NASA. Diakses pada Desember 2025. Extreme Weather and Climate Change.
World Meteorological Organization. Diakses pada Desember 2025. Climate Change and Extreme Weather.
Hubungan Antara Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim, Apa Saja Dampaknya?

- Pemanasan global memperparah cuaca ekstrem
- Dampak langsung pemanasan global pada suhu dan siklus air
- Siklon tropis ekstrem
Banjir besar yang melanda Sumatra kembali menjadi pengingat betapa eratnya hubungan antara cuaca ekstrem dan perubahan iklim dalam memicu bencana berskala besar. Hingga Rabu (3/12/2025) pukul 17.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 770 jiwa meninggal dunia, sementara 463 orang masih dinyatakan hilang.
Cuaca ekstreme yang disebabkan oleh perubahan iklim juga bisa mengakibatkan berbagai macam bencana alam, seperti banjir bandang, kebakaran hutan, hingga gelombang panas yang membahayakan.
1. Pemanasan global memperparah cuaca ekstrem
Perubahan iklim yang semakin cepat kini berdampak langsung pada meningkatnya frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem di seluruh dunia. Gelombang panas yang memecahkan rekor, hujan deras yang memicu banjir besar, kekeringan berkepanjangan, kebakaran hutan ekstrem, hingga badai tropis yang semakin menghancurkan menjadi konsekuensi nyata dari atmosfer yang menghangat.
Sejak Revolusi Industri, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana, yang bertindak layaknya selimut panas di atmosfer. Pemanasan ini kemudian mengganggu siklus air, menggeser pola cuaca, dan mempercepat pencairan es daratan. Semua ini turut memperparah kejadian cuaca ekstrem.
Laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2021 menegaskan bahwa kenaikan gas rumah kaca buatan manusia telah memicu lonjakan kejadian ekstrem tersebut.
2. Dampak langsung pemanasan global pada suhu dan siklus air

IPCC memperkirakan bahwa membatasi pemanasan global pada 1,5°C, dibandingkan 2°C, dapat melindungi sekitar 420 juta orang dari paparan gelombang panas ekstrem yang berulang. Namun perubahan iklim tidak hanya terasa lewat suhu, tetapi juga lewat cara atmosfer mengelola air.
Udara yang lebih hangat mampu menampung lebih banyak uap air, sehingga kejadian hujan lebat menjadi lebih sering dan lebih intens sejak tahun 1950-an. Tren ini diprediksi akan terus meningkat. IPCC menyebutkan bahwa curah hujan ekstrem harian dapat meningkat sekitar 7% untuk setiap kenaikan 1°C suhu global.
Hasilnya, berbagai wilayah di Afrika, Asia, Eropa, hingga Amerika mengalami hujan berbulan-bulan yang turun hanya dalam hitungan jam atau hari. Fenomena ini bisa memicu banjir dahsyat yang merusak dan mematikan.
3. Siklon tropis ekstrem
Pemanasan global yang terus meningkat diproyeksikan memperluas wilayah daratan yang terdampak kekeringan parah dan berkepanjanga. Pada saat yang sama, IPCC memperkirakan proporsi siklon tropis kategori 4–5 akan meningkat seiring kenaikan suhu global. Hal ini meningkatkan kerentanan populasi pesisir yang terus berkembang.
Bukti terbaru juga menunjukkan bahwa perubahan iklim mulai memengaruhi jalur siklon, terutama di wilayah Pasifik Barat Laut.
Di banyak tempat, bencana kini muncul dengan kombinasi gelombang pasang, hujan ekstrem, dan meluapnya sungai yang menyebabkan compound flooding. Tren ini diperkirakan terus meningkat akibat naiknya permukaan laut dan intensitas hujan. Gelombang panas dan kekeringan yang terjadi bersamaan juga diprediksi makin sering.
Perubahan iklim jelas meningkatkan risiko cuaca ekstrem dalam berbagai bentuk, dari banjir besar hingga kekeringan dan gelombang panas yang saling memperburuk. Memahami hubungan ini penting agar langkah mitigasi dan adaptasi dapat dilakukan dengan lebih tepat sasaran.
Referensi

















