TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Pentingnya Lahan Gambut Bagi Kehidupan

Perlunya perhatian khusus, mengingat gambut mudah terbakar

Lahan gambut yang terbakar di Kabupaten Bengkalis, Riau pada Tahun 2014. (mongabay.co.id/Zamzami)

Intinya Sih...

  • Lahan gambut menyimpan karbon penting bagi keseimbangan gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim.
  • Lahan gambut memiliki potensi besar untuk menyimpan air, mencegah banjir saat musim hujan, dan kekeringan saat musim kemarau.
  • Ekosistem hutan rawa gambut berperan penting sebagai habitat keanekaragaman hayati, namun terancam oleh aktivitas manusia.

Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem unik yang memiliki fungsi hidrologis dan ekologis penting untuk mendukung kehidupan di bumi ini. Lahan gambut mempunyai karakteristik yang spesifik yaitu memiliki tingginya kandungan bahan organik, hara yang rendah, dan sifat keasaman (pH) yang tinggi. Dilansir Jurnal Lahan Suboptimal oleh Sri Ratmini, lahan gambut tergolong lahan marginal dan fragile dengan produktivitas yang tergolong rendah dan mudah mengalami kerusakan. Pemanfaatan lahan gambut yang buruk, dapat menyebabkan kehilangan fungsi lahan alaminya dan tidak dapat diperbaharui dengan mudah. Maka dari itu, perlu untuk mengetahui berbagai fakta pentingnya lahan gambut bagi kehidupan. Simak informasi lebih lengkapnya di bawah ini ya!

1. Penyimpanan karbon

Lahan gambut menjadi salah satu tempat hidup bagi kantong semar. (mongabay.co.id/Fransisca N Tirtaningtyas)

Lahan gambut merupakan salah satu penyimpan karbon terpenting di dunia. Lahan gambut dapat menyerap sejumlah besar karbon dioksida (CO2) di atmosfer agar keseimbangan gas rumah kaca global tetap terjaga dalam mencegah terjadinya perubahan iklim. Dilansir Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan oleh Herman Daryono, kebakaran dan degradasi di lahan gambut merupakan salah satu penyebab rusaknya ekosistem untuk menyimpan karbon yang berakibat terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Oleh karena itu, jika alihfungsi lahan gambut yang intensif terus menerus dilakukan dan mengalami kekeringan yang drastis, maka tanah gambut akan mudah terbakar dan cadangan karbon yang tersimpan di dalamnya juga lebih mudah terlepas ke udara. Jika lahan gambut mengalami kebakaran, dapat menyebabkan pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer, salah satunya CO2 yang merupakan emisi gas rumah kaca terbesar sebagai hasil dari kebakaran tersebut. 

2. Penyimpanan air

Keindahan salah satu kawasan hutan rawa gambut di Riau, Indonesia. (cifor.org/Febrianto Budi Anggoro)

Lahan gambut memiliki potensial yang luar biasa dalam menyimpan air. Dilansir dalam Buku Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan oleh Fahmuddin A. dan I.G. Made Subiksa, kadar air di tanah gambut berkisar antara 100–1.300% dari berat keringnya, yang berarti gambut mampu menyerap air sampai 13 kali bobotnya. Kondisi ini membuat lahan gambut berfungsi sebagai spons atau pori-pori alami yang dapat mengatur dan menyimpan pasokan air di ekosistem. Disamping itu, gambut akan menjadi sangat rapuh jika mengering dengan kadar air kurang dari 100% (berdasarkan berat) dan tidak dapat menyerap air dengan baik kembali jika dibasahi. Gambut yang mengalami kekeringan drastis, sifatnya sama seperti kayu kering yang mudah hanyut dibawa arus air dan mudah terbakar. Maka dari itu, pengelolaan air di lahan gambut yang tepat sangat penting untuk diperhatikan.

3. Mencegah terjadinya bencana alam

Ketika banjir melanda akibat semakin maraknya alih fungsi dan pengelolaan lahan gambut yang buruk di wilayah hilir Kalimantan Selatan pada tahun 2021. (pantaugambut.id/Donny Muslim)

Air yang terperangkap dalam lahan gambut membantu menjaga kelembaban dan air akan dilepaskan secara perlahan-lahan saat musim kemarau tiba. Keberadaan lahan gambut ini tentunya dapat membantu mencegah terjadinya banjir saat musim hujan dan mencegah kekeringan pula saat ketika musim kemarau. Jika gambut rusak dan mengalami kekeringan yang parah, maka tanah gambut tidak dapat menyerap dan menyimpan air dengan baik. Dilansir Pantau Gambut, peristiwa bencana banjir yang terjadi di sekitar wilayah Kalimantan Selatan pada gambar di atas, disebabkan pula karena maraknya perkebunan monokultur berskala besar maupun pembangunan perumahan yang mengakibatkan kurangnya fungsi gambut sebagai penyerap air, sehingga proses surutnya air juga menjadi lamban. 

Baca Juga: Kelebihan Ikan yang Hidup di Perairan Gambut, Kamu Harus Tahu!

4. Rumah bagi keanekaragaman hayati yang tinggi

Bornean orangutan (commons.wikimedia.org/Thomas Fuhrmann)

Ekosistem hutan rawa gambut memegang peranan penting sebagai habitat keanekaragaman hayati berbagai flora dan fauna. Kondisi gambut yang khas membuat keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki kekhasan dan bahkan sebagian besar tidak ditemukan pada habitat lain. Banyak macam flora maupun fauna endemik yang menggantungkan hidupnya di lahan gambut, termasuk Orangutan. Namun, tingkat kerentanan dan ancaman terhadap keanakeragaman hayati ini cukup tinggi karena semakin banyaknya hutan rawa gambut yang diubah menjadi lahan perkebunan atau pemukiman, serta berbagai aktivitas lain yang menyebabkan kerusakan lahan gambut.

Beberapa tumbuhan atau hewan asli gambut mungkin tidak akan bertahan hidup jika gambut dalam kondisi kering, apalagi jika hanya dapat hidup di habitat aslinya. Semakin banyak kawasan lahan gambut yang terdegradasi, semakin terancam dan banyak hilang pula macam flora dan fauna. Maka dari itu, kawasan lahan gambut yang masih alami seperti kawasan hutan lindung maupun konservasi perlu dijaga kelestariannya, sebagaimana telah diatur oleh Pemerintah Indonesia dalam PP Nomor 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.

Writer

Tri Ainun Fadilla

Thank you for visiting my article. Hopefully it can be useful.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya