Perbedaan utama antara Bibit Siklon Tropis 93S dan 91S terletak pada lokasi kemunculan serta potensi dampak cuacanya. Bibit Siklon Tropis 91S merujuk pada area tekanan rendah di Samudra Hindia bagian barat daya yang memiliki potensi berkembang menjadi siklon tropis. Seperti bibit siklon pada umumnya, 91S merupakan fase awal dari sistem badai yang bisa tumbuh lebih besar.
Namun, berdasarkan prakiraan BMKG, dampak tidak langsung yang menonjol dari Bibit Siklon 91S adalah peningkatan tinggi gelombang laut, khususnya di Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Tengah dengan kategori very rough sea atau gelombang sangat tinggi mencapai 4,0–6,0 meter.
Selain itu, sistem ini juga berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang, sehingga risikonya lebih terasa pada aktivitas kelautan dan wilayah pesisir.
Referensi
"Perkembangan Bibit Siklon Tropis 91S di Wilayah Indonesia, BMKG Imbau Masyarakat Tenang dan Waspada". Diakses pada Desember 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"BMKG: Perkembangan Bibit Siklon 93S di Selatan Indonesia, Waspada Hujan dan Gelombang Tinggi di Bali, NTB, NTT". Diakses pada Desember 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Antisipasi Cuaca Ekstrem, BMKG: Waspada Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon 93S di Wilayah Indonesia". Diakses pada Desember 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).