggap bangsa Portugis tidak berbahaya.

Melansir dari laman Japan Times, bentrokan budaya ini membuat bangsa Jepang melabeli orang Barat dengan istilah "Nanban," yang secara harfiah berarti "Barbarian Selatan." Ketika orang Belanda tiba, mereka masih disebut Nanban, tetapi diawali dengan "Komo" atau "rambut merah" — tampaknya semua pedagang Belanda yang datang saat itu berambut merah.

Perdagangan antara Barat dan Jepang berlanjut secara harmonis sampai Politik Isolasi (Sasoku) diterapkan. Baru kemudian ketika Restorasi Meiji, istilah "Nanban" benar-benar menghilang dan Jepang mulai enggan untuk menganggap orang asing sebagai orang yang tidak beradab.

Namun, masih ada istilah umum yang terkait dengan orang Barat yang telah memicu perdebatan di Jepang modern. Kata itu adalah "gaijin," yang jika diartikan berarti "orang luar" atau "non-Jepang." Beberapa orang menganggapnya netral, tetapi bagi yang lain itu menjadi istilah yang merendahkan.

5. Bangsa Celt sudah memiliki peradaban yang maju sebelum bangsa Romawi datang ke daratan Inggris

wilsonchauffeurservices.co.uk

Perlu diketahui kalau peradaban Celtic, yang telah lama direndahkan oleh bangsa Yunani dan Romawi, mungkin lebih maju dan canggih daripada rekan-rekan di masanya. Pada masa jayanya, peradaban Celtic pernah membentang dari Kepulauan Inggris ke perbatasan Rusia.

Penemuan baru-baru ini bahkan mengungkapkan kalau kebudayaan bangsa Celt telah mengilhami bangsa Romawi — dan pada akhirnya dunia modern. Apakah kalian punya mobil? Nah, kata car sendiri berasal dari bahasa Celtic, "karros," di mana bangsa Celt secara luas dikenal sebagai pembuat kereta kuda yang ahli.

Druid Celtic yang misterius tampaknya tidak hanya terlibat dalam mistisisme, tetapi juga dalam ilmu matematika dan geometri. Prinsip-prinsip matematika diadopsi oleh Celt, yang sering menjadi mitra dagang orang Yunani, jauh sebelum Roma mendominasi wilayah itu.

Belakangan diketahui kalau tentara Romawi juga menemui beberapa orang Celt yang fasih berbahasa Yunani.

6. Attila tidak sekejam seperti yang sering digambarkan

stmuhistorymedia.org

Dikenal dengan sebutan "Scourge of God" (Murka Tuhan), Attila the Hun telah menginspirasi ketakutan dan teror di seluruh benua Eropa. Kemarahannya memang melegenda, tapi apakah dia benar-benar seburuk seperti yang kita duga?

Rupanya, beberapa sejarawan membantah tindakan Attila yang selalu haus darah. Meskipun sudah menjadi konsensus umum kalau ia telah membunuh saudaranya sendiri untuk menjadi penguasa tunggal bangsa Hun, diketahui kalau setelahnya Attila memberi janda saudaranya jabatan sebagai gubernur.

Dia juga menyayangi putranya dan tampaknya dicintai oleh rakyatnya — baik bangsa Hun maupun Romawi. Dia memiliki ahli-ahli Taurat dan bawahan Romawi yang melayaninya karena kesetiaan daripada rasa takut, lebih memilih pemerintahannya daripada harus membayar pajak di dalam kekaisaran yang lebih "beradab."

Attila juga seorang pria yang selalu menepati kata-katanya. Benar, ia menuntut upeti yang besar dari Romawi Timur untuk mencegahnya invasinya, tetapi ia juga menghargai perjanjian ini sehingga ada kedamaian untuk sementara waktu. Walau memiliki kekayaan dari hasil jarahannya, Attila juga tetap menjalani kehidupan yang sederhana.

Menurut History, ketika sedang menjamu para duta besar Romawi selama perjamuan mewah, Attila sendiri duduk di atas kursi kayu, cawannya terbuat dari kayu, dan pakaian serta kudanya tidak dihiasi hiasan mahal. Sebaliknya, para duta besar Romawi mengenakan pakaian bagus dan perhiasan yang mewah.

Bagaimanapun, Attila adalah sosok kontroversial, di mana hidup dan kematiannya masih diselimuti misteri. Apakah semua kisah tentang dirinya benar atau hanya dibesar-besarkan oleh para sejarawan sepanjang zaman masih menjadi perdebatan sampai saat ini.

Baca Juga: Bulan Sampai Pluto, Ini 8 Pencapaian Terbesar NASA Sepanjang Sejarah

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya