potret Paus Fransiskus saat baru dipilih pada 2013 (commons.wikimedia.org/Tenan)
Setelah menemukan paus baru, asap putih akan muncul dari cerobong Kapel Sistina. Sementara penganut agama Katolik mulai berkumpul di depan gereja St. Peter’s Basilica, dekan dewan kardinal akan bertanya pada kardinal yang terpilih, apakah dia menerima gelar tersebut. Jika kardinal itu setuju, maka dia akan diminta memilih nama kepausannya.
Para kardinal akan menyatakan ketaatannya pada paus yang baru, lalu membawanya ke Ruang Sakristi Sistina. Ia akan memakai jubah, kopiah putih kecil yang dikenal dengan nama zuchetto, sandal merah, serta mengenakan cincin nelayan sebagai lambang otoritas.
Beberapa anggota kardinal akan berdiri di balkon St. Peter's Basilica dan menyerukan, “Habemus Papam!” yang berarti 'Kita Memiliki Paus Baru!'. Kemudian, mereka akan menyebutkan nama paus yang baru. Tanpa menunggu lama, paus akan muncul di balkon St. Peter's Basilica untuk menyampaikan pidato pertamanya.
Menjadi pemimpin negara sekaligus pemimpin umat Katolik di seluruh dunia, pemilihan paus baru memang gak bisa dilakukan sembarangan. Berbeda dengan pemilihan kepala negara, proses konklaf dilakukan dengan hati-hati dan penuh kerahasiaan. Semua proses juga mengikuti tradisi gereja Katolik, dan sudah dilakukan selama ratusan tahun.