TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peregrine Falcon, Burung dengan Kecepatan Layaknya Jet Tempur

Kecepatan terbangnya lebih dari 200 km/jam

forbes.com

Peregrine falcon atau alap alap kawah merupakan spesies burung tercepat di bumi. Kecepatan terbangnya saat memburu mangsa bisa lebih dari 200 km/jam. Burung ini bisa tumbuh hingga setinggi 58 cm dan diameter sayap sepanjang 120 cm. Ukuran betina biasanya lebih besar 20 persen dari jantan.

Ketika di alam liar umur mereka bisa mencapai 20 tahun. Burung ini membangun sarang di ketinggian seperti di tepi jurang atau bahkan di gedung tinggi yang terbengkalai. Dalam setahun mereka bisa menetaskan 1-6 ekor. Populasi burung ini dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di Antartika.

Di Indonesia jenis burung ini biasanya bermanfaat bagi petani, yakni membantu dalam memburu tikus di sawah.

1. Kecepatan Super

laboratoryequipment.com

Peregrine falcon merupakan hewan tercepat di dunia yang mencatatkan rekor kecepatan  389 km/jam saat tengah mengejar mangsanya. Rahasia dari kecepatannya adalah tulang dada khusus yang memungkinkan mereka mampu memberikan kekuatan yang lebih besar untuk mengepakkan sayapnya.

Selain itu bulu yang kaku dan sistem pernapasan yang efisien memungkinkan burung predator ini mencapai kecepatan yang sedemikian luar biasa. Dalam satu detik burung ini bisa mengepakkan sayapnya hingga empat kali.

Selain cepat mereka juga memiliki ketahanan fisik yang luar biasa. Setiap tahun mereka melakukan migrasi sepanjang 24.944 km. Ini juga yang menjadi alasan mengapa burung ini dinamakan Peregrine yang dalam bahasa Inggris artinya adalah burung yang kerap melakukan perjalanan jauh atau petualang.

Mereka bermigrasi untuk mencari pasangan atau mencari makanan. Dari segi makanan, burung ini tidaklah pemilih. Para ahli unggas percaya bahwa mereka berburu segala jenis unggas, selain memakan mamalia kecil, kadal, juga serangga.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Burung Flamingo, Si Ramping Berwarna Pink

2. Dipelihara sejak ribuan tahun lalu

burtoniana.org

Alap-alap telah dilatih dan digunakan sebagai alat untuk membantu manusia dalam berburu. Aktivitas ini dikenal dengan nama falconry.  Hal ini sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya lukisan burung alap-alap pada masyarakat Mesopotamia dan Mongolia sekitar 3500 tahun yang lalu.

Burung ini biasanya dipelihara dan identik dengan kalangan raja atau kelas atas di masa lampau. Burung alap-alap juga merupakan simbol kedudukan para bangsawan Eropa di abad pertengahan.

Aktivitas falconry juga umum ditemui di kawasan Asia Tengah dan Asia Timur seperti di Mongolia, Korea, Cina, dan Mongolia. Namun, ketika masuk abad ke-17, kegiatan berburu dengan alap-alap semakin jarang terlihat karena telah ditemukannya senapan api dan banyaknya lahan yang dibuka untuk aktivitas pertanian.

3. Setia pada pasangannya

twitter.com/blmoregon

Burung alap-alap merupakan hewan yang setia kepada pasangannya. Sepanjang hidupnya mereka hanya kawin untuk bereproduksi kepada satu pasangan saja. Mereka bertemu saat hendak bereproduksi.

Lepas dari itu mereka hidup sendiri untuk mencari mangsa. Berbeda dari jenis burung lain yang berburu dengan mengandalkan cakar untuk menangkap mangsanya, alap-alap menggunakan paruh tajamnya untuk berburu.

4. Ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh PBB

iaf.org

Secara kultural, hubungan manusia dengan burung ini telah terjalin lama, terutama untuk aktivitas berburu. Sampai-sampai pada tahun 2016 UNESCO memasukkan aktivitas berburu dengan burung ini atau dikenal dengan falconry sebagai Intangible Cultural Heritage.

UNESCO menyebutkan bahwa hubungan manusia dengan alap-alap awalnya digunakan untuk mendapatkan makanan. Namun secara perlahan praktik ini berkembang dan erat kaitannya dengan aktivitas konservasi alam, warisan budaya, dan mempererat hubungan dalam ataupun antar komunitas. Praktik falconry ini meliputi tradisi melatih dan mengembangbiakannya dengan alat yang serupa dengan yang digunakan pada tradisi zaman dulu.

Maka dari itu aktivitas falconry diasosiasikan dengan kebudayaan  masa lampau yang diwariskan pada generasi selanjutnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yakni terkait mempertahankan tradisi, menjaga kelestarian alam, dan mempromosikan keanekaragaman hayati.

Baca Juga: 7 Fakta Burung Kiwi, Unggas Tanpa Sayap Ikon Selandia Baru

Verified Writer

zaki

pemalu

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya