Pernahkah kamu mendengar gunung yang sudah mati tiba-tiba aktif kembali? Dikelilingi ratusan gunung, beberapa ada yang terdengar meletus menyebabkan bencana dahsyat, sementara yang lainnya tertidur pulas. Perlu yang namanya ilmu vulkanologi untuk membahas lebih dalam seputar fenomena ini. Membedah perbedaan antara gunung yang aktif, tidak aktif, dan mati demi meminimalisir kesalahpahaman di tengah publik.
Ini Bedanya Gunung Aktif, Tidak Aktif, dan Mati dalam Ilmu Vulkanologi

Intinya sih...
Gunung aktif adalah yang masih menunjukkan aktivitas vulkanik dan pernah meletus dalam waktu dekat, contohnya Gunung Merapi dan Gunung Agung di Indonesia.
Gunung tidak aktif tidak memiliki sejarah letusan dan tidak menunjukkan aktivitas vulkanik, seperti Gunung Papandayan dan Gunung Sumbing.
Gunung mati tidak memiliki riwayat letusan ribuan tahun, tanpa aktivitas vulkanik, contohnya Gunung Masurai dan Gunung Leuser di Indonesia.
Gunung aktif
Gunung dikatakan aktif apabila masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya, dan memiliki riwayat pernah meletus dalam waktu dekat. Diketahui, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif yang berpencar di beberapa wilayah. Beberapa ciri khas dari gunung berapi aktif adalah sebagai berikut:
Mengeluarkan asap dan material panas seperti lava.
Adanya aktivitas vulkanik
Terjadi getaran atau gempa bumi di sekitarnya akibat pergerakan magma.
Munculnya uap atau gas panas pada kawah gunung berapi.
Beberapa kali terjadi letusan kecil.
Beberapa gunung api aktif yang populer di Indonesia seperti Gunung Merapi, Gunung Bromo, Gunung Rinjani, Gunung Kelud, Gunung Agung, dan masih ada ratusan lagi.
Gunung tidak aktif
Gunung tidak aktif masuk dalam kategori gunung tipe C. Maksudnya, gunung tipe ini tidak memiliki sejarah letusan, dan tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanik seperti mengeluarkan asap dan gas. Seolah tidak benar-benar tidur pulas, gunung tidak aktif ini tidak jarang mengeluarkan asap tipis dan tidak menandakan adanya letusan atau bahaya dalam waktu dekat.
Ciri-ciri yang mudah dikenali dari gunung tidak aktif, sebagai berikut:
Tidak ada tanda-tanda akan meletus atau erupsi.
Tidak mengalami erupsi sejak 1600 tahun.
Tidak menunjukkan aktivitas vulkanik seperti suara gemuruh.
Secara visual bentuknya tidak terlalu mengerucut seperti gunung aktif.
Cukup jarang terjadi, namun gunung tidak aktif memiliki potensi untuk aktif kembali jika mendapat suplai magma dari dalam bumi.
Beberapa daftar gunung yang masuk kategori tidak aktif adalah Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, Gunung Lurus, Gunung Sumbing, dan Gunung Jayawijaya.
Gunung mati
Gunung mati api merupakan jenis gunung yang tidak memiliki riwayat letusan sejak ribuan tahun yang lalu dan sudah dijamin tidak ada potensi letusan ke depannya. Berikut adalah ciri-ciri gunung api mati:
Tidak ada aktivitas vulkanik seperti mengeluarkan gas, asap, atau getaran dari dalam gunung.
Tidak ada catatan sejarah letusan selama ribuan tahun.
Tidak ada kemungkinan akan meletus di masa yang akan datang.
Pasokan magma bumi sudah habis.
Tidak berbentuk kerucut.
Lereng gunung dijadikan tempat hunian.
Gunung Masurai, Gunung Leuser, dan Gunung Papandayan adalah contoh dari gunung api mati di Indonesia.
Jika kamu masih bingung apa yang membedakan antara gunung tidak aktif dengan gunung mati? Bisa dibilang, gunung tidak aktif bukan berarti tidak menunjukkan gejala apapun, gunung ini masih mengeluarkan asap atau aktivitas vulkanik meskipun sangat tipis dan jarang serta berpotensi aktif kembali jika adanya pasokan magma dari dalam bumi. Sebaliknya, gunung mati benar-benar tidak menunjukkan aktivitas vulkanik apapun dan dipastikan tidak akan meletus di masa yang akan datang karena sudah tidak ada suplai magma dari dalam bumi.
Itu dia informasi seputar perbedaan antara gunung aktif, tidak aktif, dan mati. Semoga adanya informasi ini dapat menambah pengetahuan kita agar tidak salah paham lagi dalam memahami ilmu sains, ya!