TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Mitos soal Cara Merawat Gangguan Kesehatan Mental

Tidak semua orang punya kekuatan yang sama untuk menghadapi

ilustrasi duduk sendiri (Unsplash/ Sage Friedman)

Seperti di kebanyakan negara berkembang lainnya, kesadaran akan kesehatan mental di Indonesia juga masih terbilang rendah. Padahal, baik yang menyadari atau tidak, sudah banyak individu yang mengalami gangguan ini. Sayangnya, meski undang-undang tentang kesehatan jiwa telah dibuat, praktiknya masih belum juga begitu signifikan.

Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan mental itu sesuatu yang negatif. Akibatnya, banyak individu yang diam-diam merasa depresi, stres berat, cemas berlebihan, dan sebagainya enggan untuk berani mengungkap kebutuhannya akan pertolongan.

Paling tidak, kehadiran internet dan media digital sebagai sarana informasi dapat membantu mereka untuk mencari tahu apa yang perlu dilakukan. Sayangnya, masih banyak mitos soal cara menangani gangguan kesehatan mental yang beredar sehingga memberikan dampak yang tidak signifikan seperti berikut ini.

1. Berolahraga dapat menyembuhkan depresi

ilustrasi olahraga (Unsplash/ Victor Freitas)

Kamu tentu sudah berkali-kali mendengar atau membaca bahwa olahraga mampu mengatur kadar adrenalin dan menghasilkan endorfin yang memberikan perasaan bahagia. Menurut Harvard Health, aktivitas fisik ini juga mampu melawan gejala depresi dan gangguan kecemasan seefektif obat-obatan, tetapi hanya bagi sebagian orang. Kebanyakan, orang tidak dapat mengatasi gangguan mentalnya hanya dengan olahraga. Alih-alih sebagai 'obat' utama, olahraga justru merupakan suplemen alias pelengkap saja.

2. Semua terapi sama saja dan bisa untuk siapa saja

ilustrasi sesi terapi (Pexels/cottonbro)

Tidak semua terapi cocok untuk setiap mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental. Sekalipun format dasarnya sama, setiap orang tetap merasakan pengalaman yang berbeda.

Karena itu, mencari psikiater atau psikolog yang tepat juga bukanlah pekerjaan mudah. Beberapa orang boleh jadi merasa cocok dan terbantu dengan terapis A, tetapi boleh jadi kamu tidak akan merasa cocok dan terbantu dengan terapis yang sama. 

Baca Juga: Seram, 7 Gangguan Mental Ini Dianggap Paling Menakutkan Sepanjang Masa

3. Kamu memerlukan diagnosis khusus sebelum mencari pertolongan

ilustrasi sendiri (Pexels/Anastasia Shuraeva)

Gangguan mental adalah hal yang berat. Hanya karena kamu masih bisa tersenyum dan membuat orang-orang tidak curiga, bukan berarti kamu tidak merasa begitu hancur dan kalut di dalam.

Dengan kata lain, hanya kamu yang tahu betapa beratnya masalah yang kamu alami. Karena itu, kamu tidak perlu melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk mencari pertolongan. Hal ini akan jadi semakin krusial bila kondisi mentalmu yang terguncang mulai memberikan pengaruh pada produktivitas atau kehidupan sosialmu.

4. Depresi adalah hal yang bisa dengan mudah kamu lupakan

ilustrasi kesendirian (Unsplash/ Anthony Tran)

Empati juga menjadi hal yang semakin langka dalam kehidupan millennial sekarang khususnya. Terkadang, beberapa orang menganggap masalahmu tidak seberat yang tampak, tetapi mereka lupa bahwa kemampuan setiap orang untuk menerima dan menyikapi masalah berbeda.

Menurut Suicide.org, stigma yang ada di lingkungan masyarakat adalah bahwa depresi bukanlah sebuah penyakit yang memerlukan perawatan medis dan dapat dengan mudah disembuhkan. Kenyataannya, orang-orang yang berjuang melawan depresi justru sangat membutuhkan pertolongan, baik secara medis maupun emosional.

5. Berpikiran positif adalah kunci kesembuhan dari semua jenis beban mental

ilustrasi berpikir positif (Unsplash/ Omid Armin)

Tentu, positive thinking dapat memberikan banyak benefit termasuk bagi orang-orang yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, lagi-lagi, tidak semudah itu.

Bahkan bagi sebagian penderita, terus menerus disuntik dengan ucapan, "Udah, positive thinking aja," justru menimbulkan rasa frustrasi yang lebih parah. Seperti olahraga, tetap berpikiran positif juga sering kali merupakan suplemen.

6. Sekali mengonsumsi obat, kamu selamanya akan ketergantungan

ilustrasi minum obat (Pexels/Ron Lach)

Bagi kebanyakan penderita, obat-obatan menjadi penyelamat hidup mereka, walau bagi sebagian lainnya justru merupakan hal yang tidak efektif. Namun, anggapan yang terlanjur beredar di masyarakat adalah bahwa konsumsi obat-obatan tersebut dapat mengubah otak mereka dan justru membuat mereka kecanduan.

Menurut Patricia Allen, psikiater dan direktur eksekutif layanan medis Summit Behavioral Health, resep yang diberikan pada pasien selalu melibatkan kesediaan dari pasien sendiri. Obat-obatan yang diberikan pun justru membantu menstabilkan neurotansmitter penderita. 

Baca Juga: Gangguan Kecemasan Ternyata Juga Bisa Dilihat dari 8 Gejala Fisik Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya