TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Miskonsepsi dan Mitos Terkenal tentang Alam Semesta Kita

Ada yang pernah kamu dengar atau baca?

Ilustrasi alam semesta (Unsplash/dima_zel)

Hampir semua orang suka melihat langit sambil mengagumi luasnya luar angkasa. Terkadang, kita juga merenungi apa saja yang ada di luar sana. Sayangnya, beberapa film, acara TV, dan buku telah menimbulkan beberapa asumsi salah tentang alam semesta.

Jadi, mari kita gunakan sains untuk mengklarifikasi beberapa pemikiran keliru itu. Berikut 9 mitos dan miskonsepsi terkenal tentang alam semesta yang wajib kamu ketahui.

1. Miskonsepsi: alam semesta itu tak terbatas

Ilustrasi Big Bang (Unsplash/coffeekai)

Betul kalau alam semesta itu besar. Namun, alam semesta tetap terbatas dan memiliki akhir. Tepi luar alam semesta berjarak 47 miliar tahun cahaya ke segala arah. Sedangkan jarak yang melintasi (diameter) dari ujung ke ujungnya adalah 94 miliar tahun cahaya. Ada sebuah teori yang masuk akal: alam semesta berakhir dan memulai semuanya dari awal lagi.

Miskonsepsi terkenal lainnya adalah bahwa peristiwa Big Bang adalah sebuah ledakan besar. Bagaimanapun, itu sesuai namanya: Big Bang. Namun dewasa ini, para kosmolog mencoba mengklarifikasi miskonsepsi ini.

Melansir dari Live Science, konsensusnya adalah bahwa segala sesuatu dimulai dengan pemuaian yang cepat—bukan seperti bom yang meledak. Proses pemuaian yang lebih cepat dari kecepatan cahaya itu nantinya akan menjadi alam semesta saat ini.

Semuanya masih dalam posisi yang sama seperti 13,8 miliar tahun yang lalu. Hanya saja ruang di antara benda-benda luar angkasa terus tumbuh. Ini menjelaskan mengapa tidak ada "kehampaan" di pusat alam semesta kita. 

2. Miskonsepsi: bintang yang kita lihat saat malam sudah "mati"

Ilustrasi bintang yang sudah mati (Pexels/FlashMovie)

Lebih dari 6.000 bintang yang kita lihat pada malam hari pasti sudah mati, padam, dan tidak lagi memancarkan cahaya. Betulkah itu? Yah, tidak juga. Seperti dijelaskan dalam laman Science Focus, 6.000 bintang yang terlihat itu kemungkinan besar masih menyala terang dan baik-baik saja. 

Bintang-bintang yang bisa kita lihat dari Bumi semuanya berjarak kurang dari 1.000 tahun cahaya. Jarak tersebut terhitung dekat. Sedangkan cahaya dari bintang yang jauh atau sekarat membutuhkan waktu lama untuk mencapai kita yang tinggal di Bumi.

3. Mitos: matahari adalah bola api raksasa

Ilustrasi Matahari (Pexels/Bradley Hook)

Sebenarnya, matahari lebih pantas disebut sebagai "ledakan" bom hidrogen yang tak ada habisnya. Persis seperti pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Reaksi yang terjadi di matahari telah menggerakkan matahari selama hampir empat miliar tahun. Beruntung bagi Bumi, kerapatan dan gravitasi matahari begitu besar sehingga menjaga semuanya tetap bersama dan mencegah dirinya agar tidak meledak.

Baca Juga: Mitos Burung di Dunia, Garuda Jadi Inspirasi Ogoh-ogoh Tainsiat 2023

4. Mitos: lubang hitam menyedot segalanya seperti vacuum cleaner

Ilustasi lubang hitam (Pexels/Petrovich9)

Berbeda seperti yang kita lihat di film, lubang hitam (black hole) tidak menyedot semua yang ada di jalur mereka. Lubang hitam juga tidak "memburu" planet untuk dikonsumsi untuk bertahan hidup. Lubang hitam bukanlah Galactus.

Laman Science Focus menjelaskan semuanya dengan gamblang. Begini proses terbentuknya lubang hitam:

  1. Sebuah bintang yang luar biasa besar kehabisan bahan bakar;
  2. Bintang tersebut "mati" dan mulai collapse;
  3. Selama proses itu, bintang menjadi semakin padat dan akhirnya menjadi lubang hitam;
  4. Lubang itu pun menciptakan tarikan gravitasi yang terus meningkat;
  5. Pada gilirannya, ia mulai menarik benda di dekatnya (bahkan cahaya).

Ya, gravitasi itu dapat memengaruhi planet, bulan, dan bintang. Namun, gravitasi itu hanya menarik semuanya ke horizon atau bukaan luar lubang hitam saja. Tapi tetap saja, ada fakta yang mengerikan di baliknya.

Jika sebuah bintang berukuran 10 kali matahari kita mati dan menjadi lubang hitam, maka gravitasi dari lubang hitam tersebut akan sama dengan massa bintang yang berukuran 10 kali matahari kita. Mengerikan, bukan?

5. Mitos: dark matter itu jahat dan merusak

Ilustrasi dark matter (Salon.com)

Materi gelap (dark matter) sering kali digunakan sebagai penyokong plot di berbagai film dan acara TV. Sebut saja The Expanse, Star Trek, Futurama, X-Files, dan bahkan Scooby-Doo. Namun, apakah materi gelap benar-benar jahat? Tentu saja tidak.

Materi gelap sama sekali tidak terlihat atau terdeteksi, meskipun ia mencapai 27 persen dari materi di alam semesta kita. Pada dasarnya, materi gelap adalah benda-benda di rongga antara matahari dan galaksi kita. 

Sebagian besar ilmuwan percaya kalau material tak kasat mata ini terdiri dari WIMPS—partikel masif yang lemah—di mana partikel tersebut memiliki massa yang jauh lebih padat daripada proton. Namun, mereka bereaksi sangat lemah dengan materi lain sehingga sulit dideteksi. Maka dari itu disebut "gelap".

6. Miskonsepsi: tak ada planet yang seperti Bumi

Ilustrasi planet bumi (Unsplash)

Proxima Centauri b adalah planet mirip bumi (dan mungkin layak huni) yang paling dekat dengan kita, hanya empat tahun cahaya. Namun dengan teknologi yang dimiliki umat manusia sekarang, kita masih membutuhkan waktu lebih dari 60.000 tahun untuk sampai ke planet tersebut.

Tenang saja, masih ada banyak planet lain yang layak huni dan mirip dengan bumi. Para astronom memperkirakan ada 300 juta hingga 6 miliar "Bumi" di Galaksi Bima Sakti. Dan dengan 10 triliun galaksi di alam semesta, mungkin ada 76 juta kuadriliun (76.000.000.000.000.000.000.000) bintang di luar sana yang mirip dengan matahari kita.

7. Mitos: kita dapat mengelilingi galaksi dengan kecepatan cahaya

Kecepatan cahaya (Pixabay/flo222)

Kecepatan warp, hyperdrive, dan teknologi futuristik lainnya selalu terlihat dalam film fiksi-ilmiah. Teknologi satu ini digunakan untuk berpindah antar planet, atau bahkan pindah galaksi. Namun di dunia nyata, perjalanan dengan kecepatan cahaya, atau perjalanan dengan kecepatan mendekati cahaya, adalah sebuah kemustahilan.

Einstein memberi tahu kita dalam Teori Relativitasnya, bahwa ketika sebuah benda bertambah cepat, massanya bertambah pula. Jadi, benda apa pun yang berakselerasi mendekati kecepatan cahaya akan memiliki energi tak terbatas. Intinya, tidak ada benda bermassa yang bisa mencapai kecepatan cahaya, termasuk manusia.

8. Mitos: alien bisa datang ke Bumi

Alien datang ke Bumi (Unsplash/FOTOKITA)

Pertanyaan ini mungkin cukup masuk akal, mengingat banyaknya penampakan UFO di Amerika Utara dalam beberapa dekade terakhir. Namun, mari kita kupas semuanya dari sisi sains. Dengan 76 juta kuadriliun bintang yang memiliki planet layak huni yang mengorbitnya, besar kemungkinan kalau ada kehidupan lain di luar sana.

Menurut Live Science, beberapa kehidupan mungkin berkembang, beberapa cerdas, dan sisanya maju secara teknologi. Pertanyaannya adalah: bisakah "makhluk" yang maju itu melakukan perjalanan ke bumi?

Galaksi Bima Sakti berjarak 100.000 tahun cahaya, dan bahkan alien harus mematuhi masalah logistik perjalanan ruang angkasa (makanan, bahan bakar, radiasi, dll). Mengingat semua bahaya dalam perjalanan, bagaimana mungkin ada makhluk yang selamat dari perjalanan yang mungkin memakan waktu jutaan tahun tersebut?

Seperti yang dikatakan Neil DeGrasse Tyson, "Secara ilmiah, kita memiliki aturan: Kita ingin hidup di akhir perjalanan, bukan mati." Jadi ya, ada kehidupan di luar sana, tapi mereka tidak (atau belum bisa) datang ke sini.

Baca Juga: Fakta Sejarah: 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Dunia Kuno

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya