Ular sering dianggap hanya mengeluarkan suara desis, padahal dunia herpetologi menunjukkan reptil ini punya banyak cara untuk berkomunikasi. Beragam penelitian lapangan mengungkap bahwa ular memanfaatkan tubuh, sisik, hingga organ pernapasannya untuk menciptakan suara unik. Memahami ragam bunyi selain desisan juga membantu kita menghargai strategi bertahan hidup mereka. Banyak suara yang muncul bukan untuk agresi, tetapi sebagai peringatan agar ancaman mundur tanpa harus terjadi kontak fisik. Nah, berikut enam suara yang bisa dihasilkan oleh ular.
6 Bunyi yang Dihasilkan Ular Selain Desisan

Intinya sih...
Getaran ekor (tail vibration/buzzing) ular dapat menakut-nakuti predator dan sering disalahartikan sebagai derikan ular berbisa.
Gesekan sisik (stridulation/rasping) viper gergaji menciptakan suara amplas yang tidak disadari banyak orang berasal dari tubuh ular.
Letupan udara kloaka (cloacal popping) adalah strategi defensif non-vokal yang cukup mengejutkan bagi hewan di sekitarnya.
1. Getaran ekor (tail vibration/buzzing)
Dilansir Environmental Literacy Council, gesekan ekor ular pada daun kering atau rumput dapat menimbulkan bunyi mirip derik yang sangat efektik untuk menakut-nakuti predator. Beberapa jenis ular non-derik, seperti Massasauga timur, bahkan mampu menghasilkan dengungan halus ketika ekornya bergetar cepat. Bunyi ini sering disalahartikan sebagai derikan ular berbisa, sehingga musuh cenderung mundur dan menjaga jarak. Menariknya, efek intimidatif ini tetap bekerja meski spesies yang mengeluarkannya tidak memiliki derik sama sekali. Itulah sebabnya teknik getaran ekor menjadi salah satu strategi pertahanan paling cerdas di kalangan ular.
2. Gesekan sisik (stridulation/rasping)
Ular vipers tertentu, terutama viper gergaji (saw-scaled viper), menciptakan suara khas dengan menggesekkan sisik kasar mereka satu sama lain. Dilansir ExoPetGuides, jika merasa terganggu, mereka akan membentuk koil S dan menggesek sisiknya untuk menghasilkan bunyi seperti amplas yang sedang digesek pasir kasar. Gesekan sisik kadang terdengar sebelum ular menyergap atau bertahan dengan lebih agresif. Karena bunyinya berbeda dari desisan, banyak orang tidak menyadari asalnya dari tubuh ular.
3. Letupan udara kloaka (cloacal popping)
Western hook-nosed snake termasuk jenis ular yang bisa menciptakan bunyi letupan kloaka. Teknik ini terjadi ketika ular mengeluarkan udara dengan cepat melalui sfingter belakang tubuhnya. Letupan tersebut berupa suara pop pendek yang terdengar mengejutkan bagi hewan di sekitarnya.
Publikasi dalam Springer Link, menyebut mekanisme ini sebagai strategi defensif non-vokal yang cukup mengejutkan. Intensitas suaranya bergantung pada posisi tubuh serta volume udara yang dikeluarkan. Meski terdengar aneh, cara ini terbukti berhasil mengalihkan perhatian predator.
4. Geraman rendah (growling)
King cobra dikenal memiliki kemampuan menakutkan dalam membentuk suara geraman bernada rendah. Environmental Literacy Council menyebut suara ini bukan sekadar desisan, tetapi resonansi napas yang diperkuat oleh struktur tenggorokan ular. Hasil akhirnya adalah dengungan berat yang membuat predator berpikir ulang untuk mendekat.
Geraman ini menjadi peringatan tingkat tinggi, menandakan kesiapan ular untuk bertarung. Efeknya bisa membuat bulu kuduk berdiri, bahkan bagi pendengar yang berada di posisi aman. Dalam kondisi normal, suara tersebut jarang terdengar karena king cobra hanya menggunakannya apabila sangat terancam.
5. Siulan kloaka (cloacal whistling)
Beberapa ular, termasuk sonoran coral snake, mampu menghasilkan siulan tipis dari area kloaka. Siulan ini terbentuk ketika udara ditekan melalui ruang sempit di kloaka, yang biasanya muncul saat ular berada dalam kondisi stres tinggi. Nada siulannya terdengar cepat, tajam, dan terjadi dalam satu tarikan napas.
6. Dengusan & klik rahang (snorting & jaw clicking)
Dengusan khas tercipta saat ular memaksa udara keluar melalui melalui glotis dan hidung. Pada king cobra, dengusan terdengar lebih rendah karena struktur tenggorokannya. Suara ini terkadang muncul saat ular merasa kaget atau terganggu.
Selain itu, beberapa jenis ular memproduksi bunyi klik lewat gerakan rahang. Suara klik berperan sebagai peringatan halus, menandakan bahwa ular sedang berada dalam posisi defensif. Bunyi rahang sering menunjukkan stres atau ketidaknyamanan ringan. Meski jarang terdengar, metode ini merupakan bentuk vokalisasi non-desis yang unik.
Keanekaragaman perilaku akustik pada ular menunjukkan betapa kreatifnya mereka dalam beradaptasi. Setiap mekanisme memberi gambaran baru tentang kecerdikan reptil ini di alam liar. Semoga informasi ini membuat kita melihat ular dari sudut yang lebih objektif.
Sumber Referensi :
Knapp, C. R., & Mathevon, N. (2025). Jakob Christensen-Dalsgaard, Paolo Galeotti. Exploring Animal Behavior Through Sound: Volume 2: Applications, 171.
Young, B. A., Meltzer, K., Marsit, C., & Abishahin, G. (1999). Cloacal popping in snakes. Journal of Herpetology, 557-566.
Young, B. A. (1991). Morphological basis of “growling” in the king cobra, Ophiophagus hannah. Journal of Experimental Zoology, 260(3), 275-287.